Home / Fantasi / Kultivator Inti Semesta / Bab 4: Sumpah Tian'er!

Share

Bab 4: Sumpah Tian'er!

last update Last Updated: 2024-07-29 15:56:33

Ketika Fa Wa sedang menangkap ikan di sungai, dengan pandangan kosong, Xiao Tian menatap langit yang biru, tangannya terkepal erat menggenggam kenangan pilu.

Tiba-tiba, air mata mulai mengalir dari sudut matanya, jatuh ke tanah dan membentuk genangan kecil. Namun, itu bukan air mata biasa yang jernih, melainkan air mata darah yang merah pekat, seolah menggambarkan betapa dalamnya rasa sakit yang dirasakannya. Xiao Tian mengingat kembali saat ayah dan ibunya tewas di tangan musuh dari Kerajaan Wang dan Dinasti Ming, yang telah menghancurkan keluarganya.

Dalam hatinya, dia bersumpah untuk membalaskan dendam orangtuanya. ’Ibu, ayah. Tian’er bersumpah akan membalaskan dendam kalian! Tian’er tidak akan membiarkan kerajaan Wang dan Dinasti Ming yang membuat kalian mati pergi begitu saja. Aku akan membuat mereka membayar ratusan kali lipat, jika aku tidak mampu membalas dendam, aku bersumpah untuk tidak menjadi manusia!’

Ziyan Rouxi melihat Xiao Tian yang meneteskan air mata darah. “Tian, kamu harus bisa menenangkan emosimu. Jika kamu ingin membalaskan dendam orang tuamu, itu hanya ada satu cara, kamu harus tumbuh menjadi orang kuat melebihi siapapun!”

Xiao Tian tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya.

****

Fa Wa tiba dengan membawa seekor ikan besar yang baru saja ia tangkap dari sungai, lalu dia membakarnya. Setelah selesai, Fa Wa mengajak Xiao Tian dan Ziyan Rouxi untuk pulang.

Ketika mereka tiba di pintu gerbang Sekte, Xiao Tian memperhatikan tulisan besar yang tergantung di atas pintu gerbang. Dia menghentikan langkahnya sejenak, membaca tulisan itu dengan seksama. "Sekte Pedang Tertinggi," gumam Xiao Tian, mencoba mengingat apakah pernah mendengar tentang Sekte dengan nama Pedang Tertinggi. Akan tetapi, dia tidak dapat mengingat adanya Sekte Pedang Tertinggi di Dinasti Ming.

Xiao Tian terkejut saat menyadari bahwa ia berada di wilayah Dinasti She. "Apakah aku terbawa arus sungai hingga ke Dinasti She?" gumamnya dalam hati, merasa bingung dan terkejut. Xiao Tian menghirup udara dingin yang melingkupi tubuhnya.

Mengingat kembali ilmu yang didapatkannya dari membaca kitab-kitab pengetahuan, Xiao Tian memahami betapa jauhnya jarak antara Dinasti Ming dan Dinasti She.

Xiao Tian adalah orang yang rajin membaca, ibunya selalu menyuruhnya untuk membaca kitab-kitab tentang berbagai pengetahuan. Bukan hanya pengetahuan tentang beladiri, tetapi tentang pengetahuan umum juga. Walaupun dia masih kecil, wawasan Xiao Tian sangat luas, apalagi anak itu memiliki mata khusus, apapun yang dia lihat, dia akan langsung mengingatnya dan tidak pernah lupa.

“Hormat kepada patriark.” Ketika orang-orang yang menjaga pintu masuk melihat Fa Wa, mereka langsung membungkuk untuk memberikan hormat.

Fa Wa hanya tersenyum, dan langsung membawa Ziyan Rouxi dan Xiao Tian masuk.

Xiao Tian sampai di kediaman Fa Wa. Fa Wa menatap Xiao Tian. “Tian, sekarang kamu akan tinggal di sini. Namun, walaupun kamu aku angkat menjadi cucuku, kamu tidak akan lepas dari tugas. Tugasmu adalah membersihkan seluruh halaman rumah, dan juga tempat latihan. Kamu juga harus merawat semua kitab yang berada di rumah ini, jangan biarkan ada satu kitab pun yang berdebu! Setelah kamu berusia 10 tahun, baru aku akan mendaftarkanmu menjadi pendekar di Sekte ini. Walaupun aku sebagai patriark, aku harus mengikuti aturan Sekte. Apakah kamu mengerti?”

Xiao Tian menangkupkan tangannya. “Kakek, aku mengerti.”

****

Setiap hari Xiao Tian terus melakukan tugasnya, setiap pagi, Xiao Tian dengan tekun menyapu halaman rumah, menghilangkan dedaunan kering yang berserakan. Sinar matahari pagi memantulkan kilauan keringat di wajahnya yang polos. Setelah itu, dia beralih ke tugas berikutnya yaitu membersihkan debu yang menempel pada kitab-kitab di siang hari. Tangannya yang kecil tapi lincah mengelap setiap sudut kitab dengan hati-hati, tak ingin merusak lembaran-lembaran yang berharga itu.

Ketika malam tiba, Xiao Tian memanfaatkan kesempatan tanpa sepengetahuan Fa Wa, anak itu menyelinap ke ruang perpustakaan. Dalam keheningan malam, dia membaca kitab-kitab dengan penuh minat, menyerap ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Meskipun usianya masih sangat muda, tekad dan semangat belajarnya tak pernah pudar.

Sudah tiga tahun Xiao Tian tinggal di Sekte Pedang Tertinggi. Kini, usianya telah menginjak sembilan tahun.

“Tian, ayo kita pergi ke arena beladiri. Sekarang ada acara yang menarik untuk ditonton.” orang yang berbicara adalah Ziyan Rouxi, sekarang dia sudah berusia 11 tahun. Walau usianya sudah beranjak 11 tahun, wajah cantiknya sudah terlihat lebih matang.

Xiao Tian mengangguk, dia juga sangat tertarik dengan pertarungan murid-murid yang berbakat. Dia memutuskan untuk ikut menonton pertarungan mencari murid terkuat Sekte Pedang Tertinggi.

Ketika mereka berdua tiba di arena beladiri, tak ada satupun yang berani menghentikan mereka, karena mereka semua tahu tahu bahwa kedua anak kecil itu adalah cucu patriark mereka.

“Lihat! Apakah itu cucu angkat Patriark yang bernama Tian?” Salah satu murid bertanya kepada murid lainnya.

“Benar. Dia adalah Tian, sayang anak itu sepertinya tidak menyukai beladiri, sampai saat ini dia belum pernah terlihat berlatih.”

“Mungkin dia menunggu usianya genap 10 tahun dan dia akan berlatih.”

“Hahaha, dia memang cucu angkat patriark yang tidak berguna. Berbeda dengan nona Ziyan, walaupun usia Ziyan belum genap 10 tahun, jarinya selalu dipenuhi dengan latihan, jadi ketika nona Ziyan berusia 10 tahun, dia tidak hanya mulai mengikuti latihan bersama, tetapi nona Ziyan sudah bisa mengalahkan murid-murid yang berusia lebih di atasnya.”

“Mungkin itu perbedaan antara cucu asli dan cucu angkat. Bagaimanapun dia adalah cucu angkat, Tian tidak memiliki darah patriark, wajar jika bakatnya dalam beladiri sangat kurang.”

Ucapan orang-orang itu terdengar oleh Xiao Tian. Namun, Xiao Tian tidak pernah menganggapnya. Dia sudah terbiasa dengan hinaan murid-murid Sekte itu. Walaupun dia memiliki status sebagai cucu angkat Fa Wa, orang-orang tidak segan untuk mengejeknya.

Ziyan Rouxi ingin menegur mereka, tetapi, Xiao Tian menghentikannya. “Tidak perlu meladeni mereka, sekarang mari kita pergi temui kakek.”

“Kamu terlalu lembut pada mereka. Jika kamu terus seperti ini, kamu akan terus diejek oleh mereka!” Ziyan Rouxi tidak terima saudara angkatnya ini direndahkan oleh orang lain.

“Tidak perlu marah, lagipula aku tidak terluka oleh ejekan mereka.” Xiao Tian tersenyum kecil. Namun, dibalik senyuman itu ada maksud tertentu.

Mereka berdua duduk di belakang FA Wa. Keduanya mendengarkan Fa Wa menerapkan aturan untuk pertandingan mencari murid terkuat di bawah usia 17 tahun.

Fa Wa menatap semua orang yang hadir. “Kalian pasti sudah tahu mengapa pertandingan ini diadakan? Pertandingan ini untuk mencari bakat terkuat, siapapun yang menjadi pemenangnya, kalian akan mewakili Sekte Pedang Tertinggi untuk acara turnamen di kekaisaran She. Jadi gunakan seluruh kemampuan kalian, agar aku bisa mengetahui sumber daya apa yang cocok untuk kalian. Aku akan mengembangkan murid terkuat secara langsung selama satu tahun. Saat turnamen diadakan, kalian sudah siap bersaing dengan murid-murid dari Sekte dan kerajaan lain di Dinasti She. Apakah kalian mengerti?”

Suara Fa Wa mengandung tenaga dalam. Jadi suaranya terdengar oleh semua orang yang hadir.

“Patriark, kami mengerti.” Semua murid yang hadir menjawab dengan serempak.

“Bagus jika kalian mengerti!” Fa Wa menatap salah satu tetua. “Liu Qingyun, kamu pimpin acara!”

Liu Qingyun adalah tetua yang memiliki status tinggi di Sekte, walaupun usianya tidak muda lagi, otot-otot dan wajah garangnya, menunjukkan bahwa lelaki itu sangat kuat.

“Baik, patriark.” Liu Qingyun langsung maju ke arena beladiri. Dia memulai pertandingan.

Xiao Tian terus memperhatikan pertarungan. Namun, matanya selalu tertuju terhadap satu murid pria. Murid itu bernama Daniel.

Xiao Tian bergumam dalam hatinya. ‘orang bernama Daniel ini jelas-jelas memiliki tenaga dalam 230 lingkaran, dia sudah menjadi pendekar kelas tiga. Tetapi, dia menyegel tenaga dalamnya sendiri, dan menunjukkan bahwa dia hanya memiliki 100 lingkaran tenaga dalam. Orang ini sangat hati-hati, sepertinya dia yang akan menjadi pemenang kompetisi ini.’

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ate Driyanto Kriswan
Mulai dihina, akan tiba saatnya yang menghina dan merendahkannya akan melongo heran, bingung, menyesal jadi level di bawahnya MC.
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Ngah Fadel
terimakasih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kultivator Inti Semesta   805

    Setelah menghempaskan Zhen Kehan hanya dengan satu tendangan, Daniel melesat kembali ke arah Wei Quan, tubuhnya seolah dibalut aura kehancuran yang menggetarkan udara di sekitarnya. Melihat Daniel datang, Wei Quan segera melemparkan kipas peraknya ke udara sambil membentuk segel tangan dengan cepat dan presisi. BUZZ BUZZ BUZZ BUZZ!!! Kipas perak itu bergetar hebat, kemudian meledak menjadi ribuan bilah-bilah kecil berwarna perak yang memantulkan cahaya tajam mematikan. Setiap bilah seperti pedang mungil yang bisa mengoyak tubuh siapa pun tanpa ampun. "Serang!" teriak Wei Quan dengan suara penuh tekanan. Mendengar perintah itu, bilah-bilah perak berputar seperti gangsing yang diputar dengan kecepatan ekstrem. Sebagian besar menyerbu ke arah Daniel, sisanya membentuk semacam perisai memutar yang melindungi tubuh Wei Quan dari segala arah. Namun Daniel tidak berhenti. Dia mengangkat tangan kanannya, dan energi Ilahi melonjak liar dari tubuhnya. Aura naga muncul samar, dan saat kaki

  • Kultivator Inti Semesta   804

    Puxue mengalihkan pandangannya ke Daniel. Tanpa perlu kata, Daniel sudah mengerti. Dia membalas tatapan itu dengan anggukan tenang. “Wakil penegak hukum, biarkan mereka maju bersama, agar tidak membuang banyak waktu,” ucap Daniel datar, namun penuh percaya diri. “SOMBONG!” Suara itu muncul dari arah barisan belakang murid dalam. Pernyataan Daniel dianggap seperti hinaan langsung terhadap dua jenius teratas di wilayah murid dalam yang sudah lama terkenal. “Kakak senior Wei Quan! Beri pelajaran pada orang tak tahu diri itu! Hanya karena berhasil mengalahkan Laofan, dia seolah-olah tak terkalahkan!” “Benar! Buat dia babak belur! Agar dia tahu, siapa orang yang ia lawan!” Sorakan itu semakin menggema. Mereka menyatu menjadi tekanan mental yang diarahkan pada satu sosok di tengah arena—Daniel. Mendapat dukungan dari ratusan suara, Wei Quan tersenyum lembut. Namun di balik senyum itu, api perang dalam dirinya telah menyala hebat. “Bocah udik… aku ingin melihat kekuatan apa yang mam

  • Kultivator Inti Semesta   803

    Melihat Daniel menyetujui tantangan itu dengan santai, para murid semakin mencemooh. Suara tawa dan ejekan menggema, menusuk seperti belati yang menggores harga diri. Mereka belum tahu bahwa Daniel masih menyembunyikan ranahnya. Tidak satu pun menyadari bahwa bocah itu telah mencapai peringkat tujuh Alam Setengah Dewa—sebuah pencapaian yang seharusnya mustahil bagi usia dan statusnya. “Laofan, karena Daniel menyetujui tantanganmu, kamu bisa segera memulai!” seru Puxue, suaranya menggema tegas di seluruh alun-alun. Laofan langsung melesat ke udara, jubahnya berkibar tertiup angin malam yang mulai dingin. Napasnya teratur, tapi dari sorot matanya tampak jelas—ia tidak menganggap ini sebagai pertandingan biasa. Ada rasa tertantang, namun juga keangkuhan yang menempel erat pada ekspresinya. “Daniel, namamu Daniel, kan? Jika kamu ingin menjadi murid inti, kamu harus bisa mengalahkanku!” Tanpa memberi kesempatan lebih lama, Laofan meluncurkan serangan pertama. Tinju kanannya menghantam

  • Kultivator Inti Semesta   802

    Puxue berdiri tegak di udara, tubuhnya memancarkan aura agung dan tak tergoyahkan. Jubahnya berkibar pelan diterpa angin malam, memantulkan cahaya dari batu Ilahi yang menghujamnya dari segala arah. Di belakangnya, ratusan Tetua dan murid inti berdiri dalam formasi mengesankan. Barisan itu ibarat tembok kekuatan tak tertembus, penuh wibawa, penuh tekanan. Mereka semua berdiri dengan gagah, sorot mata dingin dan penuh wibawa, tidak menunjukkan sedikitpun kelemahan. Merekalah lambang kekuatan tertinggi dari generasi yang masih tumbuh dalam sekte ini. Saat ini, semua orang menatap Puxue. Tidak ada satu pun yang berani bersuara. Bahkan mereka yang tadi ribut pun menahan napas, menanti keputusan penting yang akan diumumkan malam itu. Mereka ingin mendengar dengan jelas siapa murid penjaga binatang suci yang direkomendasikan menjadi murid inti. Puxue melihat kehadiran Xiao Tian, Daniel, dan Ershita'er. Sekilas senyum muncul di wajahnya saat matanya tertuju pada Daniel. Sorotnya memancar

  • Kultivator Inti Semesta   801

    Namun Daniel mencibir. Bibirnya menyungging senyum tipis yang dipenuhi kemarahan. “Tidak perlu repot-repot,” ujarnya pelan, tapi suaranya menggema seisi ruangan. Gema itu seperti peringatan akhir yang menggantung di langit mendung. “Pukaishan telah mati. Sekarang... kamu temani dia di alam baka.” BAANG!!! Satu pukulan penuh kekuatan Ilahi menghantam kepala Wuyan Mei. Tidak ada peringatan, tidak ada aba-aba. Hanya energi murni yang meledak dari kepalan tangan Daniel, menghantam sasaran dengan presisi mematikan. Suara tulangnya pecah terdengar jelas, mengerikan, seolah ruangan ini menjadi saksi kekuatan mutlak yang tak bisa ditawar. Kepalanya hancur berkeping. Potongan tengkoraknya terlempar ke lantai, diikuti cipratan darah yang seketika membeku di tengah udara karena tekanan energi Ilahi yang masih tersisa. Tubuh tanpa kepala itu tetap berdiri selama beberapa detik, seperti belum menyadari kematiannya, sebelum akhirnya jatuh ke lantai tanpa suara. Ruangan menjadi sunyi. Tak ada y

  • Kultivator Inti Semesta   800

    Wajah Wuyan Mei seketika memucat. Warna merah jambu di pipinya lenyap seperti terhapus oleh bayangan kematian. Setetes keringat dingin jatuh dari pelipisnya, mengikuti garis wajahnya yang kini kehilangan keanggunan. “Aku... aku tidak biasa memakan makanan ini. Tapi aku tahu kamu sangat menyukainya, jadi aku... aku merasakannya untukmu,” ujarnya terbata. Suaranya pecah, tidak lagi terbungkus kelembutan. Retakan pada nada bicaranya menguak kegelisahan yang ia coba sembunyikan. Daniel mendekat selangkah. Jarak di antara mereka kian menipis, namun yang terasa justru jurang yang menganga lebar. Sorot matanya penuh ancaman, bukan ancaman yang ditunjukkan dengan teriakan atau kekerasan, tapi ancaman yang datang dari kebenaran yang tak bisa lagi dibantah. “Tidak menyukainya, atau karena beracun? Wuyan Mei, sekarang kamu makan!” Suasana berubah mencekam. Bahkan napas terasa lebih berat. Diam yang mencekik melingkupi ruangan. Waktu seolah membeku, dan ketegangan menggantung di udara seperti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status