LOGINXiao Tian mengetahui tingkatkan ranah pendekar dari kitab-kitab yang dia baca.
Tingkatan pendekar diukur berdasarkan jumlah lingkaran tenaga dalam yang dimiliki. Pendekar kelas satu: memiliki 30 lingkaran tenaga dalam. Pendekar kelas dua: 100 lingkaran tenaga dalam. Pendekar kelas tiga: 200 lingkaran. Pendekar kelas empat: 300 lingkaran tenaga dalam. Setelah itu naik ke ranah pendekar raja. Pendekar raja terbagi menjadi pendekar raja bumi, pendekar raja langit, pendekar raja beladiri. Pendekar raja bumi memiliki tingkat dari satu hingga sembilan. Tingkat 1: memiliki 500 lingkaran tenaga dalam. Tingkat 2: 700 lingkaran tenaga dalam. Tingkat 3: 900 lingkaran tenaga dalam. Tingkat 4: 1100 lingkaran. Tingkat 5: 1300 lingkaran. Tingkat 6: 1500 lingkaran. Tingkat 7: 1700 lingkaran. Tingkat 8: 1900 lingkaran. Tingkat 9: 2100 lingkaran. Pendekar raja langit juga memiliki tingkat dari 1 hingga 9. Tingkat 1: 2400 lingkaran tenaga dalam, dan setiap peringkat akan bertambah 300 lingkaran. Pendekar raja beladiri juga memiliki 9 peringkat. Tetapi, tidak lagi disebut tenaga dalam, mereka yang berhasil menjadi raja beladiri adalah orang-orang yang telah merubah tenaga dalamnya menjadi Qi. ‘Pamanku Wang Chong memiliki ranah peringkat 6 raja beladiri. Rumor mengatakan bahkan orang-orang Kekaisaran sudah berhasil menerobos setengah kaisar beladiri. Perjalananku masih jauh. Sekarang aku hanya memiliki 430 lingkaran tenaga dalam, aku membutuhkan 70 lingkaran lagi untuk menerobos pendekar raja bumi. Sekarang aku masih pendekar kelas empat. Sepertinya aku tidak perlu lagi menyembunyikan kekuatanku, karena sumber daya terbaik Sekte hanya diberikan kepada murid yang terkuat. Setelah acara ini selesai, aku akan berbicara dengan kakek agar aku bisa mulai berlatih bersama murid-murid yang lainnya!’ Ketika Xiao Tian sedang memikirkan berbagai hal. Liu Qingyun mengumumkan pertandingan akhir, yaitu pertandingan final. “Sekarang sudah memasuki babak final. Siapapun yang menjadi pemenangnya, kalian adalah murid terbaik Sekte Pedang Tertinggi kita. Gunakan seluruh kemampuan kalian, namun dilarang membunuh satu sama lain. Daniel, Lu Xuan, kalian maju dan perlihatkan kekuatan kalian!” Daniel dan Lu Xuan adalah murid yang bertahan hingga akhir, keduanya adalah murid paling berbakat di bawah usia 17 tahun di Sekte Pedang Tertinggi. Keduanya langsung memasuki arena beladiri. Daniel menangkupkan tangannya kepada Lu Xuan. “Saudara Lu Xuan, tolong bimbinganmu.” “Hahaha, aku juga.” Bhuzz— Xiao Tian melihat murid bernama Lu Xuan juga menyembunyikan kekuatan aslinya, dia memiliki tenaga dalam 210 lingkaran. Tetapi, dia hanya menunjukkan 140 lingkaran saja. “Hmm, ini benar-benar menarik.” Gumaman Xiao Tian terdengar oleh Ziyan Rouxi. “Adik Tian, apakah sekarang kamu tertarik menjadi seorang pendekar?” Mendengar pertanyaan Ziyan Rouxi, Xiao Tian tersenyum kecil. “Kakak perempuan, kamu harus rajin berlatih! Jika tidak, ketika aku mulai berlatih, Aku akan langsung menyusulmu.” “Hahaha, kakak menantikan itu. Segeralah berlatih.” Ziyan Rouxi tidak marah, dia malah tersenyum manis. Fa Wa merasa bahagia melihat cucu kandungnya sangat akrab dengan cucu angkatnya. Dia berharap keduanya bisa tumbuh, dan menjadi pilar untuk Sekte Pedang Tertingginya di masa depan. **** Di tengah arena beladiri yang luas, Lu Xuan dan Daniel saling berhadapan dengan pedang mereka terhunus, siap untuk bertarung. Penonton di sekeliling arena menahan napas, menunggu pertarungan seru antara dua pendekar ini dimulai. "MULAI!" seru Liu Qingyun. Begitu suaranya terdengar, Lu Xuan dan Daniel langsung melancarkan serangan mereka. Kedua pendekar itu bergerak lincah, permainan pedang mereka menunjukkan keahlian dan kecerdikan yang tinggi. Suara benturan antara pedang Lu Xuan dan Daniel terus bergema di arena, membuat penonton semakin terpesona. Setelah beberapa pertukaran serangan, Lu Xuan mulai merasa ada yang tidak beres. Tenaga dalam Daniel seolah tak ada habisnya, dan setiap serangannya semakin kuat. Lu Xuan sadar bahwa dia harus menggunakan kekuatan penuhnya jika ingin mengalahkan lawannya. "Aku tidak bisa menyembunyikan lagi kekuatanku!" gumam Lu Xuan dalam hati. Dengan tekad bulat, dia melepaskan tenaga dalamnya yang selama ini ia simpan. Aura kuat menyelimuti tubuhnya, membuat penonton di arena terkejut dan bersorak kagum. Lu Xuan kini siap menghadapi Daniel dengan kekuatan penuh, dan pertarungan antara dua pendekar ini semakin sengit. Keduanya bertarung tanpa kenal lelah, masing-masing berusaha untuk membuktikan kehebatan mereka di hadapan penonton yang terus bersorak. Ketika orang-orang merasakan tenaga dalam Lu Xuan. Para tetua sudah mulai memuji. “Kakak Lu Xuan, kalahkan Daniel. Hanya kakak Lu Xuan yang pantas memenangkan kompetisi ini.” Banyak murid bersorak untuk Lu Xuan, apalagi murid-murid perempuan. Lu Xuan berusia 15 tahun, dia juga memiliki penampilan yang sangat tampan, sehingga banyak murid-murid wanita yang mengidolakannya. Daniel tidak setampan Lu Xuan. Tetapi, dia memiliki wajah yang tegas, dan aura seorang ahli. Wajahnya selalu terlihat santai dan senyum kecil selalu menghiasi bibirnya. Mendengar pujian yang diterimanya, semangat Lu Xuan semakin membara. Ia dengan sigap melapisi pedangnya dengan energi berwarna kuning yang bersinar terang. Sementara itu, Daniel melapisi pedangnya dengan energi berwarna ungu yang misterius. Keduanya saling beradu pandang, siap mengeluarkan kemampuan terbaik mereka dalam pertarungan ini. Kali ini, Daniel memutuskan untuk mengambil inisiatif menyerang. Dengan gerakan cepat, ia melancarkan tebasan pedangnya ke arah Lu Xuan. Namun, Lu Xuan dengan gesit berhasil menghindari serangan tersebut dan segera membalasnya dengan serangan balik. Namun, siapa sangka, Daniel ternyata memiliki rencana lain. Ketika tebasan pedangnya gagal mengenai Lu Xuan, Daniel segera memanfaatkan momentum tersebut untuk membalikkan tubuhnya dengan lincah. Dalam sekejap, ia melancarkan tendangan keras yang menghantam sasaran dengan tepat. Lu Xuan terkejut, ia tidak menyangka Daniel akan menyerang dengan cara seperti itu. Bang— “Aah….” Lu Xuan berteriak kesakitan. Dia memegang tulang rusuknya yang terasa patah. Dia melihat Daniel yang berjalan ke arahnya. Namun, dia sangat heran, karena sekarang aura Daniel terasa berbeda. “Daniel, kamu menyembunyikan kekuatan mu?” Daniel tersenyum kecil. “Jika kamu bisa menyembunyikannya, mengapa aku tidak?” “Daniel, jangan senang dulu. Aku belum kalah darimu!” Lu Xuan mencoba berdiri, namun Daniel tidak memberikan kesempatan itu. Dia bergerak sangat cepat, dan berdiri di hadapan Lu Xuan sambil meletakkan pedangnya di leher Lu Xuan. “Kamu, kalah!” Daniel tersenyum melihat wajah Lu Xuan yang tidak terima dengan kenyataan ini. “Bagaimana mungkin aku kalah darimu? Tolong jelaskan padaku bagaimana kamu bisa lebih kuat dariku? Aku bukan hanya murid berbakat. Tetapi, aku juga berasal dari latar belakang yang kuat. Sedangkan kamu, kamu hanya anak yang tidak memiliki latar belakang, jadi bagaimana kamu bisa lebih kuat dariku?” Daniel tidak menjawab. Dia hanya tersenyum seperti biasanya. Namun, ketika Liu Qingyun akan mengumumkan pemenangnya, suara lelaki tua tiba-tiba terdengar. “Fa Wa, mengapa kamu tidak memberi tahu bahwa di tempatmu sedang mengadakan kegembiraan?” Fa Wa langsung berdiri sambil mengerutkan keningnya. Dia melihat seorang lelaki tua datang bersama dua orang pria paruh baya, dan satu orang pemuda seusia Lu Xuan. Fa Wa mengenali orang itu, dia adalah patriark dari Lembah Tanpa Batas. “Gan Feng, apa yang kamu lakukan di tempatku?” Gan Feng tersenyum mengejek. “Aku datang sengaja untuk melihat siapa pemenang kompetisi di Sektemu. Sekarang biarkan sang juara bertarung dengan muridku! Xing Han, kamu lawan dia.” “Baik patriark.” Xing Han tidak menunggu persetujuan Fa Wa, dia langsung pergi ke arena beladiri. Fa Wa sangat marah. Namun Gan Feng menatapnya dengan tajam. “Fa Wa, apakah kamu takut muridmu kalah? Jika kamu takut, silahkan katakan bahwa murid dari Sektemu tidak kompeten, dan mengakui kekalahan.” Fa Wa mengutuk lelaki tua itu di dalam hatinya. ‘Sial, jika bajingan tua ini tidak memiliki putra yang bekerja di kekaisaran, mana mungkin dia berani membuat ulah di tempatku. Aku tidak bisa menolak tantangan ini, jika aku menolaknya. Wajahku benar-benar akan hilang.” Fa Wa lebih kuat daripada Gan Feng, perbedaannya, Gan Feng memiliki orang yang tinggal di kekaisaran She, jadi orang itu dengan seenaknya bersikap arogan di mana saja selama dia masih berada dalam Dinasti She. “Daniel, kamu lawan dia, dan tunjukkan kemampuanmu!” Fa Wa berteriak kepada Daniel.Xiao Tian merasakan tarikan mulai terbentuk, bukan dari tubuhnya, tetapi dari pusaran yang sedang lahir. Ia menyadari bahwa ini bukan teknik yang bisa ia biarkan berjalan sembarangan. Ia merasakan betapa mudahnya pusaran itu akan meluas jika ia lengah. Ia bisa merasakan dunia di sekitarnya mulai bereaksi, meskipun belum benar-benar terseret. Namun, Xiao Tian tidak menelan semua yang ada di dunia itu. Dia langsung membubarkan teknik Kekosongan Menelan Semesta. Keputusan itu diambil tanpa ragu, tetapi juga tanpa panik. Ia memotong aliran sebelum pusaran memaksa dunia ikut menjadi korban. Ia menghentikan segelnya di titik yang tepat, membiarkan pusaran runtuh kembali tanpa membiarkan kerusakan merambat. Ruang kembali stabil, seolah-olah tidak pernah dibuka. Ia memilih berhenti bukan karena takut pada teknik itu, tetapi karena ia tahu, ini bukan tempat untuk menguji kehancuran. Lelaki tua yang memberikan gulungan itu kepada Xiao Tian masih menatapnya dari langit. “Anak itu memang
Xiao Tian menghirup udara dingin. Pemahaman itu datang perlahan, tetapi menancap kuat. Kemampuan lelaki tua itu terlalu abnormal, dia akan menggunakan teknik pedang ketika menghadapi orang-orang yang setara. Dan menggunakan teknik Kekacauan Menelan Semesta ketika menghadapi tokoh kuat. Bagi Xiao Tian, ini bukan sekadar pilihan dua teknik. Ini cara berpikir. Pedang dasar menjadi alat yang cukup ketika tidak perlu mengorbankan apa pun, sedangkan Kekosongan Menelan Semesta menjadi keputusan terakhir yang tidak memberi ruang untuk kompromi. Semakin ia menyaksikan, semakin ia memahami bahwa Patriark itu bukan mengejar banyak keterampilan, melainkan mengejar satu keterampilan sampai batas yang tak masuk akal. Pilihan itu bukan keterbatasan, melainkan fokus yang ekstrem. Tapi bukan hanya itu yang membuat Xiao Tian takjub terhadap lelaki tua itu. Dia bahkan bisa menyeret kesadarannya hingga menyaksikan setiap adegan dia berlatih selama ratusan ribu tahun. Dengan kecerdasan Xiao Tian, t
Ketika Xiao Tian masih menyaksikan kehancuran di hadapannya, kesadarannya diseret ke hal yang lebih jauh. Perpindahan itu terjadi tanpa tanda awal yang jelas. Tidak ada perubahan mendadak pada posisi tubuhnya, tetapi batas antara “menyaksikan” dan “ditarik” menghilang begitu saja. Tarikan itu tidak datang dari arah tertentu, seakan dimensi tempat ia berdiri tidak lagi punya batas. Ia merasa langkahnya masih menapak, namun pada saat yang sama, persepsinya dipaksa menembus lapisan yang lebih dalam. Pemandangan puing dan pasukan lenyap seperti ditarik menjauh, digantikan oleh satu titik yang semakin jelas. Perubahan itu berlangsung tanpa suara. Dunia yang penuh kehancuran tidak runtuh, tetapi menjauh, seperti latar yang ditarik ke belakang panggung. Xiao Tian melihat seorang anak kecil berusia empat tahun sedang berlatih. Dan yang dilatih hanya satu teknik, teknik Kekosongan Menelan Semesta. Tidak ada transisi yang menjelaskan bagaimana titik itu berubah menjadi sosok anak kecil. Na
Xiao Tian menyaksikan bagaimana serangan yang seharusnya bisa menghancurkan pegunungan, dalam sekejap menjadi tidak berarti saat mendekati pusat pusaran. Tidak ada benturan yang memberi harapan. Yang ada hanya hilang. Hanya dalam waktu singkat, tidak hanya teknik mereka yang ditelan, tubuh mereka juga mulai ditelan. Tarikan itu mulai bekerja langsung pada keberadaan fisik. Barisan yang tadi rapat mulai berubah bentuk. Bukan karena mereka mundur, tetapi karena tarikan itu memaksa posisi mereka bergeser. Xiao Tian melihat tubuh-tubuh yang tertarik lebih dulu, lalu gelombang berikutnya menyusul, seolah-olah pasukan sebesar itu menjadi sesuatu yang bisa diangkat oleh satu tarikan. Ledakkan dahsyat dari hal itu menimbulkan bencana besar. Ruang di sekitar pusaran mulai runtuh mengikuti arah tarikan. Namun, karena Patriark Sekte Pedang Kekacauan mengeksekusi teknik itu dengan kekuatan penuh, bencana itu tidak hanya menelan jutaan pasukan di hadapannya. Tekanan tidak berhent
Patriark Sekte Pedang Kekacauan mendengus dingin. “Tidak perlu bicara lagi, sekarang aku akan tunjukkan kepadamu, mengapa aku tidak pernah kalah bertarung dengan ranah yang sama.” Dengusan itu tidak disertai luapan emosi. Ia terdengar seperti pemisah antara kata dan tindakan, batas terakhir sebelum sesuatu yang tidak bisa ditarik kembali dilepas ke dunia. Dengusan itu bukan reaksi emosi yang meledak-ledak. Ia seperti garis terakhir sebelum tindakan. Kalimatnya pendek, tetapi maknanya jelas. BUZZ!!! Xiao Tian melihat lelaki tua yang menjadi Patriark Sekte Pedang Kekacauan itu membentuk segel tangan. Segel itu terbentuk dengan tempo yang stabil. Tidak ada gerakan yang dipercepat atau ditahan, seolah setiap posisi jari sudah memiliki tempatnya sendiri sejak awal. Gerakan segel itu tidak rumit di mata Xiao Tian, tetapi terasa memiliki urutan yang tidak boleh salah. Setiap perubahan posisi jari seperti memanggil sesuatu yang sudah lama menunggu perintah. Perubahan kecil pada segel t
Di bawah lelaki tua itu ada bangunan-bangunan megah. Bangunan-bangunan itu berdiri rapat, tersusun rapi, menunjukkan bahwa tempat ini pernah memiliki tatanan yang sangat terjaga. Mungkin itu adalah pemandangan Sekte Pedang Kekacauan sebelum kehancuran melanda. Namun, pemandangan bangunan-bangunan megah itu tidak terlihat indah, karena entah di atas atap, di halaman-halaman depan gedung, yang ia lihat adalah mayat yang berserakan di mana-mana. Tidak ada satu area pun yang benar-benar bersih dari jejak kematian. Kerapian dan kemegahan yang seharusnya menjadi kebanggaan sebuah sekte besar justru menjadi latar dari kehancuran yang tak bisa ditutup. Mayat-mayat itu tidak menghalangi satu titik saja, tetapi tersebar seperti jejak yang ditinggalkan oleh pertempuran yang tidak memberi kesempatan untuk bertahan. Jejak itu tidak acak, melainkan menunjukkan runtuhnya pertahanan dalam waktu yang sangat singkat. Xiao Tian tidak melihat tanda bahwa mereka sempat mundur atau berpencar. Mereka







