Share

Tidak Punya Hati

"Diana, buka pintunya!" teriak Mas Adam lagi-lagi terdengar. Padahal, baru satu jam aku bisa terlelap.

"Apa sih, Mas?"

"Kamu lagi apa sih?"

"Aku lagi tidur, Mas. Cape tahu, semalem kamu gak ada, ibumu gak ke rumah sakit. Aku begadang jagain anak kita."

"Aku paham, Na, tapi susui dulu putri kita. Kasihan, dia belum mau minum susu formula."

"Iya, nih, berisik terus bayinya nangis. Jadi ibu gak becus banget sih," ujar adik ipar tidak tahu diri.

Aku juga terganggu kalau anakku terus menangis. Jadi, mau tak mau aku bawa dia ke kamar. Menidurkannya di dalam kamar. Tak lama kemudian, dia bisa terlelap. Syukurlah, anak ini bisa diajak kompromi. Bagus, dia paham kalau ibunya sedang cape fisik dan batin.

*****

Dua bulan berlalu. Sungguh tidak enak punya anak. Jam tidur berkurang. Wajah dan badanku tidak terurus. Aku tidak bisa begini terus. Biar Mas Adam saja yang mengurus anak kami. Sebagai pencari nafkah, dia tidak bisa mencukupi kebutuhanku. Menambah kepala makin pusing saja.

"Kamu mau ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status