Share

Kupuaskan Nafsuku di Klub
Kupuaskan Nafsuku di Klub
Author: Sinar

Bab 1

Author: Sinar

Aku tidak menyentuh diriku sendiri selama tiga minggu.

Bukannya aku tidak mau, tetapi aku harus menahan diri.

Dokter mengatakan bahwa mudah untuk memiliki ketergantungan secara emosional setelah putus cinta. Aku takut diriku akan jatuh kembali ke dalamnya jika terlalu terbawa perasaan.

Namun, tubuh bukanlah otak. Aku tidak bisa menahannya semudah itu.

Terutama di malam hari. Setelah mematikan lampu, tempat tidur menjadi terlalu kosong, dengan udara yang ambigu. Ini membuat orang tidak bisa menahan diri.

Pada saat ini, Laura mengirimkanku pesan WhatsApp: [Teman, ayo pergi lari malam bersamaku hari ini.]

Aku mengabaikannya, tetapi dia dengan cepat mengirim pesan lainnya: [Ini adalah acara lari malam yang akan membuat kakimu lemas dan basah setelah berlari.]

Aku menatapnya, terdiam selama beberapa detik. Kakiku terasa sangat panas.

Ketika aku membuka foto yang dia kirimkan, aku hampir saja menjatuhkan ponselku.

Foto itu adalah foto dirinya dengan pakaian olahraga yang sangat ketat. Satu kakinya berada di pundak seorang pelatih pria, wajahnya penuh dengan rona merah, sementara mulutnya sedikit terbuka. Ekspresi ini sama sekali tidak terlihat seperti sedang berlari. Sementara itu, pelatih pria mengangkat kaki Laura, dengan bagian bawah tubuhnya mendorong kuat dalam gerakan peregangan yang terasa aneh.

Aku menggertakkan gigi sambil mengetik: [Apa yang sedang kamu mainkan?]

Laura membalas pesanku dengan tanda tanya, lalu diikuti dengan tautan ke sebuah komunitas lari malam. [Klub Lari Malam Sarasa, khusus wanita dengan teman wanitanya. Kamu cukup datang dengan wajah penuh hasrat.]

Aku menatap tautan itu untuk beberapa saat.

Apakah hasratku benar-benar ... sejelas itu?

Ponselku menyala, lalu mati. Aku berguling-guling, tetapi tidak bisa tertidur. Pikiranku penuh dengan mantan pacarku.

Pria itu adalah seorang fanatik kebugaran, garis pinggang dan perutnya sangat indah seperti ukiran. Dia melakukan semuanya dengan keras, akurat, serta tanpa ampun. Terlebih lagi, dia suka berbisik di telingaku sambil terengah, "Bukankah kamu bilang nggak mau? Memohonlah padaku. Kalau kamu memohon, aku akan memberikannya padamu."

Malam itu kami sedang berada di dapur. Dia masuk dari belakang, sementata aku hampir terjatuh di atas kompor, berteriak sampai suaraku pecah.

Namun, sekarang dia sudah pergi, mengatakan bahwa aku tidak tahu diri, penuh nafsu dan tidak pernah puas!

Apa yang tidak dia ketahui adalah bahwa setelah dia pergi meninggalkanku sendirian, aku seperti orang yang kerasukan. Aku berpura-pura tenang di siang hari, lalu melakukan semuanya sendiri di malam hari.

Namun, diriku sendiri tidak bisa melakukannya sebaik pria itu.

Aku berusaha keras untuk berpakaian, menekan tautan, lalu mendaftar untuk bergabung dengan grup itu.

Beberapa menit kemudian, sebuah akun bernama "Manajer Sarasa - Dimas" menyetujuiku untuk masih ke dalam grup.

Foto profilnya menunjukkan foto sebuah punggung yang setengah telanjang. Cahayanya redup, tetapi aku masih bisa melihat lengkungan yang dalam di pinggangnya, serta garis-garis otot yang menonjol di lengannya.

Dia memiliki tipe tubuh seperti mantan pacarku, tetapi terlihat lebih liar.

Laura langsung memasukkanku ke dalam grup, lalu mengirim pesan suara tanpa menungguku menyapa, "Ini adalah sahabatku Mandy. Dia punya tubuh yang bagus, serta bagian bawah yang menawan. Siapa di antara kalian yang akan berlatih dengannya malam ini?"

Grup langsung menjadi ramai.

[Sial, apa ini harta karun milik Kak Laura?]

[Selamat datang teman baru. Malam ini kamu akan menjadi seseorang yang baru.]

[Kak Dimas, apakah kamu akan melakukannya atau aku?]

[Jangan berebut denganku. Bukankah teman baru itu bilang dia ingin kakinya lemas dan basah? Kalau begitu, aku yang harus melakukannya!]

Ketika aku melihat ini, dadaku terasa sesak, ujung jariku mulai mati rasa.

Detik berikutnya, seseorang menyebutkan namaku di grup.

Dimas: [Mandy, besok malam jam tujuh kita akan berkumpul di kaki gunung. Kenakan celana yang ketat, jangan memakai celana dalam.]

Aku menatap kata-kata itu dengan seluruh tubuh yang bergetar.

Aku tahu bahwa aku seharusnya keluar dari grup itu.

Namun, pada saat itu aku sudah terobsesi padanya, seolah terbakar dalam api.

Aku menatap kata-kata "jangan memakai pakaian dalam". Sebuah gambaran muncul di benakku ….

Jalan pegunungan yang berkelok-kelok, dengan suasana malam yang sunyi. Aku berjalan di depannya. Setiap gundukan menghantam bagian tubuhku yang paling sensitif. Dia terengah di telingaku, "Tahan. Jangan berteriak."

Kakiku tertutup rapat, jantungku berdetak kencang hingga hampir meledak.

Aku membalasnya, "Oke."

Aku melihat Dimas mengirimkan pengumuman di grup: [Materi latihan besok malam adalah lari malam dengan intensitas sedang dan peregangan dan traksi. Anggota wanita harus ditemani oleh pelatih pria satu lawan satu selama acara lari.]

Aku menatap ke arah barisan kata-kata itu dengan tubuh yang sedikit memanas.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kupuaskan Nafsuku di Klub   Bab 7

    "Dodi …." Mulutku masih tersumpal, suara itu hanya bisa bergulir di tenggorokanku. "Aku nggak bisa menahannya lagi …."Aku tergeletak di lantai ruang pendingin itu dengan tubuh yang mati rasa, serta napas tersengal. Pandanganku buram, tetapi benakku masih memikirkan keselamatan sahabatku.Bagaimana keadaannya? Apakah dia masih hidup?Tepat saat kesadaranku hampir sepenuhnya menghilang, aku mendengar suara langkah yang tergesa-gesa, disusul suara yang tidak asing dari dinding ruang tertutup itu, "Periksa seluruh gedung! Selamatkan mereka sekarang juga!"Itu Dodi.Saat pintu didobrak terbuka, cahaya dan udara dingin menyergap masuk. Aku melihat ekspresi di wajah Dodi berubah dari dingin menjadi luar biasa marah. Dia segera menghampiriku, membuka semua ikatan di tubuhku dengan tangannya sendiri, lalu menggenggam tanganku yang sedingin es. "Mandy, kami sudah datang."Akhirnya, aku tak mampu menahan tangisanku lagi."Laura .…" Aku terisak, "Dia ... dia pingsan setelah minum alkohol ….""Ten

  • Kupuaskan Nafsuku di Klub   Bab 6

    Ketika hampir fajar, angin gunung tiba-tiba menjadi lebih kuat.Aku baru saja keluar dari tenda. Rambut dan pakaianku tertiup angin, sementara wajahku masih memiliki bekas janggut Pak Kai.Dia tertidur dengan puas.Aku tidak melakukan apa-apa.Aku hanya 'tidak sengaja' menumpahkan sebotol anggur saat dia menyentuh pinggangku, menumpahkannya ke seluruh tubuhnya. Aku membujuknya ke kamar mandi, lalu mengambil kesempatan untuk mengulur-ulur waktu mandi.Aku sudah muak dengan kata-katanya tanpa perlu menggerakkan tubuhku.Seluruh rantai industri klub malam, kebiasaan merekam video, proses pembuatan film khusus, semuanya terungkap.Aku bahkan bertanya kepadanya, "Kalau aku nggak ingin bermain sekarang, bisakah aku berhenti?"Pak Kai menjilat sudut mulutnya, lalu berkata, "Nggak masalah apakah kamu pergi atau nggak, tapi video-video itu nggak akan pergi bersamamu. Selama video-video itu masih ada, kamu akan tetap kembali dengan patuh."Aku tahu bahwa ini adalah hal yang sudah sering dia laku

  • Kupuaskan Nafsuku di Klub   Bab 5

    Aku menatap layar ponselku. Jari-jariku terlalu kaku untuk memegangnya, tetapi aku menguatkan diri agar tidak menjatuhkannya.Aku tidak membuka pratinjau video, tetapi satu tangkapan layar itu sudah cukup untuk menghancurkanku.Di dalam tenda, dalam cahaya yang redup, rambutku tampak acak-acakan. Aku tidak mengenakan pakaian, pinggangku tertekuk dalam lengkungan yang memalukan.Itu bukanlah penampilan yang ingin aku tunjukkan pada siapa pun.[Patuhlah, atau video ini akan dikirimkan pada semua orang di keluargamu.]Aku menatap pesan itu, lalu tiba-tiba menjadi tenang.Bukan karena aku tidak merasa takut lagi, tetapi aku memahami satu hal. Tidak peduli seberapa keras usahaku untuk melarikan diri, aku bukan tandingan orang-orang ini.Begitu aku melangkah ke dalam jurang, tidak ada jalan bagiku untuk keluar dengan penuh martabat.Terlebih lagi, Laura masih berada di tangan mereka, belum melihat sifat asli orang-orang ini.Kalau begitu, aku akan bersikap tegas. Aku akan tetap tinggal secar

  • Kupuaskan Nafsuku di Klub   Bab 4

    "Tentu saja dia bersedia."Kata-kata Dimas seperti seember air es yang disiramkan ke tubuhku. Tubuhku yang berapi-api langsung terasa dingin sampai ke tulang.Pria yang membawa botol itu mendekat. Wajahnya tampak penuh kegembiraan seperti serigala yang sedang birahi."Orang baru memang benar-benar berbeda. Dia sangat memesona. Melihatnya saja membuatku ingin menjilatnya," ujar pria itu.Aku meronta tanpa sadar, tetapi Dimas masih menekanku hingga tidak bisa bergerak."Aku …. Aku nggak mau melanjutkan!" Suaraku bergetar, tidak ada sedikit pun keyakinan."Mandy." Dimas akhirnya berbicara, nadanya sangat tenang, "Apa yang kamu janjikan sebelum kamu lari?"Aku tertegun."Jangan memakai celana dalam, tenanglah, patuh sepanjang waktu. Jangan berteriak untuk berhenti." Dimas mengulangi kata demi kata. "Kamu masih ingat, 'kan?""Tapi …." Suaraku terbata-bata. "Aku nggak tahu kalau harus bermain bertiga!""Ada banyak hal yang nggak kamu ketahui. Kalau kamu benar-benar nggak menginginkannya, bag

  • Kupuaskan Nafsuku di Klub   Bab 3

    Pada akhir lari malam itu, seluruh tubuhku tampak seperti baru saja mengalami pertarungan cinta yang hebat.Kakiku terasa lemas, basah oleh keringat, bahkan napasku pun bergetar dengan cara yang tidak semestinya."Kamu berlari dengan baik untuk pertama kalinya." Dimas menyerahkan handuk kepadaku, sekali lagi terlihat seolah-olah tidak ada yang terjadi.Aku mengambil handuk itu, mencoba untuk tetap tenang, tetapi aku merasa seluruh tubuhku gemetar."Kamu belum pernah mengikuti kelas peregangan, 'kan?"Aku menatapnya, tenggorokanku kering sampai terasa sesak. "Peregangan apa?"Dia menatapku sambil tersenyum, suaranya rendah dan menggoda, "Peregangan yang membuat tubuhmu lebih rileks."Setelah mengatakan itu, dia berbalik, lalu masuk ke dalam tenda.Laura muncul dari sisi lain, lalu duduk di sampingku. Wajahnya dipenuhi dengan kebahagiaan karena merasa puas."Jangan takut, wanita nakal. Lari pertamaku lebih buruk darimu. Aku kembali dengan kaki selemas mi," ujar Laura.Aku bertanya kepada

  • Kupuaskan Nafsuku di Klub   Bab 2

    Laura mengirimiku pesan pribadi: [Apa gunanya berpura-pura suci? Kamu sudah berjanji padanya. Apakah kamu sudah siap?]Aku: [Siap untuk apa?]Laura memberikanku nomor resi pengiriman. [Aku sudah memesankannya untukmu kemarin. Ini adalah peralatan eksklusif. Akan dikirim besok pagi.]Aku baru saja ingin meminta penjelasan ketika Laura kembali mengirimkan pesan lain: [Pakai ini saja supaya kamu bisa bebas beraktivitas.]Sore berikutnya, kurir pun tiba.Begitu aku membuka kotaknya, wajahku langsung memerah.Di dalamnya ada satu set celana ketat yang sangat elastis berwarna hitam. Tampaknya tidak ada yang istimewa, tetapi bagian atasnya cukup pendek hingga menunjukkan perut. Celananya hanya berupa lapisan tipis. Celana ini tampak sangat ketat begitu dipakai di tubuh. Jika tidak memakai pakaian dalam ....Bukankah seluruh bagian tubuh bisa terlihat?Aku menyentuh paha bagian dalamku tanpa sadar. Posisi jahitannya dibuat dengan sangat pas, seakan sengaja dibuat di bagian yang sensitif.Ada j

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status