Share

Bab 50

last update Last Updated: 2025-01-08 20:13:15

Xiao Tian memandang sekeliling dengan tenang. “Pangeran, biarkan aku yang memimpin. Aku bisa membawa kalian ke tujuan.” Ia tidak menjelaskan bahwa dirinya memiliki kemampuan mata khusus, namun hanya menyebutkan bahwa ia mampu merasakan wilayah ini melalui teknik pendeteksinya.

Pangeran Kedelapan dan Pangeran Kesembilan telah beberapa kali menyaksikan kemampuan luar biasa Xiao Tian, sehingga mereka tidak ragu sedikit pun. Pangeran Kedelapan menyerahkan peta tanpa pertanyaan.

Seperti yang sudah diduga, di bawah bimbingan Xiao Tian, mereka tiba di tujuan. Makam yang ditunjukkan pada peta itu ternyata bukanlah makam biasa, melainkan sebuah gua besar yang sangat megah dan penuh misteri.

Melihat gua tersebut, baik Pangeran Kedelapan maupun Pangeran Kesembilan tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka. “Saudara Tian, mari kita masuk bersama-sama,” ajak Pangeran Kedelapan dengan antusias.

Xiao Tian mengangguk dan tanpa ragu ikut melangkah masuk ke dalam gua.

Begitu mereka berada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin misterius
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kultivator Inti Semesta   852

    "Sial, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya salah satu pengunjung! "Apakah kamu tidak mendengar? Orang-orang dari Rumah Suci Pedang Surgawi mengatakan ini kebangkitan pedang Suci! Intinya ada orang yang berhasil memahami maksud dan kehendak pedang ke tingkat ketinggian tertentu!" "Apakah kamu tahu siapa orang yang melakukan itu?" "Bodoh, aku selalu ada disampingmu, jadi mana mungkin aku tahu!" Para pengunjung dari kalangan generasi muda terus berdebat sambil menyaksikan fenomena yang luar biasa. Namun, saat perbincangan mereka semakin panas, seorang Tetua menegurnya. "Kalian ini benar-benar bodoh! Pantas usia kalian sudah menginjak lima puluh tahun lebih, tapi kalian belum bisa menembus Alam Setengah Dewa peringkat 12. Ternyata kalian terlalu bodoh!" Bentak seorang Tetua. Lalu, Tetua yang lainnya juga menatap mereka. "Seharusnya kalian memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Pedang-pedang kita tertarik ke langit, dan berkumpul dalam lingkaran cahaya empat belas pilar pedang. Ha

  • Kultivator Inti Semesta   851

    Keempat Tetua pelindung langsung berlutut terhadap salah satu pria paruh baya yang duduk di singgasana utama. Wajah tidak terlalu tampan, tapi memperlihatkan ketajaman yang mengerikan. Pakaian pria paruh baya itu sangat sederhana, bahkan tidak berbeda dengan manusia biasa. Namun, meski mengenakan pakaian sederhana, aura bangsawan-nya tetap tidak bisa disembunyikan. Aura kekuasaan yang terpancar dari tubuhnya terasa seperti bilah pedang tak terlihat yang terus menggores ruang dan waktu di sekelilingnya. Udara di sekitarnya tampak bergetar perlahan, seperti menyesuaikan diri dengan denyut kehendaknya. Tanpa perlu bergerak sedikit pun. Para Tetua pelindung yang tadinya ingin bertanya soal fenomena yang terjadi, mereka menahannya. Alasannya, pria yang duduk di singgasana utama terasa berbeda, auranya semakin mengerikan. “Selamat terhadap Kaisar karena telah berhasil membuat terobosan, menjadi peringkat 15 Kaisar Dewa Tertinggi,” ucap para Tetua pelindung serempak, suara mereka gemetar

  • Kultivator Inti Semesta   850

    Beberapa orang mencoba menahan pedangnya agar tidak terlepas. Tapi usaha itu sia-sia. Pedang yang semula seolah menjadi bagian dari tubuh mereka kini bergerak seakan memiliki kehendaknya sendiri. Tak bisa dibendung. Tak bisa diperintah. Namun, tidak semua pedang ikut terbang ke langit. Di antara kerumunan, hanya para Tetua Suci dan Tetua pelindung yang masih memegang erat pedang mereka. Tapi tangan mereka gemetar. Urat-urat di pergelangan mereka menegang. Mereka sedang melawan daya tarik yang bukan berasal dari kekuatan kasar, melainkan dari maksud dan kehendak pedang itu sendiri. Meski mereka mampu menekan pedangnya, itu bukan karena kekuatan fisik atau teknik penyegelan. Melainkan karena kultivasi mereka yang sudah terlalu tinggi, sehingga bisa menahan fluktuasi niat dan kehendak yang muncul dari dalam pedang masing-masing. Namun tetap saja, mereka juga perlu berjuang. Karena ini bukan soal dominasi kekuatan, tapi soal hubungan antara pemilik dan pedang. Dan kehendak pedang, keti

  • Kultivator Inti Semesta   849

    Tetua Suci menggelengkan kepalanya perlahan. Sorot matanya lalu beralih kepada wanita cantik yang wajahnya sudah sangat pucat. Ada kelembutan dalam tatapannya, berbanding terbalik dengan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya. “Kamu tidak perlu takut, aku hanya ingin bertanya. Siapa yang menyewa kamar 421? Di penginapanku, semua orang yang menginap harus menyebutkan nama dan usianya. Jadi kamu sebagai penjaga pastinya mengetahui itu?” tanya Tetua Suci dengan nada yang sangat lembut. Suaranya seperti aliran sungai yang tenang, berbeda jauh dari tekanan energi yang menyelimuti ruangan ini. “Tu—tuan, orang yang menyewa kamar 421 adalah seorang pemuda. Dia bernama Tian Xiao, usianya 39 tahun,” jawab wanita itu dengan gugup. Suaranya nyaris tenggelam dalam gemetar tubuhnya. “Tian Xiao? Usia 39 tahun?” Tetua Suci menatap seluruh Tetua Agung yang duduk di hadapannya. Sorot matanya menyapu satu per satu. “Apakah kalian pernah mendengar pemuda yang sangat berbakat dengan nama Tian Xiao di Ga

  • Kultivator Inti Semesta   848

    “Ada orang yang berhasil memahami empat belas maksud pedang dalam waktu tiga puluh menit,” ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar. Setiap kata keluar seperti palu yang memukul dada para pendengarnya. “Mustahil. Tetua, mungkin Tetua Suci salah. Untuk memahami satu maksud pedang dalam waktu satu bulan, itu sudah keajaiban. Sedangkan dari satu sampai empat belas, semuanya memiliki kesulitan yang berbeda. Bahkan aku yang telah menjadi Tetua Agung, hanya dapat memahami dua belas maksud pedang dalam waktu empat ribu tahun. Jadi mustahil ada orang yang bisa memahami empat belas maksud pedang dalam waktu setengah jam.” Lelaki tua itu mendengus dingin. “Apakah kalian pikir aku akan bercanda dengan ucapanku?!” tanya Tetua Suci, nadanya menusuk dan tajam seperti cambuk. “Ka—kami, kami tidak berani. Kami hanya terlalu terkejut. Jadi maafkan ucapan kami jika menyinggung Tetua Suci.” Tetua Suci menunjukkan sebuah token kayu, di token itu, ada titik-titik emas, dan setiap titik berkumpul be

  • Kultivator Inti Semesta   847

    Tiga orang pemuda bersenjata berdiri di dekat gerbang penginapan. Salah satu dari mereka, seorang pemuda yang mengenakan jubah biru laut, dan juga ada lambang awan putih di sekeliling jubahnya mengejek Xiao Tian. Suaranya nyaring, sengaja dibuat mencolok, berharap memancing perhatian tamu-tamu lain. Namun, Xiao Tian hanya meliriknya sekilas. Tatapan datar dan tidak tertarik, nyaris tanpa emosi. Ketika dia merasakan aura pemuda itu hanya berada di Alam Setengah Dewa peringkat 14, dia tidak ingin repot-repot menanggapi ucapan yang tidak ada artinya itu. Bagi Xiao Tian, kata-kata pemuda itu tidak lebih dari suara angin yang melintas di atas tanah tandus. Dia langsung melangkah menuju kamarnya yang telah ia sewa, tanpa mengubah ritme langkah sedikit pun. “Gembel sialan, dia bahkan berani mengabaikan ku! Lihat saja ketika kamu keluar, aku akan membuatmu berlutut di hadapanku!” ucap pemuda itu dengan nada tidak senang karena diabaikan oleh Xiao Tian. Wajahnya memerah, tangan menggenggam g

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status