Share

Masih Masalah Uang.

Author: Winarsih_wina
last update Huling Na-update: 2022-06-10 21:30:20

"Darimana kau, jam segini baru pulang?"

Aku terkejut karena tak mengira mas Darma masih di rumah. Bukannya tadi dia bilang mau ke rumah ibu, kok gak jadi, dari baju santai yang dia pakai aku bisa menebak kalau dia tak akan kemana-mana.

"Masih di sini mas, katanya mau menginap di rumah ibu?"

Aku melangkah menuju ke dapur, untuk mengambil air minum. Berjalan dari jalan depan membuatku haus.

"Tidak usah mengalihkan pembicaraan, Maya. Aku tanya kau dari mana?"

Aku meletakkan gelas bekas minumku, lalu menatap mas Darma. Sepertinya dia mau melampiaskan emosinya, kita lihat saja siapa yang menang?

Aku tak mengalihkan pembicaraan mas. Kan kau sendiri yang bilang, kalau mau ke rumah ibu. Aku keluar ya cari makan lah, kan di rumah tak ada makanan yang tersisa."

Aku menjawab dengan santai, membuat mas Darma menatap tajam. Sepertinya dia mulai kesal karena aku tak membawakan dia makanan.

"Aku tak tau kalau kau di rumah. Jadi tak ku belikan makanan, salah sendiri tadi bilang mau ke rumah ibu."

Kembali aku bicara dengan nada ketus. Agar mas Darma paham kalau aku tak mau di salahkan lagi.

"Kalau begitu beri mas uang untuk beli makanan. Mas juga lapar dari tadi belum makan."

Aku kembali menatap mas Darma. Dia seperti orang yang tak tau malu, memberi satu juta hanya pas untuk membeli token listrik, berani dia minta uang untuk makan.

"Uang apa yang mas minta? Sedangkan satu juta tadi, hanya cukup untuk mengisi token listrik. Maaf aku tak punya uang, kalau kau tak memberiku nafkah maka kita puasa."

Ucapku kembali dengan nada ketus. Dia pikir aku tetap diam jika di perdaya.

"Tak mungkin kau tak punya uang, May. Kemana uang yang selama ini aku kasih padamu?"

Aku tertawa, sepertinya suamiku memang cacat logika. Dia masih mempertanyakan uang yang dia kasih padaku.

"Mas bisa berhitung kan? Untuk token saja sudah satu juta. Coba pikir untuk bayar air, makan kita sebulan dan bensin mu, dari mana uangnya? Jangan lupa juga jatah ibu dan biaya kuliah adikmu."

Aku sudah muak, dengan terpaksa harus membuka semuanya. Biar dia paham kalau uang yang dia beri itu tak ada artinya sama sekali.

"Heran, baru memberi satu juta sudah mau di minta lagi. Kalau terpegang di tanganku boleh di minta, ini sudah terpakai untuk membeli listrik juga."

Aku meninggalkan mas Darma dia masih terlihat bingung. Mungkin baru sadar kalau uangnya tak mungkin cukup, untuk menutupi semua kebutuhan keluarganya.

Tring ...tring ....

Aku melihat ponsel yang berbunyi, sebagai tanda ada pangilan masuk. Ternyata Tante Maira yang menghubungi.

"Assalamu'alaikum, Tante Maira."

Aku segera menerima pangilan Tante Maira. Dia pasti ingin tau aku sudah sampai atau belum.

"Iya Tante, ini sudah di rumah kok. Terima kasih sudah di antar pulang."

Aku mengucapkan terima kasih, karena tadi di antar sampai depan. Sengaja tak sampai rumah, karena takut jika mas Darma dan ibunya melihat. Pasti mulutnya tak akan diam.

"Siapa yang menghubungi mu, May? Sepertinya aku pernah dengar nama itu?"

Aku tersenyum tipis tanpa menjawab pertanyaan mas Darma. Biar dia penasaran, aku tak perduli sama sekali.

"Mas tak kenal jadi tak perlu tau. Oya satu lagi, kalau mas tak bisa memberi nafkah, aku berencana cari kerja. Perut ini masih butuh di isi, jadi biar aku kerja lagi."

Mas Darma melotot, selama ini dia terlalu bangga pada jabatan dan gajinya. Dia sampai memintaku berhenti kerja, hanya demi menjaga gengsinya. Akhirnya beginilah dia tertimpa hutang.

"Apa mas tak setuju? Kalau begitu isi kebutuhan rumah. Maka aku akan tetap di rumah melayanimu 24 jam."

Aku tersenyum sinis, saat melihat wajah Mas Darma yang seperti tak ikhlas. Dia pasti semakin tak rela, kalau tau aku kerja dengan siapa?

"Kau mau kerja apaan sih May? Percuma, paling hanya jadi pembantu. Aku tak mau menanggung malu, karena punya istri pembantu."

Aku tertawa mendengar ucapan mas Darma. Sifat suka merendahkan orang menurun dari ibunya, dia tak sadar kalau semua orang sama di mata tuhan.

"Mas tak perlu cemas begitu. Aku akan mengaku janda jika ada yang bertanya, menurutku itu jauh lebih baik, daripada harus menjawab banyak pertanyaan."

Aku berjalan meninggalkan mas Darma. Aku rasa tawaran tante Maira baik untuk usahaku, usaha yang tak di ketahui oleh mas Darma.

"Semua terserah padamu, May. Ibu dan bapak mendukung saja, kami di sini hanya mengawasi, sedangkan kau yang bekerja keras hingga sampai seperti ini."

Itu adalah keputusan ibu dan bapak, saat aku beritahu tentang tawaran tante Maira.

"May, tolong pikirkan lagi soal mau bekerja. Aku tak mau ada yang melihat istriku bekerja, mau dimana meletakkan wajah jika ada yang bertanya."

Kembali aku harus mendengar omong kosong dari mas Darma. Dia bilang malu tapi tak bisa memberiku kehidupan yang layak, sekarang dia tak memberi uang lalu kami mau makan apa.

"Entahlah mas aku bingung dengan cara berpikir mu. Sekarang katakan besok kita makan apa? Sedang uang pun tak kau beri, selain uang token listrik."

Aku kembali menatap mas Darma. Dia hanya terdiam seolah tak berpikir apapun lagi. Aku masih belum tau, apa hasil pembicaraannya dengan ibu. Kalau bagus berarti aman, kalau tak bagus siap-siap di serang lagi.

"Sudah pulang kan dia? Mana suruh keluar? Ibu ingin tau apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa kau tak bisa memberi ibu uang bulan ini?"

YUK TERUS BACA DAN BERI ULASAN 🌟 5 NYA BIAR MAKIN SEMANGAT. JANGAN LUPA VOTED JUGA SEBAGAI DUKUNGAN UNTUK CERITA INI.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kunci Brankas Rahasia Suamiku.   ENDING.

    "Kalian penipu, untuk menguasai harta ibu kalian sengaja bilang bangkrut. Kalian ingin menguasai hak Aina putriku."Siti berteriak, membuat semua orang yang datang ke acara tujuh hari nenek Fandy terkejut. Mereka tak menyangka kalau wanita itu tidak memiliki sopan-santun. Membuat Hardi muak."Cukup! Hak apa yang kau maksudkan, Siti. Aina bahkan bukan darah dagingku, dia anak harammu dengan pria lain. Apa kau mau semua orang tau siapa ayah Aina? Sudah siap di hancurkan istri dan keluarga pria itu?"Siti terkejut dia tak menyangka Hardi akan semarah itu. Selama ini tak ada yang tau soal Aina selain Hardi dan orangtua Fandy, tapi sekarang Hardi siap membuka aibnya."Bagaimana?"Siti gemetar dia hanya bisa menatap Hardi tanpa berani untuk bicara. Dia tak siap berhadapan dengan keluarga kekasihnya, apalagi tanpa perlindungan Hardi."Sebaiknya kau pergi daripada hanya membuat omong kosong. Demi harta kau tak sadar sedang berada di mana, selama ini kau sudah enak hidup dari belaskasihan kami

  • Kunci Brankas Rahasia Suamiku.   Keputusan Akhir.

    "Ini gak mungkin, pasti akal-akalan kalian kan. Jangan mentang-mentang ibu tinggal bersama kalian lalu kalian berusaha menguasai hartanya."Sari terlihat marah saat pengacara keluarga datang sesuai permintaan Sari. Malas ribut orangtua Fandy menuruti permintaannya."Awalnya aku tak mau melibatkan kalian. Sayangnya kau terlalu serakah Sari, apa boleh buat segera kosongkan rumah yang kalian tempati, karena itu termasuk harta ibu yang di gadaikan. Bahkan rumah ini sudah bukan milik ibu lagi, hutang dan kesombongan membuat semuanya hilang."Kali ini Maya dan Fandy tak berani bersuara. Mereka lebih memilih untuk mendengarkan para orangtua yang bicara, agar tak terjadi keributan yang lebih panjang."Bagaimana Har? Apa kau siap bicara pada wanita ini? Wanita yang tak sadar siapa dirinya. Hanya mantan tapi masih merasa berkuasa, aku rasa sudah waktunya kau buang dia, daripada menyusahkan mu terus-menerus."Maya dan Fandy terkejut begitu juga dengan Sari. Wanita itu tak menyangka akan mendapat

  • Kunci Brankas Rahasia Suamiku.   ekstra Part(2) Warisan.

    "Setelah ibu meninggal akhirnya kalian datang juga. Begitu inginnya kalian mendapat warisan ibu."Baru saja masuk ke rumah, belum juga mendudukan bokong ke kursi. Susah terdengar ucapan pedas seorang wanita."Maksud Tante Sari apa ya? Kenapa bicara soal warisan? Saat nenek belum genap tiga hari meninggal."Fandy yang terkejut langsung menatap istri adik papanya. Mereka memang tak dekat, bahkan saat dia dan Maya menikah tak ada keluarga papanya yang datang. Sepertinya dia tau sebabnya."Heran saja, sejak ibu sakit tak ada kalian datang menjenguk tapi begitu dia meninggal cepat sekali datang pasti menginginkan harta warisan kan? Sudahlah aku bisa menebaknya dengan mudah."Fandy terlihat mengepalkan tangan, tentu dia emosi mendengar tuduhan Tantenya. Namun tidak dengan Maya, wanita itu terlihat santai sekali membuat Fandy heran dan juga bingung."Sayangnya Tante salah besar. Kami berdua tak membutuhkan warisan dari siapapun, asal tau aja kami berdua sudah memiliki dua perusahaan besar un

  • Kunci Brankas Rahasia Suamiku.   Ekstra Part (1) Warisan.

    Fandy dan Maya duduk menghadap gundukan tanah merah yang masih basah. Di sana terbaring seorang wanita yang pernah merusak pernikahan mereka, wanita yang hingga akhir hayatnya tak sempat meminta maaf pada Fandy Maya."Sudah siang, kita pulang sekarang. Papa dan mama ingin bicara dengan kita."Fandy menautkan jari tangan pada tangan sang istri. Dia tau Maya masih belum bisa percaya pada kedua orangtuanya, setelah mereka sempat melakukan kesalahan pada wanita itu."Berapa lama kita di sini, Mas? Apa bisa aku pulang duluan? Rasanya tak nyaman berada di sini apalagi ada Hera."Maya terlihat tak nyaman tapi Fandy juga tak mungkin membawa istrinya pulang sekarang. Apa kata orang kalau mereka pulang, mereka saja datang setelah tiga hari kematian sang nenek. Jadi gak pantas kalau langsung pergi."Tenang ada aku bersamamu. Lagipula mama dan papa kan sudah meminta maaf, apa salahnya kita beri mereka kesempĂ tan, jangan sampai kejadian yang di alami nenek terjadi pada orangtua ku juga.""Apa kau

  • Kunci Brankas Rahasia Suamiku.   Ending.

    Kedua pasangan itu berciuman dengan panas. Mereka bahkan lupa berada di mana saat itu, Sandoro benar-benar bahagia, saat gadis yang dia cintai membalas perasaannya. Sandoro menarik tangan gadis yang baru satu jam yang lalu menerima cintanya. Mereka duduk di kursi ruangan Maya, posisi duduk mengangkang kekasihnya, membuat milik lelaki itu semakin tegang. Apalagi wanita itu justru duduk di pangkuannya, jelas membuat miliknya semakin membesar."Ah ....Pak milikmu menusuk milikku."Gadis itu terkejut hingga melepaskan ciuman di bibir kekasih barunya. Pria itu tersenyum dan meremas pantatnya."Mau buka celana dalammu? Agar dia bisa benar-benar masuk dan membuatmu merasakan nikmatnya."Gadis itu mengerjabkan matanya. Seperti berpikir antara takut dan ingin merasakan, benda besar yang menusuk miliknya. Perlahan dia bangun dari pangkuan Sandoro, menatap mata kekasihnya lalu membelai wajah pria yang tengah memejamkan mata itu, dia tau Sandoro tengah berusaha menetralkan panas di tubuhnya."Maa

  • Kunci Brankas Rahasia Suamiku.   Hikmah Dibalik Musibah

    "Hai ...mau kemana kau?"Sandoro dan bapak Maya terkejut, saat melihat Fandy berdiri menuju pintu kamar yang di tempati istrinya."Aku rela menerima rasa sakit yang di berikan istriku, tapi aku tak bisa tetap diam saat dia merasakan sakit, karena apa yang dia pikirkan apalagi semua itu tidak benar."Fandy membuka pintu dan menemukan sorot mata dingin dan penuh rasa kecewa. Perlahan dia mendekat dan bersiap, seandainya sang istri kembali menyerangnya."Kau bisa memukul atau menamparku jika itu membuatmu lega, Yank. Aku memang bodoh, hingga tanpa sadar terus membuatmu terluka dan kecewa. Hanya saja kau harus tau, aku mencintaimu tak ada wanita lain yang bisa menggantikan cinta itu. Lagipula apa yang kau pikirkan? Hingga jatuh pingsan sebelum Sandoro bicara. Apa mungkin itu bawaan bayi kita, yang sudah berkembang di rahimmu? Mungkin dia juga ikutan marah, karena mamanya berpikir papanya melakukan kesalahan lagi."Maya terlihat bingung dengan apa yang suaminya bilang. Mata wanita itu ber

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status