Share

1005

last update Last Updated: 2025-09-09 06:34:40

“Qio Ren, aku sudah lama tidak bersenang-senang. Izinkan aku bersenang-senang terlebih dahulu. Aku ingin merasakan kekuatan para putra putri terbaik dari penguasa Galaksi. Apakah mereka benar-benar hebat, atau hanya mengandalkan nama orang tuanya saja.”

“Cukup, hentikan!” Tatapan Qio Ren melesat tajam, seperti bilah pedang yang ditempa dari kedinginan bintang-bintang. Pandangan dinginnya membuat Liu Tong sedikit gemetar, walau ia berusaha menutupinya dengan senyum miring.

Qio Ren kemudian menangkupkan tangannya ke arah Xiao Tian dan Qiu Chanfeng. “Aku harap kalian dapat memaafkan temanku, mulutnya memang tak terkendali. Aku janji akan mendisiplinkannya.”

Qiu Chanfeng mendengus dingin, napasnya masih menyisakan tekanan yang menusuk. “Kalau begitu, jaga mulut temanmu itu, jika tidak. Mungkin dia tidak memiliki kesempatan melihat Matahari di hari esok.”

Liu Tong berlari mendekati Qio Ren, namun sebelum pergi ke arah gedung istirahat, ia masih sempat menoleh ke arah Qiu Chanfeng. Sen
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kultivator Inti Semesta   1034

    Ketika tatapan mata Xiao Tian jatuh pada Liu Tong, ruang di hadapannya bergetar, lalu dua bola energi muncul begitu saja dari kehampaan. Satu bola api membara, satu lagi petir menyambar, keduanya langsung melesat menuju tubuh Liu Tong. BOOM! BOOM! Ledakan mengguncang arena ketika Liu Tong mengayunkan tombaknya untuk menangkis. Bola api dan petir itu terpental ke samping, menghantam dinding arena dan menimbulkan getaran hebat. Meski arena tidak mengalami kerusakan sedikit pun, namun para penonton bisa merasakan betapa dahsyat kekuatan yang dilepaskan Xiao Tian. Liu Tong kini tidak berani lagi meremehkan. Kedua tangannya menggenggam tombak dengan lebih kuat, seolah hendak mematahkan apa pun yang menghadang. Tubuhnya sedikit menunduk, sorot matanya semakin tajam, penuh amarah bercampur dengan gairah untuk membunuh. Dengan teriakan keras, ia mengayunkan tombaknya membelah udara. Seketika, dari ujung tombak itu terpancar cahaya hijau yang semakin pekat, lalu berubah wujud. Garis-garis

  • Kultivator Inti Semesta   1033

    “Tidak mungkin… ranahnya hanya peringkat satu, tapi tekanannya setara dengan peringkat lima!” bisik seorang penonton, keringat dingin menetes di pelipisnya. WHOOSSHHH!!! Sembilan ular kayu lainnya bergerak bersamaan. Tubuh panjang mereka melesat dari berbagai arah, menyerang seperti badai. Gigi runcing berderet, sisik-sisik kayu bergesekan menghasilkan suara mengerikan. Gerakan mereka cepat, mematikan, dan hampir tidak memberi celah untuk menghindar. Namun Xiao Tian tidak bergeser sedikit pun. Matanya tetap tenang, tubuhnya bergeming bagai gunung. Ia mengangkat kedua tangannya, telapaknya diselimuti oleh api dan petir yang bergolak. Api itu menyala terang, petir mengalir liar di sela-sela jemarinya, memancarkan suara berderak yang menusuk telinga. Dengan gerakan cepat, ia menyambut datangnya sembilan ular kayu itu. Setiap pukulannya menghantam tepat sasaran. BAANG!!! Satu ular hancur. DUAARRR!!! Ular kedua terbakar menjadi abu. BRAAAKK!!! Ular ketiga terbelah oleh sambaran pet

  • Kultivator Inti Semesta   1032

    Merasakan ranah Liu Tong, Xiao Tian tetap tenang. Tidak ada perubahan berarti pada wajahnya, meski aura lawannya begitu menggetarkan arena. Namun, di dalam hati, pikirannya bekerja dengan sangat jernih. Ia sedang mempertimbangkan sesuatu. “Aku bisa saja mengakhiri pertarungan ini dalam satu detik. Tapi jika aku menunjukkan kekuatanku yang sesungguhnya, berarti aku sudah membuka kartu trufku di awal.” Xiao Tian sangat berhati-hati. Ada dua hal yang menjadi pertimbangannya. Pertama, dia belum melihat kekuatan sejati Qio Ren, orang yang jelas lebih berbahaya daripada Liu Tong. Kedua, ia menyadari betul Puncak Surgawi bukanlah tempat biasa. Tidak menutup kemungkinan ada sosok yang jauh lebih kuat sedang memperhatikan dari balik kerumunan. Memperlihatkan kekuatan sejatinya di awal sama saja dengan memperlihatkan kelemahannya. “Aku akan melawannya menggunakan kekuatan beladiriku. Walaupun pertarungan ini akan sedikit melelahkan, tapi ini lebih baik daripada memperlihatkan semua kekuatan

  • Kultivator Inti Semesta   1031

    Para jenius undangan tertawa dengan penuh kesombongan. Suara tawa mereka bergema, penuh keyakinan seakan tidak ada seorang pun yang mampu menggoyahkan kedudukan mereka. Label jenius yang melekat pada diri mereka memang bukan sekadar omong kosong. Setiap dari mereka telah ditempa dengan kebanggaan, kehormatan, serta darah yang tumpah di arena. Sebagian di antara mereka mungkin sudah mendengar kabar bahwa Xiao Tian kuat, bahkan bisa mengalahkan Qiu Chanfeng. Namun, bagi mereka, itu hanya sekadar cerita yang beredar dari mulut ke mulut. Tanpa menyaksikan langsung, siapa pun bisa meragukan kebenaran kabar itu. Terlebih lagi, berita semacam itu bisa saja hanya rekayasa untuk mengangkat reputasi Xiao Tian sebagai anak Kaisar Dewa Tertinggi, Xiao Jian. “Bagaimana mungkin bocah itu bisa lebih hebat dari kita hanya karena nama besar ayahnya,” bisik salah satu jenius undangan sambil melirik penuh ejekan. Yang lain tertawa kecil, menambahkan, “Benar, jika dia benar-benar sekuat itu, sudah seja

  • Kultivator Inti Semesta   1030

    Pertarungan demi pertarungan pecah tanpa henti. Tubuh-tubuh beterbangan, darah menyiprat ke udara, dan jeritan panjang bercampur dengan teriakan kemenangan. Para penonton berteriak histeris, sebagian mendukung, sebagian lagi menutup wajah dengan ketakutan. Puncak Surgawi kini bagaikan medan perang yang tak terkendali. Ironisnya, para peserta yang baru saja tiba melalui jalur ujian, bukan undangan, menjadi korban paling awal. Mereka yang baru menginjakkan kaki belum sempat memahami kondisi arena, tetapi banyak yang langsung tersingkir, bahkan mati terbunuh sebelum bisa menunjukkan kemampuan. Semakin lama, suasana arena semakin memanas. Setiap tatapan penuh kewaspadaan, setiap gerakan membawa ancaman. Tidak ada lagi yang bisa dipercaya, bahkan di antara sesama sekutu. Ketegangan itu benar-benar mencapai puncak ketika Liu Tong akhirnya turun ke arena. Begitu kakinya menjejak tanah, atmosfer seolah terhenti sesaat. Banyak jenius yang hadir merasakan hawa kematian menyelimuti tubuh merek

  • Kultivator Inti Semesta   1029

    “Yang Mulia,” ucap para Tetua hampir serempak. Suara mereka rendah, penuh kewaspadaan. Mereka benar-benar mengerti perasaan Kaisar Dewa Titan saat ini. Tak seorang pun berani memperlihatkan keraguan, bahkan sekecil pun. Wajah mereka kaku dan serius, menandakan bahwa apa pun yang diperintahkan oleh Kaisar Dewa Titan akan langsung mereka lakukan tanpa menimbang nyawa sendiri. Kaisar Dewa Titan mengangkat tangannya perlahan. Aura keilahiannya yang menindas langsung memenuhi ruangan, membuat dinding kapal berderak seperti hendak runtuh. Tekanan itu memaksa para Tetua menahan napas, namun tidak ada satu pun yang mundur. “Aku tak berharap masih membiarkan ikan kecil lolos dari jaring. Sekarang, kalian pergi menyebar sejauh tiga juta mil dari luar wilayah Puncak Surgawi. Letakkan semua bendera array dan rune-rune ini.” Sebuah cincin dewa dilemparkan olehnya dengan gerakan kasar ke arah Tetua pelindung Istana. Cincin itu berputar di udara sebelum mendarat di tangan Tetua yang segera menund

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status