Share

Bab 6 Apa yang Terjadi?

Penulis: Ardhya Rahma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-02 13:21:48

"Tolong hargai privasi kami atau kalian saya tuntut!" ancam Rian. Namun ancamannya itu dianggap angin lalu saja oleh para wartawan. Terbukti mereka tetap merangsek maju dan membombardir Marisa dengan segudang pertanyaan. Hal itu membuat Rian kembali berteriak, "Pak satpam tolong jauhkan mereka dari kami!"

Tiga orang satpam Rumah Sakit Citra Medika segera berlari mendekat setelah mendengar teriakan Rian untuk kedua kalinya. Mereka membantu Rian dan Marisa menjauh dari kepungan wartawan dan terus mengawalnya sampai ke mobil.

Setelah melihat Marisa mengenakan seat belt, Rian pun tancap gas meninggalkan halaman Rumah Sakit Citra Medika. 

"I-itu ta-tadi apa, Mas?" Rian menoleh dan melihat tangan Marisa gemetar di atas tasnya. 

"Sst … sudah tak apa-apa. Itu cuma wartawan yang lagi cari berita." 

"Tapi berita apa? Kecelakaan kan bukan berita yang kudu di buat heboh." 

Rian terdiam mendengar bantahan Marisa. Dia bingung harus menjelaskan mulai dari mana. Sebenarnya dia tahu alasan wartawan memburu Marisa. Sebelum sepupunya itu menelepon dia sudah mendengar berita kecelakaan itu, tetapi dirinya tidak menyangka korbannya adalah suami Marisa. 

"Terus itu tadi ada yang tanya tentang seorang perempuan. Apa maksudnya? Perempuan siapa? Dan apa hubungannya  dengan kecelakaan Mas Irawan?" 

Rian semakin bingung mendapat cecaran pertanyaan Marisa. Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana?

"Kok diam, Mas?" 

"Terus aku kudu gimana? Aku juga gak tahu jawaban pertanyaanmu tadi." 

Wajah Marisa memerah. Bibirnya ditekuk. Dia tampak gusar dan semakin kesal karena tidak bisa melampiaskannya kepada seseorang.

"Sabar, Ris. Sebentar lagi kita sampai ke kantor polisi. Nanti kamu minta penjelasan saja dari pak polisi."

Marisa tidak menjawab perkataan Rian. Dia hanya terdiam sambil menatap jalanan dari kaca jendela di sampingnya. Rian membiarkan saja sikap Marisa. Dia tahu sepupunya itu masih merasa kesal. 

Tiga puluh menit kemudian mobil SUV hitam milik Rian memasuki pelataran kantor polisi Mojokerto. Tidak banyak mobil yang terparkir di halaman membuat Rian tidak bingung mencari tempat parkir. Setelah mobil terparkir sempurna, Rian berkata, "Kamu sudah menelepon ibu dan mertuamu? Mereka harus tahu secepatnya tentang kejadian ini. Lalu, rencanamu bagaimana? Kamu dengar, kan tadi dokter bilang suamimu belum bisa dipindahkan? Jadi, hari ini kamu mau menginap di sini atau kembali ke Surabaya? 

Marisa tertegun lalu buru-buru mengambil ponsel di dalam tasnya. "Hampir saja aku lupa,  untung saja kamu ingatkan, Mas." 

Marisa lalu menghubungi ibunya terlebih dahulu. Ibunya sangat terkejut dan awalnya memaksa untuk menyusul ke Mojokerto, tetapi dilarang oleh Marisa. Setelah itu Marisa menghubungi bapak mertuanya. Sengaja dia memilih meneleponnya, bukan saja karena hubungannya dengan ibu mertua kurang harmonis. Akan tetapi dia juga menghindari ibu mertuanya menjadi histeris. Biarlah itu menjadi tugas bapak mertua untuk menenangkan istrinya. 

Setelah melihat Marisa menutup ponselnya, Rian mengajak Marisa turun dari mobil. Sejenak Rian berdiri terpaku di samping mobil. Dia sedikit gamang atas apa yang akan terjadi nanti. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya Marisa tahu kejadian yang sebenarnya. 

"Mas, kenapa diam saja? Ayuk cepat kita masuk. Aku gak mau ninggalin Mas Irawan terlalu lama." Marisa lalu berjalan cepat tanpa menunggu Rian. Hal itu membuat Rian pun segera menyusulnya. 

Marisa celingukan setelah sampai di dekat pintu masuk. Dia meragu karena ini pertama kalinya dirinya berurusan dengan polisi. Marisa juga tidak tahu harus menemui siapa. Dia lupa nama polisi yang meneleponnya. Di kertas yang diberikan perawat juga hanya ada nomor telepon dan tidak ada namanya. 

Tengah dia membuka tas ingin mengambil ponsel ada yang memanggilnya, "Mbak, ada yang bisa dibantu? 

Marisa mengangkat wajahnya dan menoleh. Dia baru sadar ternyata di sebelah kiri ada meja dengan dua orang polisi yang berjaga. Marisa mendekat, pada saat yang sama Rian sampai di sebelahnya.

"Anu itu, Pak, saya tadi diminta datang," jawab Marisa gugup.

"Oleh siapa, Mbak?" 

Rian segera menyahut. "Adik saya ini istri dari korban kecelakaan di Tol SUMO tadi pagi. Barusan dia diminta datang ke sini lewat telepon." 

Kedua polisi itu berpandangan. Untuk sesaat Marisa melihat ada percikan rasa kasihan di mata kedua polisi itu. Salah satunya yang lebih tua dan sedikit lebih gemuk berdiri dan berkata, "Mari saya antar, Mbak, tapi tolong tanda tangani dulu buku tamu ini." 

Marisa menandatangani buku yang disodorkan petugas lainnya. Lalu dia mengikuti polisi yang sudah berdiri tadi memasuki kantor polisi. Rian menyusul di belakang Marisa. Polisi yang mengantarkan mereka itu kemudian berhenti di depan sebuah ruangan tertutup.  Setelah mengetuk dia membuka pintu dan berkata kepada Marisa, "Itu yang dipojok kanan namanya Aiptu Rizal yang mengusut lakalantas di Tol SUMO." 

"O iya saya baru ingat. Nama penelepon saya Aiptu Rizal. Terima kasih untuk bantuannya." Marisa mengangguk kepada polisi yang sudah mengantarnya. 

Setelah polisi itu berlalu, Marisa dan Rian segera memasuki ruangan. Mereka lantas menuju meja Aiptu Rizal yang sekarang sudah berdiri. 

"Silakan Pak, Bu. Saya Aiptu Rizal. Apakah benar Ibu adalah Ibu Marisa istri Pak Irawan?" tanya petugas itu. 

"Iya, betul. Dan ini Rian, kakak sepupu saya. Ada apa saya diminta datang ke mari, Pak?"

"Silakan duduk dulu. Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan sekaligus saya akan menyerahkan beberapa barang Pak Irawan yang bisa dibawa pulang lebih dahulu." 

Marisa mengangguk dan segera duduk di depan petugas. Setelah melihat kedua tamunya sudah duduk, Aiptu Rizal kemudian menceritakan tentang perkiraan kronologis kecelakaan berdasarkan penyidikan. 

"Mobil Pak Irawan untuk sementara kami amankan. Sedangkan ini bisa dibawa pulang, Bu." 

"Ini apa Pak?" tanya Marisa, ketika menerima sebuah kotak berukuran cukup besar yang berisi beraneka barang.

"Itu barang-barang Pak Irawan yang bisa dibawa pulang." 

Marisa memeriksa kotak lalu mengangkat sebuah kamera dan lipstik. "Tapi kedua barang ini bukan milik suami saya."  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
koq tolol banget nie perempuan. g guna bangt tu otaknya
goodnovel comment avatar
bestrahma73
wah lipstik siapa tuh
goodnovel comment avatar
D'naya
sepertinya ada aroma sesuatu nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 137 Honeymoon

    "Mas Rian … jangan pergi! Jangan tinggalkan aku! Bangun, Mas! Aku membutuhkanmu!" ratap Marisa. Namun, lelaki yang dipeluk dan ditangisinya masih tetap mengatupkan matanya. Rapat. "Sudah, Mbak jangan nangis terus. Lebih baik kita doakan Mas Rian agar diberikan kesehatan." Marisa mengangguk mendengar saran Dokter Harun. Memang tangis tidak akan membuat Rian sembuh. "Alhamdulillah Allah masih melindunginya. Tusukan pisau itu tidak mengenai organ vital. Geser satu centi aja akan sangat berbahaya. Namun, mengingat dia ditusuk tiga kali dan mengeluarkan banyak darah, kondisinya belum terbilang stabil. Perlu banyak kantong darah untuk transfusi. Sementara stok golongan darah O di PMI menipis."Marisa mengusap wajah lega. "Ambil darah saya saja, Dok. Golongan darah saya O." "Jangan. Kamu butuh istirahat, Mbak. Darah saya saja, Dok. Saya juga bergolongan darah O," ucap Dokter Harun."Baiklah … nanti kita periksa dulu untuk melihat kecocokannya."Marisa menelepon ibunya untuk mengabarkan di

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 136 Misi Penyelamatan

    "Ada apa dengan Marisa?" sambar Rian.Dokter Harun menatap Bu Rahmi dengan prihatin. "Sabar, ya, Bu. Mbak Marisa mengalami penculikan di dekat sekolah. Kasusnya sedang dalam penyelidikan polisi." "Apa diculik?" teriak Rian."Tidak! Jangan polisi. Nanti Marisa tidak selamat!" seru Bu Rahmi yang kemudian menangis. "Kenapa tidak selamat? Ibu tahu kalau Mbak Marisa diculik?" desak Dokter Harun. "Iya." Bu Rahmi mengusap wajahnya dan terduduk lemas di sofa. "Itu sebabnya tadi Bulek telepon kamu." Tatapan Bu Rahmi terarah ke Rian."Sebenarnya Bulek berharap itu cuma bercanda, tapi kabar yang dibawa Dokter Harun membuat Bulek tahu kalau orang itu sungguh-sungguh menculik Marisa." Air mata Bu Rahmi pun menderas di kedua pipinya. "Orang itu? Siapa?" "Siapa orang itu, Bu?"Dokter Harun dan Rian bertanya bersamaan. "Tadi ada telepon. Ngaku temannya Marisa ke Bik Siti. Setelah ibu angkat dia bilang sudah menculik Marisa dan melarang untuk melapor ke polisi kalau mau anak ibu selamat. Tapi ta

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 135   Diculik

    "Apa-apaan ini? Siapa mereka?" tanya Marisa ketika melihat tiga orang lelaki turun dari mobil yang menghadangnya.Salah satu lelaki yang turun dari mobil penghadang itu kemudian menggedor jendela di samping Marisa. "Buka pintunya! Cepat!" Marisa terlonjak kaget dan mundur dari jendela. Untuk beberapa saat dia hanya diam dan memandang ketiga lelaki berwajah menyeramkan itu. Marisa tidak mau membuka pintunya. Berada di dalam mobil dengan pintu yang terkunci membuatnya sedikit merasa aman. Sayangnya rasa aman itu hanya bertahan sebentar, karena tak lama kemudian kaca jendela mobilnya pecah berhamburan. Salah satu lelaki menyeramkan itu memegang semacam palu yang besar dan berhasil memecah kaca. Belum hilang rasa kaget Marisa, lelaki yang sama berhasil membuka pintu mobilnya dari dalam dan menarik Marisa keluar. Kemudian dia diseret memasuki mobil milik ketiga lelaki itu. Meski Marisa meronta dan berteriak, tetapi itu tidak ada artinya. Karena tenaga Marisa jelas kalah dibanding ketig

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 134   Ta'aruf

    "Iya betul, Bu. Dan kedatangan saya sekarang ini untuk meminta restu dari Ibu. Saya ingin melamar putri Ibu yang bernama Marisa." Bu Rahmi terpana melihat keterusterangan Dokter Harun. Dia tidak menyangka lelaki di hadapannya ini akan mengatakan hal tersebut di pertemuan pertama. "Alhamdulillah. Saya, sih, terserah kepada Marisa, saja, Nak Dokter. Tapi … kenapa terburu-buru? Apakah Nak Dokter nggak mau kenalan dulu dengan Marisa? Atau jangan-jangan kalian sudah kenal lama?" "Tidak, Bu. Saya baru bertemu dengan Mbak Marisa ketika saya merawat mantan suaminya. Saat itu tidak ada perasaan apa pun kecuali simpati seorang dokter kepada keluarga pasiennya." Bu Rahmi mendengarkan penjelasan Dokter Harun. "Lantas kapan mulai berubah?" Marisa mendelik mendengar pertanyaan ibunya. Dia menyenggol tubuh ibunya dengan siku untuk memintanya diam. Namun, Bu Rahmi tidak mempedulikannya. Sebenarnya Marisa juga penasaran seperti ibunya, tetapi dia terlalu malu untuk bertanya. Jadi, ketika Bu Rahm

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 133   Dilamar Lagi

    Marisa berjalan mendekat. Mungkin karena mendengar suara langkah Marisa, lelaki itu mengangkat wajahnya dan Marisa pun berseru, "Kamu?"Lelaki itu kemudian bangkit dari kursinya dan berdiri dengan sikap sopan ala abdi kerajaan yang menunggu sang putri datang. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum. Mata hitam yang dinaungi sepasang alis yang melengkung sempurna itu menatap Marisa lekat. Namun, ketika tatapan dua insan berlawanan jenis itu bertemu, keduanya sama-sama segera mengalihkan tatapannya. "Maaf kalau saya datang tanpa kabar lebih dulu, Bu Marisa," ucap lelaki itu. "Iya. Tidak apa-apa. Silakan duduk, Dok." Marisa pun duduk di seberang sofa yang ditempati Dokter Harun. "Ada yang bisa saya bantu, Dok? Ada apa dengan Amanda?" "Kedatangan saya kemari nggak ada hubungannya dengan Amanda, Bu."Marisa mengangkat wajahnya dan menatap mata Dokter Harun. Ada tatapan bertanya di mata Marisa.Melihat pandangan bertanya di mata hazel Marisa, tiba-tiba saja Dokter Harun menjadi gugup. "B

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 132    Tamu tak Diundang

    Tiba-tiba Marisa berhenti melangkah. Raut wajahnya tampak seperti seseorang yang baru menyadari sesuatu. Dia kemudian berbisik, "Kenapa aku merasa senang mengetahui fakta terbaru tentang Suster Ratri? Apakah ini artinya aku mulai membuka hati untuk Dokter Harun?"Untuk beberapa saat Marisa berdiri termangu, lalu dia menghela napas dan kembali berbisik, "Aku nggak boleh linglung di sini. Lebih baik sekarang aku segera pulang. Tentang bagaimana perasaanku sebenarnya bisa aku pikirkan nanti saja kalau sudah di rumah."Lantas, Marisa pun memutar tubuh dan kembali ke halaman sekolah. Dia segera memasuki mobil kesayangannya dan memacunya menuju rumah. "Loh … katanya mau ke toko buku. Kok sudah pulang? Nggak jadi?" tegur Bu Rahmi ketika melihat Marisa turun dari mobil. "Enggak, Bu," jawab Marisa sambil melangkah menuju teras. Lalu dia duduk di salah satu kursi yang ada di teras. Marisa menyelonjorkan kaki dan memandang ibunya yang tengah merapikan rumpun mawar.Tidak adanya penjelasan atas

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 131   Dokter Harun Kembali

    Mata Marisa terbelalak mendengar ucapan Dokter Harun. "Sudah sedekat itukah hubungan mereka hingga Suster Ratri membawakan bekal untuk makan siang Dokter Harun?" batinnya."Suster Ratri itu seperti seorang ibu sekaligus kakak buat saya. Cerewetnya sama," lanjut Dokter Harun sambil menatap Marisa."Seperti ibu? Cerewet?" Marisa mengulangi kata-kata Dokter Harun dengan nada kebingungan. "Iya. Kalau Suster Ratri lagi ngomelin saya bisa dua puluh ribu kata per jam dia lontarkan." Dokter Harun terkekeh sambil matanya menerawang. Dia mengenang saat-saat Suster Ratri mengomelinya. "Suster Ratri berani ngomelin Dokter?" Marisa bertanya dengan heran. Dia semakin kebingungan mendengar fakta terbaru tentang sosok suster luar biasa yang menjadi kesayangan keluarga Dokter Harun itu."Loh kenapa nggak berani? Kan dia juga sudah saya anggap seperti kakak tertua," jawab Dokter Harun. Marisa melongo mendengar jawaban Dokter Harun yang semakin membuatnya bingung. Benaknya sibuk merangkai semua fa

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 130  Suster Ratri

    "Bu Marisa … apa kabar? Lama kita tidak ketemu. Kapan kita bisa mengobrol lagi seperti beberapa bulan lalu, ya, Bu? Saya kangen kepada Ibu."Marisa mengangkat kepalanya. Dia melihat seorang siswi mendekatinya yang tengah asyik membaca di perpustakaan sekolah. "Amanda? Alhamdulillah kabar ibu baik dan sehat. Semoga Amanda juga sehat. Iya, kita lama nggak ketemu, ya. Soalnya tahun ajaran baru ini ibu nggak mengajar di kelasmu lagi. Ayo sini duduk di sebelah Ibu, mumpung lagi jam istirahat." Amanda menurut dan menarik kursi kosong di sebelah Marisa. Setelah duduk, dia lalu berkata,"Alhamdulillah … syukurlah kalau ibu baik-baik saja. Manda juga Alhamdulillah baik, Bu. Cuma kangen aja karena jarang ngelihat Ibu." "Iya, loh. Ibu juga baru sadar kalau sudah lama nggak lihat kamu nunggu jemputan di bangku halaman sekolah." "Iya, Bu. Sekarang ini Manda nggak perlu nunggu jemputan lagi."Marisa terkesiap. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, apakah ini ada hubungannya dengan kemarahan Dokter

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 129  Kembali Menolak

    "Iya, Mas. Aku baru saja memberi tahu dia kalau aku menolak lamarannya." "O pantas saja mukanya ditekuk seperti itu. Terus apa rencana kamu selanjutnya?""Rencana? Rencana apa maksudmu, Mas?" tanya Marisa dengan wajah kebingungan."Ya rencana masa depan kamu. Misalnya … apa kamu akan kembali menutup diri atau mau membuka hati lagi? Apa kamu mau terima perjodohan yang kemarin diatur ibuku? Atau bagaimana? Kamu pasti sudah memikirkannya, kan?" selidik Rian."Sepertinya aku ngalir aja, Mas. Aku ikut takdir Allah. Maksudku … aku nggak siapin waktu secara khusus untuk cari pasangan hidup, tapi kalau Allah takdirkan aku ketemu seseorang, ya, aku terima." "Meskipun itu aku?""Maksudnya gimana, Mas?""Kalau Allah takdirkan aku adalah jodohmu gimana?" Rian tidak menjawab pertanyaan Marisa, tetapi justru bertanya balik. Tatapan mata Rian menghujam tepat ke bola mata Marisa. Dia menatap penuh harap kepada perempuan yang sudah dikenalnya sejak kecil itu."Kalau memang Allah takdirkan, ya,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status