Share

Kunikmati Suami Mendua
Kunikmati Suami Mendua
Author: Silla Defaline

Bab 1 Kebohongan Yang Mulai Terkuak

"Mas, bagaimana kalau Adek kerja lagi mas. Soalnya bosan hanya berdiam diri di rumah?"

     

"Memangnya adek kekurangan uang belanja? Mas pikir lima juta setiap bulan cukup untuk kebutuhan kita. Untuk apalagi kamu bekerja? Bisa-bisa nanti harga diri Mas jatuh, karena dianggap tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga."

     

"Iya mas Aku juga tahu uang segitu cukup untuk kebutuhan kita. Ya sudah kalau tidak boleh. Aku tidak usah kerja lagi deh. Tapi kalau bisa tolong tambahin setoran ke Adek dong Mas"

     

"Apaaa? Nambah setoran ke kamu? Makanya kamu harus lebih pintar lagilah mengelolah uang. Lima juta itu gede lo Vin. Bisa bangrut perusahaan kalau kamu tidak pinter kelola keuangan."

     

Terpaksalah Aku mengalah, soalnya kalau tidak, akan panjang ayatnya. Ku akui uang segitu cukup buat kebutuhan kami. Tepatnya pas-pasan. Bukan tidak bersyukur, tapi pengeluaran kami memang lumayan besar. Cicilan rumah saja mencapai 1,5 jutaan perbulan. Cicilan mobil 1 jutaan, listrik kadang bisa naik hingga lima ratusan. setoran ke mertua juga harus ku keluarkan. Bahkan kadang Aku miris mendengar mertua bilang Aku menantu pelit, ngasih mertua cuma lima ratus ribu. Padahal anaknya direktur di sebuah perusaahan plastik terbesar di kota ini. belum lagi susu untuk Praska si kecil kami yang baru berusia 10 bulan.  biaya sekolah Ciya dan Cika, si kembar kami. Maklum mereka di sekolahkan di SMP swasta terkenal, Alasannya gengsi. Dan di pastikan juga biayanya juga lumayan. Coba pikirkan saja uang segitu tidaklah mencukupi. Tapi selama ini Aku bantu tutupi dengan hasil jualan onlineku. Kebetulan Aku memiliki beberapa reseller aktif di beberapa daerah.

     

Sebenarnya Aku tidak tahu pasti berapa gaji Mas Gavin. Untuk mengirit keuangan, ku kerjakan semua urusan rumah tangga dengan tanganku sendiri. Sebenarnya bukan masalah sepele. Rumah yang kami tempati lumayan besar. Di tambah dengan mengasuh si kecil Praska. Sebenarnya Kadang aku merasa jenuh. Tapi apalah dayaku. Ini memang tugasku. 

     

Tuuuuut..  tuuuuuut...! Tengah sibuk membalas chat dari langganan ku,  Hp ku bergetar. Telpon dari Mas gavin ternyata.

    

"Ya Mas ada apa?"

    

"Hallo. Mas cuma memberitahu malam ini Mas lembur. Jadi tidak usah nunggu-nunggu Mas pulang. Kerjaan numpuk entah jam berapa akan selesai." Langsung dia menutup pembicaraan.

    

Ku lirik jam, astaga jam 08.30 ternyata. Praska terlelap di gendonganku. Ku letakkan Praska ke tempat tidurnya. Lalu makan malam bersama kedua putriku. Memang biasa seperti ini. Makan malam bertiga. Soalnya Mas Gavin memang sering lembur.

    

"Bu, tadi kita berdua liat Ayah makan sama wanita cantik." Cika berkata dengan anggukan Ciya.

    

"Bener Bu, cantik tuh temen Ayah. Sampe pegang-pegang tangan Ayah lagi. Ciya tadi berniat nyamperin Ayah. Tapi sayang udah di suruh pulang sama Ibu guru."

    

Aku terkejut mendengar cerita kedua putriku. Kulihat ada gurat kemarahan di kedua mata putriku. 

    

"Memang kalian nemu Ayah di mana? Timpalku mencoba menyelidiki.

    

"Tadi kami ada kegiatan sekolah seputar lingkungan hidup. Jadi Bu Dea ngajak kami praktek ke lapangan. Nah tadi waktu kami pengen beli makanan. Kami melewati kafe yang kebetulan ada Ayah yang sedang makan bersama perempuan itu. Ketawa-ketawa kayak pacaran ajah. Pas kami ingin nyamperin eh Bu Dea pada nyuruh pulang. Nih tadi sempet kita vidioin Bu." 

    

Disodorkan hp nya padaku lalu ku perhatikan baik-baik. Ah betapa bahagianya mereka. Perempuan itu menyandarkan diri di bahu suamiku. Suamiku pun membelai rambut perempuan itu. Sialan... Seketika jantungku berdegup kencang. Rupanya ini perbuatan Mas Gavin di belakangku. Ingin rasanya aku meluapkan semua amarahku. Tapi ada anak-anak disini. Ah iya seharusnya aku bisa meredam kekecewaan anak-anakku. Dan mencoba untuk menyembunyikan kenyataan. Toh Aku belum mengetahui yang sebenarnya.

    

"Oooh ini, dia bukan siapa-siapa Ayah kalian nak. Dia itu saudara jauh Ayahmu. Jadi kalian tidak usah khawatir. Ayah kalian orang baik-baik kok."

    

"Eh perasaan kami nggak pernah lihat tuh orang Bu. Kalau dia saudara Ayah, pasti kita sering lihat donk. Atau jangan-jangan Ibu bohong. Ingat Bu kami sudah gede. Nggak bisa di bohongin kayak anak kecil."

    

Aduuuh Aku gelagapan menghadapi  ocehan Ciya dan Cika. Tapi bagaimanapun ku coba meyakini keduanya. Karena Aku tidak mau anak-anakku bertindak ceroboh.

    

"Benar Ciya, dia itu saudara Ayahmu. Kalian tidak boleh berpikir negatif tentang Ayah kalian sendiri. Jangan pernah menyinggung hal ini pada Ayah kalian. Kalian ingatkan, bagaimana sifat Ayah?. Jangan pernah menanyakan soal perempuan itu padanya." 

    

Setelah meyakinkan mereka. Kusuruh mereka segera meninggalkan Aku sendiri. Ku kirim vidio tadi ke hp ku. Lalu ku hapus vidio yang ada di hp mereka. Kucoba melapangkan dada melihat kemesraan mereka. Tentu saja wanita itu bukan saudaranya Mas Gavin. Itu hanya alasanku saja. semata-mata untuk menutup kenyataan. Lihat saja Mas endingnya. Rupanya kau main bermain-main denganku. Mari kita lanjutkan permainanmu. Kau pikir kau terlalu piawai dalam hal ini. Lihat saja nanti. Sementara ini Aku akan berlagak tidak tahu menahu soal perbuatannya di belakangku. Aku ingin melihat seberapa jauh  sepak terjang seorang laki-laki yang bernama Gavin Algunawan tersebut.

    

Kulihat jam telah menunjukkan angka 01.20, tetapi Mas Gavin belum juga pulang. Ku coba menghubungi nomornya. Selama ini Aku tidak pernah menghubunginya ketika dia sedang bekerja. Karena takut mengganggu kinerjanya. Tidak di angkat. Kucoba dan kucoba lagi. Setelah ke sekian kalinya barulah ada sahutan di seberang sana.

    

"Ada apa Dek? Ini Mas lagi sibuk. Tolong ngerti dikit lah Dek, oh ya maaf Mas belum bisa pulang. Nanti kalau udah kelar pasti pulang deh. Jangan kebiasaan nelpon suami yang lagi ngurus kerjaan. Ntar jadi kebiasaan." 

    

Tuut....tuuut.. Eh langsung di matikan. Keterlaluan memang nih orang. Kuyakin kamu tidak benar-benar sedang kerja Mas. Atau jangan-jangan kamu lagi berduaan dengan perempuan lain. Eii kenapa kok pikiran ku jadi negatif terus tentang kaki-laki itu. Ini pasti gara-gara habis lihat vidio tadi. Laki -laki seperti ini tidak pantas untuk ku hormati.

    

Aku tidak tahu jam berapa Mas Gavin pulang semalam. Tiba-tiba saja pas bangun dia ada di sebelah ku. Ku coba mengambil handpone disisinya. Pas ku cek, ya elah, di kunci rupa ya. Nanti sajalah  kupikirkan masalah hp, yang penting  ke dapur dulu. Menyiapkan sarapan buat seisi rumah. Kubuat seolah-olah tidak ada apa-apa.  

    

Ketika Mas Gavin pamit kerja. Dengan takzim ku cium punggung tangannya. Dalam hati, tak apalah sekarang tanganmu kucium dulu. Nanti tiba saatnya akan kubuat dirimu menderita. 

   

Aku bergegas menggendong Praska dan bersiap membuntuti mereka. Sengaja ku pakai pakaian seperti jubah agar Mas Gavin tak mengenaliku. Di perempatan jalan kulihat Mas Gavin berbelok ke kanan. Bukan kearah kantornya. Ku buntuti saja mobilnya dengan jarak aman. Bepergian dengan roda dua, sambil menggendong Praska memang sedikit membuatku kerepotan. Syukur Praska tidak begitu rewel. Kulihat mobil Mas Gavin berhenti di sebuah rumah mewah bercat biru laut. Kulihat dia seperti menunggu seseorang. Tak lama kemudian keluarlah seorang perempuan modis dengan dress yang sedikit terbuka. Kuakui cantik memang perempuan itu. Badannya tinggi sampai dengan rambut ikal coklat tergerai. Ku ikuti terus perjalanan mereka. Ternyata bukan ke kantor.

    

Ku putuskan untuk berhenti membuntuti mereka. Kasihan Praska, akhirnya aku memilih mendatangi kantornya. 

     

"Ibu siapanya Pak Gavin?" Tegur petugas kantor. Eh iya mereka pasti tak mengenaliku karena aku pakai baju seperti ini. Heheee baguslah. Artinya tidak ada kecurigaan nantinya.

     

"Ini saya sepupunya, ada perlu sedikit sama beliau"

     

"Bapak Galvin mengambil cuti selama tiga hari Buk. Katanya mau menghubungi saudaranya yang sedang sakit keras di Bali.

     

"Oh ya makasih. Mari pak"....

     

Ke Bali?? Menjenguk saudara sakit?? Memangnya siapa yang sakit Mas?? Pintar kali kau ini Mas Mas. Berbohonglah untuk sementara ini ..Wkwkwk.. Aku tersenyum-senyum. Aku punya rencana buatmu Gavin. 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri sok hebat dan sok2an cool
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Ada istri sabar kayak gini ,suami selingkuh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status