Share

Bab 6 Apa yang Terjadi?

"Tolong hargai privasi kami atau kalian saya tuntut!" ancam Rian. Namun ancamannya itu dianggap angin lalu saja oleh para wartawan. Terbukti mereka tetap merangsek maju dan membombardir Marisa dengan segudang pertanyaan. Hal itu membuat Rian kembali berteriak, "Pak satpam tolong jauhkan mereka dari kami!"

Tiga orang satpam Rumah Sakit Citra Medika segera berlari mendekat setelah mendengar teriakan Rian untuk kedua kalinya. Mereka membantu Rian dan Marisa menjauh dari kepungan wartawan dan terus mengawalnya sampai ke mobil.

Setelah melihat Marisa mengenakan seat belt, Rian pun tancap gas meninggalkan halaman Rumah Sakit Citra Medika. 

"I-itu ta-tadi apa, Mas?" Rian menoleh dan melihat tangan Marisa gemetar di atas tasnya. 

"Sst … sudah tak apa-apa. Itu cuma wartawan yang lagi cari berita." 

"Tapi berita apa? Kecelakaan kan bukan berita yang kudu di buat heboh." 

Rian terdiam mendengar bantahan Marisa. Dia bingung harus menjelaskan mulai dari mana. Sebenarnya dia tahu alasan wartawan memburu Marisa. Sebelum sepupunya itu menelepon dia sudah mendengar berita kecelakaan itu, tetapi dirinya tidak menyangka korbannya adalah suami Marisa. 

"Terus itu tadi ada yang tanya tentang seorang perempuan. Apa maksudnya? Perempuan siapa? Dan apa hubungannya  dengan kecelakaan Mas Irawan?" 

Rian semakin bingung mendapat cecaran pertanyaan Marisa. Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana?

"Kok diam, Mas?" 

"Terus aku kudu gimana? Aku juga gak tahu jawaban pertanyaanmu tadi." 

Wajah Marisa memerah. Bibirnya ditekuk. Dia tampak gusar dan semakin kesal karena tidak bisa melampiaskannya kepada seseorang.

"Sabar, Ris. Sebentar lagi kita sampai ke kantor polisi. Nanti kamu minta penjelasan saja dari pak polisi."

Marisa tidak menjawab perkataan Rian. Dia hanya terdiam sambil menatap jalanan dari kaca jendela di sampingnya. Rian membiarkan saja sikap Marisa. Dia tahu sepupunya itu masih merasa kesal. 

Tiga puluh menit kemudian mobil SUV hitam milik Rian memasuki pelataran kantor polisi Mojokerto. Tidak banyak mobil yang terparkir di halaman membuat Rian tidak bingung mencari tempat parkir. Setelah mobil terparkir sempurna, Rian berkata, "Kamu sudah menelepon ibu dan mertuamu? Mereka harus tahu secepatnya tentang kejadian ini. Lalu, rencanamu bagaimana? Kamu dengar, kan tadi dokter bilang suamimu belum bisa dipindahkan? Jadi, hari ini kamu mau menginap di sini atau kembali ke Surabaya? 

Marisa tertegun lalu buru-buru mengambil ponsel di dalam tasnya. "Hampir saja aku lupa,  untung saja kamu ingatkan, Mas." 

Marisa lalu menghubungi ibunya terlebih dahulu. Ibunya sangat terkejut dan awalnya memaksa untuk menyusul ke Mojokerto, tetapi dilarang oleh Marisa. Setelah itu Marisa menghubungi bapak mertuanya. Sengaja dia memilih meneleponnya, bukan saja karena hubungannya dengan ibu mertua kurang harmonis. Akan tetapi dia juga menghindari ibu mertuanya menjadi histeris. Biarlah itu menjadi tugas bapak mertua untuk menenangkan istrinya. 

Setelah melihat Marisa menutup ponselnya, Rian mengajak Marisa turun dari mobil. Sejenak Rian berdiri terpaku di samping mobil. Dia sedikit gamang atas apa yang akan terjadi nanti. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya Marisa tahu kejadian yang sebenarnya. 

"Mas, kenapa diam saja? Ayuk cepat kita masuk. Aku gak mau ninggalin Mas Irawan terlalu lama." Marisa lalu berjalan cepat tanpa menunggu Rian. Hal itu membuat Rian pun segera menyusulnya. 

Marisa celingukan setelah sampai di dekat pintu masuk. Dia meragu karena ini pertama kalinya dirinya berurusan dengan polisi. Marisa juga tidak tahu harus menemui siapa. Dia lupa nama polisi yang meneleponnya. Di kertas yang diberikan perawat juga hanya ada nomor telepon dan tidak ada namanya. 

Tengah dia membuka tas ingin mengambil ponsel ada yang memanggilnya, "Mbak, ada yang bisa dibantu? 

Marisa mengangkat wajahnya dan menoleh. Dia baru sadar ternyata di sebelah kiri ada meja dengan dua orang polisi yang berjaga. Marisa mendekat, pada saat yang sama Rian sampai di sebelahnya.

"Anu itu, Pak, saya tadi diminta datang," jawab Marisa gugup.

"Oleh siapa, Mbak?" 

Rian segera menyahut. "Adik saya ini istri dari korban kecelakaan di Tol SUMO tadi pagi. Barusan dia diminta datang ke sini lewat telepon." 

Kedua polisi itu berpandangan. Untuk sesaat Marisa melihat ada percikan rasa kasihan di mata kedua polisi itu. Salah satunya yang lebih tua dan sedikit lebih gemuk berdiri dan berkata, "Mari saya antar, Mbak, tapi tolong tanda tangani dulu buku tamu ini." 

Marisa menandatangani buku yang disodorkan petugas lainnya. Lalu dia mengikuti polisi yang sudah berdiri tadi memasuki kantor polisi. Rian menyusul di belakang Marisa. Polisi yang mengantarkan mereka itu kemudian berhenti di depan sebuah ruangan tertutup.  Setelah mengetuk dia membuka pintu dan berkata kepada Marisa, "Itu yang dipojok kanan namanya Aiptu Rizal yang mengusut lakalantas di Tol SUMO." 

"O iya saya baru ingat. Nama penelepon saya Aiptu Rizal. Terima kasih untuk bantuannya." Marisa mengangguk kepada polisi yang sudah mengantarnya. 

Setelah polisi itu berlalu, Marisa dan Rian segera memasuki ruangan. Mereka lantas menuju meja Aiptu Rizal yang sekarang sudah berdiri. 

"Silakan Pak, Bu. Saya Aiptu Rizal. Apakah benar Ibu adalah Ibu Marisa istri Pak Irawan?" tanya petugas itu. 

"Iya, betul. Dan ini Rian, kakak sepupu saya. Ada apa saya diminta datang ke mari, Pak?"

"Silakan duduk dulu. Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan sekaligus saya akan menyerahkan beberapa barang Pak Irawan yang bisa dibawa pulang lebih dahulu." 

Marisa mengangguk dan segera duduk di depan petugas. Setelah melihat kedua tamunya sudah duduk, Aiptu Rizal kemudian menceritakan tentang perkiraan kronologis kecelakaan berdasarkan penyidikan. 

"Mobil Pak Irawan untuk sementara kami amankan. Sedangkan ini bisa dibawa pulang, Bu." 

"Ini apa Pak?" tanya Marisa, ketika menerima sebuah kotak berukuran cukup besar yang berisi beraneka barang.

"Itu barang-barang Pak Irawan yang bisa dibawa pulang." 

Marisa memeriksa kotak lalu mengangkat sebuah kamera dan lipstik. "Tapi kedua barang ini bukan milik suami saya."  

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
koq tolol banget nie perempuan. g guna bangt tu otaknya
goodnovel comment avatar
bestrahma73
wah lipstik siapa tuh
goodnovel comment avatar
D'naya
sepertinya ada aroma sesuatu nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status