Setelah itu Della bergegas pergi dari ruangan tersebut. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil dan menangis. Memang saat itu Della tampak kuat dan tak menangis di hadapan Pras. Namun, sebenarnya hatinya sangat terluka.
"Tega sekali kamu, Mas." Della menangis tersedu-sedu. Setelah itu dia teringat kepada Darren, dan langsung bergegas kembali kerumah sakit.
Della kembali kerumah sakit sekitar jam setengah satu malam. Dan Della tidur di rumah sakit untuk menemani Darren. "Syukurlah kamu gak terbangun saat Mama gak ada di samping kamu, Nak." Della menatap wajah Darren dengan penuh kesedihan. Darren adalah hasil buah cintanya dengan Pras. Dan saat dia memandang wajah Darren, dia langsung teringat pada Pras.
Della membuka tasnya untuk mengecek kunci mobil, dan dia melihat ponselnya. Dia ingin mengambil ponselnya. Namun, dia ingat bahwa dia merekam wajah wanita yang sudah merebut suaminya.
"Enggak, enggak sekarang, Dell." Della langsung menutup kembali tasnya. Della berniat membuka rekaman tersebut. Namun, itu hanya akan membuatnya menangis lagi malam ini. Dan itu akan membuat matanya semakin membengkak. Dia tidak ingin besok pagi, saat Darren terbangun. Darren malah menanyakan soal matanya yang membengkak akibat menangis.
Tak lama Della pun tertidur sembari memegang tangan Darren. Della tak sadar ponselnya berkali-kali berdering, dan ternyata itu telpon dari Pras.
"Dell?"
"Kenapa kamu gak mau angkat telpon?"
"Kamu ada di rumah sakit mana, Dell?"
"Mas mau jenguk Daren."
Pras mengirim pesan pada Della. Namun, Della tidak mengetahuinya, karena Della sedang tertidur.
Keesokan harinya. Della terbangun dan melihat Darren masih terlelap dalam tidurnya. Della membuka ponselnya untuk melihat jam, dan betapa kagetnya dia saat melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Pras. "Ngapain dia nelponin aku sebanyak ini?" tanya Della dalam hati. Della pun langsung membaca pesan masuk dari Pras. "Oh, dia mau jenguk Darren. Setelah puas dengan selingkuhannya baru dia ingat sama Darren." Gumam Della.
Della pun tak membalas pesan dari Pras. Dia masih sangat sakit hati dengan perbuatannya tadi malam.
"Mamaaaa." Darren terbangun dan memanggil Della.
"Eh, anak Mama udah bangun." Della mengecup kening Darren.
"Kita lagi dimana, Ma?" tanya Darren dengan suara imutnya. "Papa mana, Ma?" Della langsung terdiam mendengar pertanyaan Darren.
"Emm, Papa kerja sayang." Sembari mengelus kepala Darren.
"Papa kok kerja terus, Ma? Kapan pulangnya?" Tanya Darren dengan wajah polosnya. Della pun hanya bisa tersenyum tipis mendengar perkataan Darren. Dia mencari alasan agar Darren tak lagi banyak bertanya soal Pras.
"Papa pulang kerjanya malam, kalo malam kan Darren udah tidur. Jadi Darren gak tau."
"Udah ya, Darren sarapan dulu. Selesai sarapan kita pulang kerumah."
"Papa dirumah ya, Ma?" tanya Darren.
"Hm, Mama gak tau. Makanya cepat sarapan. Habis sarapan langsung pulang kerumah, biar Darren sendiri yang lihat Papa udah pulang atau belum."
Setelah menenangkan Darren dengan jawaban tersebut. Della langsung menyuapi Darren sarapan dan langsung bergegas pulang kerumah.
Saat tiba di rumah. Della melihat Pras sedang duduk di sofa, ternyata Pras sudah sampai lebih dulu. Pras pun langsung memeluk Darren yang baru saja pulang dari rumah sakit.
"Uhhh anak Papa." Pras menggendong Darren dan menciumnya. "Maafin Papa ya, Nak. Papa gak bisa jenguk kamu di rumah sakit." ucap Darren.
"Ya Iyalah gak bisa jenguk. Orang Papanya sibuk selingkuh!" sahut Della.
"Apaansih kamu, Dell? gak sepantasnya kamu ngomong gitu di hadapan Darren."
"Suatu saat Darren juga bakal tau, kalo Papanya tukang selingkuh!"
Pras langsung membawa Darren ke ruang tengah dan memberikannya mainan. Agar Darren bermain dan tidak mendengar pertengkaran orang tuanya.
"Udah ya, Dell. Gak usah kamu bahas lagi." Ucap Pras.
"Enak aja kamu, Mas! habis selingkuh tapi gak ada perasaan bersalah. Pokoknya aku mau pisah dari kamu, Mas!"
"Pisah? Kamu gak mikirin Darren? kasian dia, Dell."
"Kasian kamu bilang? Udah tau kasihan kenapa kamu tega selingkuh, Mas? seharusnya kamu pikirkan dulu resikonya."
"Pantes kamu berubah, ternyata ada wanita lain selama ini. Kamu bahkan mengorbankan waktu kamu buat Darren."
"Aku tau aku salah, Dell. Aku minta maaf." sembari memegang tangan Della.
"Awas kamu, Mas!" Della menyingkirkan tangan Pras. "Enak aja kamu minta maaf, dasar gak punya hati! coba aja aku yang selingkuh, gimana perasaan kamu?"
"pokoknya aku gak mau tau. Aku minta kamu talak aku sekarang, Mas!" pinta Della.
"Aku gak mau, Dell!" Pras mencoba memeluk Della. Namun, Della menepisnya.
"Awas kamu, Mas! aku udah benci sama kamu. Jangankan di sentuh! ngeliat muka kamu aja udah males."
"Aku janji bakal ninggalin dia demi kamu, Dell." Pras meyakinkan Della agar Della tidak meninggalkannya.
"Hahaha, ninggalin dia?" Della tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Pras.
"Mau kamu ngomong apapun aku tetap gak percaya lagi sama kamu, Mas. Dan aku tetap ingin bercerai dari kamu!"
Pras langsung menunduk sedih. Dia tidak menyangka bahwa perselingkuhan yang dia lakukan akan berakibat fatal seperti ini. Rasanya dia tidak siap untuk kehilangan istri dan anaknya.
Saat sedang berlarut dalam kesedihan. Tiba-tiba ponsel Pras berdering. Dan ternyata itu telpon dari Sarah. Pras tampak ragu-ragu mengangkat telpon tersebut, dan Della langsung mengetahui bahwa Sarah lah yang menelpon.
"Kenapa gak kamu angkat? itu telpon dari selingkuhan kamu kan." Della langsung mengambil ponsel Pras dan mengangkat telpon Sarah.
"Heh, wanita murahan! gak ada kerjaan lain selain mengganggu suami orang? sampe nelponin pagi-pagi gini."
"Kok kamu sih yang angkat?" tanya Sarah dengan nada kesal.
"Aku minta sama kamu, jangan pernah menyebarkan video aku ke media sosial!"
"Kenapa? kamu takut viral dan di cap sebagai PEREBUTAN SUAMI ORANG?" Della mengancam reputasi Sarah.
"Sebelum kamu memutuskan berhubungan dengan Mas Pras. Apa kamu tau kalau dia sudah punya anak dan istri? tanya Della.
"Awalnya Mas Pras bilang kalo dia belum menikah. Namun, setelah berbulan-bulan menjalin hubungan denganku, baru dia jujur dan mengaku sudah punya anak dan istri."
"Dan udah tau begitu kamu tetap masih mau berhubungan dengannya? Dasar pelakor!" ucap Della.
"Ya mau bagaimana lagi, aku dan Mas Pras sudah terlanjur tidur bersama. Bagaimana mungkin aku meninggalkannya?"
Deggg. Detak jantung Della berdetak kencang, seketika dia langsung terdiam membeku. Pras langsung menatap Della dengan panik. Ia tak menyangka Sarah akan mengatakan hal tersebut pada Della.
Tak sadar air mata Della menetes membasahi pipinya. Pras langsung mengambil ponselnya dan mematikan telpon dari Sarah. Pras tidak bisa berkata apapun di hadapan Della. Dia menunduk dan meratapi kesalahannya.
Aditya sangat kaget saat melihat orang yang berada di hadapannya ini. Dia langsung melihat Eveline, untunglah Eveline masih sibuk memilih-milih baju. "Siapa wanita itu?" Tanya Pras sembari melihat ke arah Eveline. Aditya saat itu pun terdiam cukup lama karena tidak tau harus menjawab apa."Lo udah putus dari Della?" Tanya Pras lagi. "Belum, dan gak akan!" Jawab Aditya lalu pergi meninggalkan Pras.Ansal Prastyo merupakan mantan suami Della yang dahulu mengkhianatinya dan berselingkuh dengan Sarah, sekretarisnya. Meskipun saat ini Pras sudah menikah dengan Sarah. Namun, Pras masih saja mengganggu Della, Pras selalu berharap agar Della bisa kembali lagi padanya, apalagi mereka sudah di karuniai satu orang putra. Hal itu lah yang membuat Aditya khawatir. Aditya khawatir jika Pras mengadukan hal ini pada Della dan berkata yang tidak-tidak.Aditya menjadi gelisah setelah bertemu dengan Pras tadi. Rasanya dia ingin pergi menemui Della sebelum Pras mengadukan hal yang tidak-tidak pada Dell
"Ini sudah tidak bisa di biarkan, aku harus segera menjauhkan Aditya dari Della," gumam Ibu Aditya.Aditya merebahkan tubuhnya di kasur dan ingin tidur. Namun, tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak. Dia teringat dengan ekspresi wajah Eveline tadi. Aditya yakin pasti Eveline akan mengadukannya pada ibu Aditya.Dan benar saja. Ibu Aditya menelpon dan mengatakan bahwa dia akan pulang ke Indonesia besok. Aditya merasa sangat kesal pada Eveline. Dia langsung bergegas untuk menemui Eveline.Tok tok tok! Arlos mengetuk pintu kamar Eveline cukup keras, hingga tak lama Eveline pun membuka pintu."Mas, Adit?" Eveline tampak kaget dan senang melihat kedatangan Aditya di kamarnya. Padahal dia tidak tau bahwa saat ini Aditya sangat kesal padanya."Kamu ngomong apa sama Mama?" Tanya Aditya dengan muka kesal."Ngapain sih kamu ngadu-ngadu ke Mamaku, emangnya kamu siapa? Kamu juga gak berhak ngurusin hidup aku."Perkataan Aditya membuat Eveline terdiam seribu bahasa. Aditya yang saat itu sama seka
"Ini kamar kamu, Lin," ujar Aditya sembari mengantarkan Evelin ke depan pintu kamarnya."Wahh bagus banget kamarnya, Mas," jawab Evelin dengan terkagum-kagum setelah memasuki kamar tersebut."Yaudah, selamat beristirahat," ujar Aditya sembari keluar dari kamar Evelin.Aditya pun masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Dia mengambil ponsel dan langsung menelpon Della. Namun, nomor Della tidak aktif."Apa Della udah tidur ya?" tanya Aditya dalam hati.[Del, kamu udah tidur ya?][Good night, Del, mimpi indah ya]Pesan Aditya untuk Della.Aditya pun menarik selimut dan tidur. Sementara Evelin, dia masih sedang asik bervideo call dengan Ibunya dan Ibu Aditya. Mereka melakukan video call sambung tiga."Jadi gimana, sayang, kamu suka gak kamarnya?" tanya Ibu Aditya."Suka banget, Tante," ujar Evelin dengan girang."Kamarnya megah dan mewah banget, Tante, Evelin suka banget.""Hehe iya dong, sayang, kamar itu di desain khusus untuk kamu, apalagi kamu calon menantu Tante." Perkataan I
"Ttapi, Ma." Belum selesai Aditya berbicara Ibunya sudah mematikan telpon. Aditya mengatur nafasnya dan berusaha untuk meredakan emosinya. Kebahagiaan Della tidak boleh hancur malam ini hanya karena dia emosi dengan Ibunya yang mengatakan bahwa Evelin akan ke Indonesia dan tinggal di rumahnya. Namun, jika benar hal itu terjadi, apakah dia mampu menutupinya dari Della? jika Della tau pasti Della akan sangat sedih saat mengetahui bahwa Ibunya berusaha untuk menjodohkannya dengan Evelin.Aditya menghela nafas dan mengusap wajahnya. Dia harus tetap terlihat tenang dan tersenyum. Dia tidak ingin kebahagiaannya dengan Della hancur malam ini."Maaf ya kalo lama," ujar Aditya pada Della."Iya gapapa kok, Mas," jawab Della sembari tersenyum manis. Syukurlah Della tidak mempertanyakan apa saja yang di bahas Ibu Aditya saat di telpon tadi, sehingga Aditya bisa bernafas lega.Mereka kembali berbincang hangat sembari menikmati pizza yang di bawa Aditya tadi. Hingga waktu semakin larut yang mengha
"Sejak kapan Mama mencampuri urusan percintaan Aditya?" tanya Ayah Aditya."Sejak Mama tau Aditya dekat dengan janda beranak satu itu! selama ini Mama membebaskan Aditya memilih pasangannya sendiri, tapi Mama gak akan tinggal diam saat mengetahui bahwa wanita pilihan Aditya adalah seorang janda," ujar Ibu Aditya."Kenapa kalau dia seorang janda, Ma? kan yang penting Aditya bahagia sama dia." Ibu Aditya langsung menatap wajah suaminya dengan sinis."Papa!" teriak Ibu Aditya."Kok Papa malah dukung Aditya sama janda itu sih! coba Papa pikir baik-baik, Aditya itu pengusaha sukses, dia tak pantas bersanding dengan janda itu!" "Papa sih gak masalah, yang penting Aditya bahagia," ujar Ayah Aditya sembari pergi meninggalkan meja makan.Hari ini Aditya menuju ke bandara untuk pulang ke Indonesia, Aditya benar-benar tidak memperdulikan Ibunya yang melarangnya untuk kembali ke Indonesia, karena bagaimana Aditya harus segera menemui Della karena rindu yang sudah menggunung. "Tunggu aku ya, Del
"Mas, aku pengen beli dress deh," ujar Evelin sembari menatap wajah Aditya.Seketika Aditya langsung teringat pada Della. Dia ingat saat pertama kali dia membelikan dress untuk Della. "Mas, gimana menurut kamu? bagus gak?" tanya Evelin sembari menunjukkan sebuah dress berwarna nude."Bagus, cocok untuk kamu," jawab Aditya. "Mas, kamu gak mau belanja? beli kemeja atau apa gitu," tanya Evelin."Enggak, aku cuma nemenin kamu aja," jawab Aditya singkat.Selesai berbelanja, mereka pun langsung bergegas untuk pulang. Evelin terlihat sangat senang karena Aditya sudah menemaninya berbelanja. Baru pertama kali bertemu Evelin sudah merasa nyaman dengan Aditya. Dia merasa bahwa Aditya adalah suami idamannya."Mas, makasih ya udah mau luangkan waktu untuk nemenin aku shopping," ujar Evelin sembari reflex menggandeng tangan Aditya. Setelah itu Evelin langsung sadar dan melepaskan tangannya dari lengan Aditya."Iya, sama-sama," ujar Aditya sembari tersenyum tipis.Mereka telah tiba di parkiran mo