Share

Bab 2 Memulai Aksi

Ke Bali?? Menjenguk saudara sakit?? Memangnya siapa yang sakit Mas?? Pintar kali kau ini Mas Mas. Berbohonglah untuk sementara ini ..Wkwkwk.. Aku tersenyum-senyum. Aku punya rencana buatmu Gavin. 

***
       
Menjelang maghrib, ponselku berbunyi. Mas Gavin ternyata. Dengan cepat ku geser warna hijau di layar ponselku.
     
"Halo sayang. Maafkan Mas ya Dek. Tadi Mas lupa memberitahumu bahwa perusahaan mengharuskan Mas keluar kota hari ini juga. Nggak lama kok Dek cuman tiga hari. Nggak apa-apakan? Mas bener-bener minta maaf lho."
     
"Lhoo kok Mas nggak bilang-bilang ke Adek sih Mas. Trus kalau langsung pergi kan perlengkapan mas gimana?" Ujarku seolah-olah tidak tahu apa-apa.
     
"Ya Adek nggak usah khawatir. Mas beli ajah sendiri. Seberapa juga cuma tiga hari sayang"
   
"Lain kali bilang dari awal Mas, biar Adek bisa nyediain kebutuhan Mas seperti biasa. Kan kasihan kalau Mas harus repot-repot beli sendiri. Padahal kan ada Adek yang sepatutnya nyediain." Ucapku. 
     
Padahal dalam hatiku, huuuuu syukur banget deh lu nggak bilang-bilang, jadi nggak ngerepotin gue.... Wkwkwk peduli amat.
     
"Ya nggak apa-apa Dek. Namanya juga mendadak. Ya sudah kalau begitu Mas mau nyelesain masalah nih sama klien. Ntar Mas telpon lagi deh. Byeeee" langsung di tutupnya telpon di ujung sana. 
     
Mas Gavin, Mas Gavin. Sejak kapan kamu belajar berbohong Mas. Kok pede sekali bohongnya. Seperti tidak punya rasa bersalah saja. Pikirmu Aku tidak tahu kemana kamu?. Nikmatilah liburmu bersama gundikmu Gavin. Sedangkan Aku harus bersabar sementara waktu ini agar rencanaku berjalan sesuai skenario. Cukuplah selama ini aku capek mengelola uang yang pas-pasan. 
     
Syukurnya kadang Ayahku mau menolongku meringankan cicilan mobil pada Ayah. Dulu Mas Gavin selalu mengeluh karena belum punya mobil. Akhirnya karena Ayah kasihan, maka Ayahku memberikan mobilnya untuk kami. Itupun nyicil 1 jutaan perbulan, tentu saja bukan mobil mewah. Cuma Toyota Agya milik Ayah. Baru-baru ini Mas Gavin berhasil menduduki prediket direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Mulailah dia ingin membeli Mobil baru dan menjual mobil yang ada. Katanya malu pake mobil butut. Idih dasar gengsian. Tapi Aneh setoran padaku tetap segitu. Dasar pelit. 
     
Aku memikirkan cara untuk menghadapi tingkah Mas Gavin. Aku tidak mau ceroboh. Sebelum melangkah lebih jauh, Aku harus menyelidiki terlebih dahulu.Ku hempaskan badanku ke sofa sambil menghembuskan nafas kasar. Aku harus berpikir keras agar langkahku tidak teendus oleh bajingan tak tahu diri itu.
       
Pertama Aku harus mengetahui seluk-beluk wanita selingkuhannya. Siapa tahu ada yang bisa kumanfaatkan. Hhhmmmm, dari mana ya harus ku mulai?. Ponsel Mas Gavin diberi kata sandi, sebab itu sudah pasti Aku harus mencari cara bagaimana Aku bisa memperoleh informasi melalui alat tersebut. 
       
Oh ya Aku baru ingat, Aku bisa mengecek sisi tv di teras samping rumah. Bukankah Mas Gavin suka bermain ponsel sambil bersantai di taman samping. Oke akan kucoba. Ku melangkah ke ruang kerja Mas Gavin, lalu mulai menggeser-geser  kursor laptop yang terhubung dengan cctv di rumah ini. Akhirnya kutemukan juga Sorotan cctv yang mengarah pada Mas Gavin yang sedang memainkan gawainya. Ku zoom sedikit ke arah hp di tangan mas Gavin. Yup memang sedikit menguras waktu. Karena memang tidak begitu jelas. Beruntung Ayahku memasang cctv yang lumayan berkualitas. Walaupun samar-samar aku masih bisa mereka-reka beberapa kemungkinan kata sandi yang diketik Mas Gavin. Kulihat seperti  dia tidak menggunakan sidik jarinya, melainkan sebuah nama.  Perlu waktu beberapa menit untuk mefokuskan pergerakan jari Mas Gavin.  Aku menyimpulkan sebuah nama "Alwa Lala"  ku ingat baik-baik nama itu. Aku tahu Aku harus mengetahui isi ponsel Mas Gavin. Tidak ada cara lain, Aku harus menyadap gawai lelaki brengsek dan pelit tersebut. 
       
Oke, hari ini Mas Gavin pulang. Rupanya belum juga puas dia menghabiskan waktu tiga hari bersama wanita pujaan hatinya itu. Buktinya, menjelang malam dia belum juga pulang. Memang ini seperti biasanya. Mas Gavin memang sering pulang larut malam. Selama ini Aku maklumi. Atau apakah perselingkuhannya sudah berjalan lama?. Ah bodohnya Aku. Terlalu percaya dengan suami macam Gavin. 
       
Menjelang pukul sepuluh malam barulah  terdengar deru mobil suamiku. Dengan tersenyum sumringah ku sambut kepulanganya dengan raut muka penuh kebahagiaan. Ku raih tangannya dan menyalaminya dengan sopan. Padahal kenyataannya tahu sendiri kan? Ingin rasanya ku tendang bokongnya dari belakang. Hehee kalau dari depan kan kasihan.
       
Entahlah sekarang ini bukanlah cemburu yang memenuhi otakku. Melainkan rasa jijik yang mendominasi. Mengalahkan cemburu yang biasa di rasakan oleh seorang istri. Apa Aku tidak mencintainya lagi?. Bukan, bukan begitu. Rasa cintaku telah terkikis oleh kecurangannya. Membuatnya perlahan terhapus dan meninggalkan bekas yang sulit untuk di maafkan. 
        
Ku siapkan makan malam untuknya. Sedangkan anak-anak sudah tertidur. Kulihat dia masih sibuk dengan ponselnya. Aku pura-pura tidak melihat dan masih pura-pura sibuk merapikan piring-piring yang seharuskan tidak perlu kurapikan. Keperhatikan gerak-geriknya. Kelihatan dia begitu menyegerakan makannya. Kemudian buru-buru izin ke kamar dengan alasan capek. 
        
"Mas nggak beli oleh-oleh buat anak-anak?" Ku cegat langkahnya dengan sebuah pertanyaan 
        
"Mmm  Mas lupa Dek. Maaf ya. Soalnya Mas terlalu sibuk" Enteng sekali jawaban pria ini.
        
"Ya sudah nggak apa,-apa Mas."
        
Sebenarnya ada kekecewaan di batinku. Mengapa dia lupa pada anak-anak. Anaknya sendiri. Darah dagingnya. Sepatutnya biarlah dia mengabaikan Aku, tapi jangan anak-anak. Kasihan mereka. Begitulah lelaki, jikalau sudah mendapatkan wanita lain sering lupa pada anak istri.  Sebenarnya apa tujuannya bekerja keras, untuk wanita itu, atau untuk masa depan rumah tangga?. 
       
Ku perhatikan Mas Gavin sudah terlelap. Terbukti dari dengkuran halus yang menyertai nafasnya. Mungkin kelelahan mengurus perkerjaan atau kelelahan mengurus simpanan, Aku tidak tahu. 
         
Ku raih pelan-pelan ponsel yang ia sembunyikan di bawah bantalnya. Dengan cepat ku masukkan kata sandi yang ku dari dari bantuan cctv. Kuharap tidak meleset. Dag did dug... Detak jantungku.. 
        
Klinggggg.... Yes.. ponsel itu terbuka. Ku ambil juga ponselku. Penyadapan ponselmu kumulai hari ini bajingan tengik. Tengah sibuk mengutak-atik  keyboard hp Mas Gavin bangun. Aku ketakutan kalau usahaku tercium olehnya. Dengan cepat ku matikan layar ponselnya ku letakkan di dekat kepalanya. Aku pura-pura tidur kembali. Kulihat ia sibuk mencari ponselnya. Dengan sigap ia mengguncang bahuku.
        
"Hei apa kamu liat dimana hp ku?"
        
Dengan menggeliat ku buka kedua mataku
       
"Apaan sih Mas kok pake nanya hp ke Adek sih. Mas taruh di mana memang. Malam-malam kok nanya hp. ke Aku pula. Memang adek tahu apa dimana Mas nyimpen hp. Ya sudah ah. Adek nggak tahu. Adek mau tidur lagi, masih ngantuk."
       
Dengan segera ku tarik selimut dan memejamkan kedua mataku kembali. Beruntung tadi misi pertama sudah selesai setidaknya bisa ku korek kegiatannya lewat ponsel. 
        
"Ternyata disini, dasar lalai." gumamnya. Rupanya dia menemukan gawainya sendiri. Hiks hiks... Sepertinya dia menyalahkan dirinya sendiri. 
        
Baiklah akan ku mulai penyelidikan hari ini.... ku buka ponselku dan deg...
        
Haaaaaaaaa.......mataku melotot tidak percaya. Beginikah tingkahmu Gavin? Geramku. Dadaku naik turun dibuat olehnya..

Awass kau....ku kepalkan tangan dan berusaha mengatur pernafasan.

***

        

        
        
        
       
       
    
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nainamira
aku pusing bacanya, gak ada paragraf
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Keren istrinya
goodnovel comment avatar
Mijoet
aq suku istri yg begini dri pda yg mewek2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status