Share

Bab 10

Author: Kamari
Susan mengeluarkan cincin batu alam di tangannya, menyodorkannya ke hadapan Ryan, lalu berkata, "Cincin batu alam ini dipecahkan oleh Feny."

Wali kelas meliriknya sekilas, lalu berkata dengan nada dingin, "Feny adalah anak yang baik, bagaimana mungkin dia sengaja memecahkan cincin batu alammu? Jangan coba-coba memfitnah Feny di sekolah."

"Justru kamu yang langsung memukul orang tanpa mencari tahu apa yang terjadi. Sungguh nggak berguna!"

Sungguh menggelikan.

Feny memecahkan cincin batu alamnya, tetapi itu bukan kesengajaan.

Susan memukul Feny justru karena kelakuannya yang buruk, justru karena dia sengaja.

Yunda melihat cincin batu alam itu, lalu berkata dengan nada lembut, "Cincin batu alam ini sepertinya juga nggak terlalu berharga. Kalau kamu suka, aku bisa membelikannya untukmu. Kamu nggak perlu marah hanya karena hal ini."

"Lagi pula, Feny punya banyak batu alam yang bagus. Dia nggak perlu sengaja memecahkan batu alammu. Susan, aku rasa kamu salah paham terhadap Feny."

Maksud dalam kata-katanya terdengar samar, terdengar penuh dengan pengertian.

Namun, di mata orang yang memahami, itu hanyalah ejekan belaka.

Feny adalah putri sulung Keluarga Sutedja, bagaimana mungkin dia akan melirik batu alam murahan yang tidak berharga ini? Hanya Susan yang menganggap batu alam jelek ini sebagai harta karun.

Orang lain sama sekali tidak menghargai batu alamnya.

Murid-murid di sekitar tertawa terbahak-bahak.

Susan menatap mata Ryan.

Mata hitam kelam Ryan juga sedang menatapnya.

Ryan tidak berkomentar apa-apa terhadap deskripsi orang-orang di sekitar.

Ini berarti pria ini menyetujuinya.

Susan merasa hatinya penuh kepahitan.

Semua orang di sini tumbuh dengan sendok emas di mulut mereka. Bagaimana bisa mereka mengerti?

Pada saat itu, kepala sekolah berjalan mendekat, lalu berkata dengan nada serius, "Susan, bagaimanapun juga kamu yang sudah memukul duluan kali ini. Sebaiknya kamu minta maaf kepada Feny."

Kepala sekolah bisa berpikir dan melihat semuanya dengan jelas.

Meskipun semua orang tahu bahwa Keluarga Sutedja telah mengadopsi Susan, Keluarga Sutedja jelas lebih menghargai Feny.

Di hadapan Keluarga Sutedja, kebenaran sudah tidak penting lagi.

Susan harus meminta maaf.

Winda juga memukul dadanya dan mengentakkan kaki. "Susan, dari mana kamu mendapatkan keberanian untuk memukul Nona Feny? Cepat minta maaf!"

Ryan memberikan ultimatum terakhir.

"Susan, minta maaf." Mata hitam Ryan tampak dingin tanpa perasaan. "Kalau kamu nggak meminta maaf, kamu nggak perlu kembali ke Keluarga Sutedja lagi."

Semua orang merasa terkejut.

Apa ini berarti Ryan akan mengusir Susan dari Keluarga Sutedja?

Susan tidak menghiraukan kata-kata mereka, hanya menatap cincin batu alam yang pecah di tangannya dalam diam.

"Kalian tentu saja nggak akan mengerti. Kalian semua adalah orang kaya. Kalian bisa dengan mudah mengeluarkan uang untuk membeli batu alam yang berkali-kali lipat jauh lebih bagus dari batu alam ini."

"Tapi cincin batu alam ini dibeli ayahku dengan uang yang dia kumpulkan selama satu tahun."

"Ini adalah hadiah ulang tahun yang diberikan ayahku sebelum dia meninggal. Hanya ini yang aku miliki."

Ekspresi tegang dan marah Wirda langsung membeku. Tiba-tiba, dia menjadi bingung.

"Susan, kenapa kamu nggak mengatakannya padaku?" tanya Wirda.

Entah seperti apa ekspresi Ryan dan orang-orang lainnya sekarang.

Namun, Susan tidak ingin melihat, juga tidak peduli.

Dia menggenggam erat cincin batu alam di tangannya, mengangkat kepala untuk menatap kepala sekolah, lalu berkata dengan suara tenang.

"Aku nggak akan meminta maaf, karena aku nggak melakukan kesalahan."

"Aku ingat kalau di kelas ada kamera pengawas. Jadi, periksa saja kamera pengawasnya. Kamera pengawas itu bisa memberi tahu kalian segalanya."

Kepala sekolah sedikit ragu-ragu.

Mata Feny menegang, sementara dia langsung memeluk Yunda. Isak tangis terdengar dalam suaranya.

"Kenapa harus seperti ini? Aku sudah dipukuli sampai seperti ini. Apakah meminta maaf sesulit itu? Kak Yunda, tubuhku benar-benar sakit sekali."

Yunda mengelus bahu Feny, matanya penuh dengan kesedihan.

Dia menoleh, menatap Ryan dengan pandangan ragu-ragu, lalu berujar dengan suara yang lembut, "Ryan."

Ketika melihat penampilan Feny yang seperti itu, wajah kepala sekolah menjadi muram. "Untuk apa memeriksa kamera pengawas? Bukankah luka di tubuh Feny sudah cukup untuk membuktikan apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu masih mencari alasan?"

Murid-murid yang menonton di sekitar juga ikut berkomentar satu per satu.

"Semua orang sudah melihatnya. Feny hanya ingin berbicara baik-baik dengan Susan, tapi Susan memukulnya seperti orang gila. Nggak ada yang bisa menghentikannya."

"Ya, semua orang tahu kalau Susan adalah orang jahat. Untuk apa masih berpura-pura?"

Yunda mengerucutkan bibir dengan ekspresi kesulitan. Telapak tangannya menepuk bahu Feny dengan lembut. "Susan, kami hanya menginginkan permintaan maaf."

Wirda melihat sekeliling, tampak kebingungan, tidak tahu harus melakukan apa. Saat melihat wajah Ryan yang makin muram, jantungnya langsung berdetak kencang.

Wirda langsung menarik pergelangan tangan Susan, lalu berujar, "Susan, cepat minta maaf! Apa kamu ingin benar-benar membuat orang lain marah sampai mengusirmu baru kamu puas?"

"Ini hanya cincin batu alam saja. Nanti Ibu akan membelikan yang baru untukmu. Cepat minta maaf!"

Susan menarik napas dalam-dalam sambil melepaskan tangan Wirda. Dia berbalik, matanya menatap tajam pada Ryan.

Karena Susan sudah mendapatkan kesempatan kedua, dia tidak akan pernah membiarkan orang lain memfitnah dirinya sesuka hati.

Susan bertanya, "Apakah memeriksa kamera pengawas sesulit itu?"

"Aku ingin menjelaskan kronologi kejadiannya. Kenapa Feny menghalangiku melihat kamera pengawas? Kenapa nggak boleh melihat kamera pengawas? Apakah karena dia takut ketahuan berbuat salah?"

Tatapan mata Ryan tampak tajam dan dingin. Mata hitamnya membawa tekanan yang berat.

Nada suara Susan tetap tenang ketika berujar, "Ryan, aku hanya ingin melihat rekaman kamera pengawas. Setelah melihat rekaman kamera pengawas, aku nggak akan mengatakan apa pun lagi kalau kalian masih yakin aku berbuat salah."

Sudut bibir Susan terangkat dengan senyuman sinis. "Aku khawatir, kalian semua nggak berani melihat rekaman kamera pengawas. Kalian hanya ingin membuatku diam."

Sindiran dalam kata-kata Susan terlalu jelas, hingga membuat alis Ryan sedikit berkedut.

Hal yang sama juga terjadi di kehidupan sebelumnya. Tanpa bukti nyata apa pun, Ryan langsung memutuskan bahwa Susan bersalah, ingin membela wanita yang dia cintai.

Ryan menyuruh orang mengunci Susan di ruang gudang vila, hanya mengizinkan Susan makan satu kali sehari selama sebulan.

Para pelayan di vila selalu tunduk pada yang lebih kuat dan menindas yang lebih lemah. Bahkan terkadang makanan yang diantarkan untuk Susan adalah makanan basi. Jadi, Susan tidak bisa makan sama sekali hari itu.

Jendela di ruang gudang ditutup dengan rapat, sehingga tidak ada sinar matahari yang masuk. Susan bahkan menderita demam tinggi, tidak bisa membedakan siang atau malam. Intinya, seluruh tubuhnya terasa lemas. Dia jatuh pingsan, tertidur, terbangun, lalu kembali pingsan.

Susan menangis memohon kepada orang di luar. Namun, dia hanya mendapat tanggapan dingin dari asisten Ryan.

"Kalau Nona Susan masih membuat masalah, kamu harus dikurung lebih lama lagi."

Setelah satu bulan, Susan akhirnya dikeluarkan dari ruang gudang. Seluruh tubuhnya tampak sangat kurus, sehingga dia langsung dibawa ke rumah sakit.

Jika bukan karena pertolongan dokter yang tepat waktu, mungkin otak Susan sudah menjadi bodoh karena demam.

Di kehidupan yang kedua ini, Susan tidak akan membiarkan hal-hal ini terulang lagi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 192

    Susan sedikit mengerutkan kening, lalu berbalik untuk menghindar.Pria itu langsung menarik lengan Susan sambil tertawa main-main. "Nona Susan, hanya minum segelas untuk menghormati saja nggak sesulit itu, 'kan?"Wajah Susan menjadi dingin. "Lepaskan."Setelah dipermalukan di depan umum, wajah pria itu langsung menjadi muram, lalu dia menarik pergelangan tangan Susan dengan makin keras. "Susan, kenapa kamu sok sekali?""Jangan bersikap nggak tahu diri."Pria itu hampir membentak. Di gedung kolam renang yang besar, suara pria itu terdengar sangat jelas. Orang-orang di sekitar langsung menoleh ke arah mereka.Orang-orang di dalam gedung kolam renang terbagi menjadi dua bagian. Sebagian besar orang menghampiri Ryan dan Yunda untuk menyanjung keduanya, sementara sebagian kecil lainnya adalah pria-pria dengan tubuh bagian atas tanpa busana dan perut yang berlemak. Mereka adalah orang-orang yang mengelilingi Susan. Senyuman di wajah mereka dan tatapan mereka pada Susan sangat cabul, seolah i

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 191

    Susan menatapnya dengan pandangan dingin. "Aku nggak menyangka ternyata Pak Gavin memiliki hobi seperti ini. Aku nggak akan menemanimu supaya aku nggak tertular penyakit di sini."Kata-kata Susan sangat tidak sopan dan tajam.Ketika mendengar itu, raut wajah Gavin menjadi muram, tetapi dia tetap mempertahankan sikap sopannya seperti biasa.Susan berbalik, hendak mendorong pintu kolam renang.Suara Gavin yang santai terdengar dari belakangnya, "Nggak ada gunanya, pintu itu nggak akan terbuka tanpa izinku. Jadi, Susan, sebaiknya kamu diam di sini saja malam ini."Susan menggertakkan giginya.Ketika berbalik, dia langsung melihat Gavin melepas jas luarnya di hadapannya tanpa ragu-ragu. Kemudian, pria itu juga melepaskan kemeja putih yang menutupi tubuh bagian atasnya.Susan mengerutkan kening, lalu mengalihkan pandangannya.Gavin tertawa. "Kenapa? Apa tubuhku nggak bagus? Kenapa kamu nggak melihatku?"Susan berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu nggak selalu bertingkah seperti burung mer

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 190

    Susan berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Ketika sekelompok gadis yang bergosip melihatnya datang, mata mereka sontak terbelalak dan mereka mundur seolah menghindari wabah.Ketika Susan tiba di restoran, hanya ada sedikit orang di dalam.Susan duduk di dekat jendela dengan piringnya, dia makan sambil memperhatikan lalu lintas di bawah.Sebuah mobil Rolls-Royce melaju dan berhenti di depan hotel.Entah kenapa, perhatian Susan tertuju pada mobil itu.Pintu pengemudi dan kursi di sampingnya dibuka oleh seorang pelayan di pintu masuk hotel. Ryan dan Yunda keluar dari mobil.Yunda berjalan ke sisi Ryan, lalu menggandeng lengan Ryan dan menyender nyaman pada pria itu.Mereka berdua benar-benar serasi dan sepadan, sama-sama berbakat dan menawan.Setelah Ryan dan Yunda menghilang dari pandangan, Susan baru mengalihkan pandangannya.Dia makan dengan tenang.Restoran itu begitu sunyi sehingga Susan dapat mendengar semuanya dengan jelas dari beberapa meter jauhnya."Katanya Pak Ryan dan Yun

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 189

    Akun resmi Kompetisi Piano Yunai juga segera memberikan klarifikasi: [Dalam kompetisi ini, para juri menilai berdasarkan prinsip keadilan dan jujur. Hasil kompetisi telah diverifikasi oleh penyelenggara dan tidak ada 'penyuapan' atau perilaku 'jalur dalam' seperti yang dituduhkan dalam laporan daring.][Terkait rumor yang disebarkan oleh beberapa netizen, pihak penyelenggara telah menugaskan tim hukum untuk mengumpulkan bukti dan mendokumentasikannya. Kami menghimbau seluruh netizen untuk berhenti menyebarkan rumor. Kalau rumor semacam ini terus berlanjut, pihak penyelenggara akan menggunakan jalur hukum untuk membela hak dan kepentingan sah kompetisi, para juri dan para kontestan.][Kami menghimbau kepada netizen untuk menaati peraturan perundang-undangan, tidak menyebarkan berita bohong dan fitnah, serta menjaga keamanan dunia maya.]Tulisan tersebut juga menyertakan peringkat babak penyisihan setiap kontestan dan daftar mereka yang melaju ke semifinal.Kendati klarifikasi dan sangga

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 188

    Susan melanjutkan, "Pianonya masih berfungsi dengan sangat baik sebelum giliranku, tapi jadi rusak pas giliranku. Itu berarti hanya kontestan sebelumku yang bisa mencurangi piano.""Kontestan di depanku adalah Jane Sukma yang kubantu memperbaiki pakaiannya, 'kan?"Susan bertanya-tanya, apa mungkin seorang wanita yang begitu bermusuhan terhadapnya tiba-tiba menjadi begitu baik dan ramah hanya karena Susan membantu menjahit pakaiannya?Kemungkinannya sangat kecil.Berarti, ada kemungkinan lain.Wanita itu justru sengaja memanfaatkan kesan membela Susan untuk meminimalisir kecurigaan bahwa dialah yang telah merusak piano.Gavin yang berdiri di belakang Susan pun terkekeh, "Susan, kamu ternyata nggak sebodoh yang orang lain katakan. Kamu memang pintar.""Sayangnya …." Senyuman Gavin makin lebar. "Kamu nggak punya bukti. Mengatakan hal-hal ini tanpa bukti adalah fitnah dan pencemaran nama baik."Terkait Jane, peninjauan menyeluruh terhadap rekaman kamera pengawasan akan mengungkap trik yang

  • Kulepaskan Suami Berengsekku   Bab 187

    Wanita itu sontak merasa sedikit malu. Dia menggigit bibirnya, lalu mengangkat dagunya dan balas mengangguk dengan bangga.Susan berbalik sambil tertawa kecil.Dia baru saja mengangkat kakinya ketika suara Gavin terdengar dari sampingnya."Nona Susan, kamu mau pergi ke mana?"Susan tidak berhenti berjalan, tetapi Gavin berkata lagi, "Ada yang ingin kubicarakan denganmu."Susan tetap diam.Dia berjalan keluar restoran, meninggalkan Gavin di belakang.Gavin pun berkata, "Apa Nona Susan ada urusan mendesak? Kamu bahkan nggak mau memberiku waktu beberapa menit."Susan masih mengabaikannya.Senyum santai Gavin sontak membeku. Dia menatap punggung Susan dengan sorot tajam.Gavin pun melangkah maju dan meraih pergelangan tangan Susan, lalu menarik dan membanting tubuh Susan ke dinding.Pemandangan yang Susan lihat sontak berputar. Dia memejamkan mata, tubuh dan bagian belakang kepalanya membentur dinding dengan keras. Penglihatan Susan sontak menjadi berkunang-kunang.Belum sempat Susan membu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status