MasukGavin tidak mungkin memberi tahu Yunda apa sebenarnya yang ingin dia lakukan.Di mata Gavin, gadis sebaik Yunda seharusnya tidak bersentuhan dengan hal-hal yang tidak baik, juga orang-orang yang tidak baik.Sementara Gavin, dia bersedia menyingkirkan halangan untuk Yunda.Gavin tertawa nakal. "Apa masalahnya? Kita semua teman, kami hanya bersenang-senang saja."Senyuman Yunda sedikit membeku. "Benarkah? Kalau begitu, kalian bersenang-senanglah."Susan hanya terus berjalan ke depan, tidak memedulikan suara di belakangnya.Namun, Yunda memahami maksud di balik kata-kata Gavin.Yunda dan Gavin tumbuh bersama sejak kecil, bagaimana mungkin dia tidak memahami karakter dan emosi Gavin?Mata Gavin memberitahunya bahwa pria itu sekarang pasti akan melakukan sesuatu.Hanya karena masih mengira dirinya polos dan mudah ditipu, jadi Gavin tidak memberitahunya.Yunda tidak akan mengungkapkan hal ini.Namun, dia juga bersedia menjadi pendukung Gavin.Oleh karena itu, Yunda perlahan bergerak, berjala
Susan mengerutkan kening, lalu berjalan maju satu langkah.Dengan begini, jarak antara dirinya dan Gavin menjadi lebih dekat.Karena mereka berada lebih dekat, Susan bisa melihat air menetes dari ujung rambut Gavin yang basah kuyup, meluncur mengikuti garis bahu dan lehernya ke bawah, hingga menyatu dengan handuk di bahunya.Tubuh bagian bawah Gavin hanya mengenakan celana renang basah yang menempel di pahanya. Seluruh tubuhnya basah kuyup, sepasang matanya yang seperti rubah tampak berkilauan dengan cahaya redup.Susan belum pernah melihat Gavin menunjukkan sikap layaknya burung merak yang membuka ekornya. Saat melihatnya seperti ini, Susan sempat tertegun sejenak, serta pikirannya kosong sesaat.Pada detik singkat ketika Susan tertegun, Gavin tersenyum simpul. Namun, di balik sorot matanya yang menunduk, hampir tidak tampak ketertarikan apa pun."Nona Susan, kalau kamu menatapku seperti ini, aku akan mengira kamu jatuh cinta padaku," kata Gavin.Susan menyeringai, suaranya terdengar
Sampai Susan diadopsi Keluarga Sutedja dan bertemu dengan Ryan.Hari itu sepulang sekolah, guru pria itu terus mengikuti Susan dari belakang. Telapak tangannya yang kasar tergantung di bahu Susan, perlahan meremasnya, sementara nada bicaranya terdengar mesra sekaligus serius. Susan tidak bisa memahami maksud kata-kata guru itu. Dia hanya tahu bahwa dia harus berjalan dengan lebih cepat.Setelah itu, Susan ditarik oleh guru pria itu ke dalam gang.Saat jaket di tubuh Susan dilepas oleh guru pria itu, dia belum menyadari apa yang terjadi.Begitu Ryan menjatuhkan guru pria itu ke tanah dengan satu pukulan, Susan langsung terkejut.Pada saat itu, Ryan belum sematang sekarang, matanya juga belum setajam sekarang, belum bisa menghadapi badai dengan tenang, bahkan emosinya belum tersembunyi dengan baik. Wajahnya penuh dengan aura kejam, mata hitamnya tampak kelam dan tajam, seakan mampu menggoreskan luka di tubuh guru pria itu.Ryan yang mengenakan setelan jas hitam mencengkeram kerah guru pr
Susan perlahan menarik kembali kakinya, menatap pria yang tergeletak di lantai dengan tubuh meringkuk dan wajah memerah. Wajah Susan sangat tenang, begitu tenang hingga tampak menakutkan.Suasana langsung menjadi hening, sementara tatapan ragu semua orang tertuju pada Susan.Banyak pria yang langsung tersentak melihat gerakan Susan. Mereka meringis saat melihat wajah pria yang kesakitan itu, bahkan mundur beberapa langkah seolah ikut merasakan sakitnya. Tanpa sadar, kedua tangan mereka menutupi bagian bawah tubuh mereka seperti pria itu.Pria itu terengah-engah sambil memelototi Susan dengan tajam. "Susan, kamu cari mati!"Susan berkata dengan tenang, "Kamu masih punya tenaga untuk berteriak, ya? Sepertinya tendanganku masih kurang keras. Singkirkan tanganmu, aku akan menambahkan satu tendangan lagi."Setelah mengucapkan itu, gelak tawa langsung memenuhi ruangan.Bukan hanya pria itu yang mengelilingi Susan, tetapi ada juga tiga hingga empat pria lainnya.Beberapa pria yang tersisa men
Susan sedikit mengerutkan kening, lalu berbalik untuk menghindar.Pria itu langsung menarik lengan Susan sambil tertawa main-main. "Nona Susan, hanya minum segelas untuk menghormati saja nggak sesulit itu, 'kan?"Wajah Susan menjadi dingin. "Lepaskan."Setelah dipermalukan di depan umum, wajah pria itu langsung menjadi muram, lalu dia menarik pergelangan tangan Susan dengan makin keras. "Susan, kenapa kamu sok sekali?""Jangan bersikap nggak tahu diri."Pria itu hampir membentak. Di gedung kolam renang yang besar, suara pria itu terdengar sangat jelas. Orang-orang di sekitar langsung menoleh ke arah mereka.Orang-orang di dalam gedung kolam renang terbagi menjadi dua bagian. Sebagian besar orang menghampiri Ryan dan Yunda untuk menyanjung keduanya, sementara sebagian kecil lainnya adalah pria-pria dengan tubuh bagian atas tanpa busana dan perut yang berlemak. Mereka adalah orang-orang yang mengelilingi Susan. Senyuman di wajah mereka dan tatapan mereka pada Susan sangat cabul, seolah i
Susan menatapnya dengan pandangan dingin. "Aku nggak menyangka ternyata Pak Gavin memiliki hobi seperti ini. Aku nggak akan menemanimu supaya aku nggak tertular penyakit di sini."Kata-kata Susan sangat tidak sopan dan tajam.Ketika mendengar itu, raut wajah Gavin menjadi muram, tetapi dia tetap mempertahankan sikap sopannya seperti biasa.Susan berbalik, hendak mendorong pintu kolam renang.Suara Gavin yang santai terdengar dari belakangnya, "Nggak ada gunanya, pintu itu nggak akan terbuka tanpa izinku. Jadi, Susan, sebaiknya kamu diam di sini saja malam ini."Susan menggertakkan giginya.Ketika berbalik, dia langsung melihat Gavin melepas jas luarnya di hadapannya tanpa ragu-ragu. Kemudian, pria itu juga melepaskan kemeja putih yang menutupi tubuh bagian atasnya.Susan mengerutkan kening, lalu mengalihkan pandangannya.Gavin tertawa. "Kenapa? Apa tubuhku nggak bagus? Kenapa kamu nggak melihatku?"Susan berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu nggak selalu bertingkah seperti burung mer







