Share

Bab 7

Author: Kitty
Setelah lama terdiam, Ansel akhirnya mengangguk. "Oke."

Belle langsung tersenyum bahagia, menghapus air matanya, lalu berlari mengambil satu undangan di atas meja untuk diberikan kepada Ansel.

"Alamat dan waktunya ada di sini, Om. Jangan sampai terlambat ya." Belle berkali-kali mengingatkan.

Ansel menerima undangan itu dan langsung pergi.

"Mama, Om janji datang!" Belle melompat-lompat mendekat.

"Ya, Mama dengar tadi."

Belle menyayangi Ansel. Hanya karena dia mengatakan satu kata kepadanya, Belle senang sepanjang hari.

Sebelum tidur, Belle mengambil kembali boneka beruang yang sempat dibuangnya, juga meletakkan mobil mainan kecil itu di samping boneka tersebut.

Kiara dilanda kekhawatiran, apakah Ansel benar-benar akan datang? Dia lebih berharap Ansel langsung menolak. Itu lebih baik daripada membiarkan Belle terus-menerus memiliki harapan yang akhirnya padam.

Ansel membawa undangan itu menemui Susan. Undangan itu pun dilihat oleh Leo.

"Huweee ...." Leo langsung menangis keras.

"Ada apa?" Ansel dan Susan bertanya secara bersamaan.

Leo memegang undangan itu sambil menangis. "Belle undang semua teman-teman, tapi nggak undang aku."

"Jangan nangis, Belle pasti nggak undang kamu karena kamu pernah jahat sama dia. Kamu minta maaf, nanti pasti diundang." Susan menggendong Leo sambil melirik Ansel.

"Aku nggak mau! Aku juga mau main sama teman-teman. Aku juga mau bikin pesta ulang tahun! Aku mau! Aku mau!" Leo menangis histeris dalam pelukan Susan.

"Kamu 'kan bukan ulang tahun di hari itu."

"Nggak usah ulang tahun, yang penting aku bisa main bareng teman! Mama, kumohon ... aku mau main sama teman-teman."

"Leo, tenang ya, jangan nangis lagi." Susan tak bisa menenangkan, malah ikut menangis.

"Jangan nangis, aku akan adain pestanya." Ansel menggendong Leo. "Kita adakan di hari itu juga, undang semua teman sekolah."

"Serius?" Leo menyeka air matanya, menatapnya dengan penuh semangat.

Ansel mengangguk. Leo langsung tertawa riang, memeluk Ansel sambil berseru bahagia.

Kiara dan Belle tidak tahu keputusan Ansel. Mereka masih sibuk mempersiapkan perlengkapan pesta ulang tahun.

Sehari sebelum ulang tahun, Kiara mengantar Belle untuk menyelesaikan prosedur keluar dari TK.

Setelah pulang, Belle terus melihat jam. Dia ingin waktu cepat berlalu.

Semakin dekat ke hari ulang tahun, Kiara semakin gelisah, takut Ansel kembali mengecewakan.

Pagi itu, dia mengirim pesan ke Ansel.

[ Pesta ulang tahun mulai jam 5 sore. Jangan terlambat. ]

Balasan Ansel masuk dengan cepat.

[ Oke. ]

Kiara melirik Belle yang sedang bermain tablet dan merasa agak lega. Kalau Ansel benar-benar datang, apakah dia masih akan pergi?

Setelah makan siang, Kiara membawa Belle ke hotel, sama-sama menghias aula pesta.

"Mama, Om Ansel benar-benar akan datang nggak ya?" Belle juga mulai cemas, sesekali melongok ke luar jendela.

Kiara menunjukkan pesan pagi tadi. "Sepertinya begitu."

Belle tersenyum, lalu melanjutkan bermain balon.

Saat dekorasi selesai, Kiara menerima telepon dari salah satu orang tua murid. Anak mereka mendadak tidak bisa datang. Tak disangka, panggilan serupa terus berdatangan.

"Mama, mereka semua nggak jadi datang ya?" tanya Belle yang mendengar. Wajahnya mulai murung. "Nggak apa-apa, yang penting Om Ansel datang. Aku cuma ingin rayain bareng Mama dan Om."

Kiara sangat tersentuh oleh kedewasaan Belle. Dia membuka mulut, tetapi tak tahu harus bagaimana menghibur.

Dia kembali mengirim pesan ke Ansel, tetapi kali ini tak dibalas.

Waktu pesta sudah lewat, tetapi tidak ada satu pun teman yang datang.

Kiara menatap ponselnya. Susan baru saja memperbarui postingan. Dia mengadakan pesta masuk sekolah untuk Leo dan mengundang seluruh kelas. Ada foto anak-anak dan para orang tua. Ansel berdiri di tengah.

[ Terima kasih buat Papa Ansel yang mengadakan pesta ini. Leo senang sekali. ]

Tangan Kiara gemetar, ponselnya jatuh ke lantai. Ansel jelas-jelas tahu hari ini adalah ulang tahun Belle ....

Belle memungut ponselnya, terpaku melihat foto itu. Kali ini, dia tidak menangis.

"Mama, ayo kita makan kue." Belle meletakkan ponsel di meja, memutar kue ke arahnya. "Mama, nyalain lilinnya ya."

Hati Kiara terasa hancur. Dia menyalakan lilin, mematikan lampu.

"Aku berharap Om Ansel selalu bahagia dan aku bisa selalu bersama Mama."

Mendengar harapan itu, Kiara tak mampu lagi menahan tangisannya. Saat lilin padam, dia buru-buru menyeka air matanya, lalu tersenyum kepada Belle. "Ayo, kita makan."

"Mama, mulai sekarang aku cuma mau rayain ulang tahun bareng Mama. Habis makan, kita pergi."

Belle memakan satu suap kue, lalu akhirnya menangis keras. Kiara memeluknya erat. "Belle, jangan nangis. Mama janji akan selalu jagain kamu."

Kesempatan Ansel sudah habis. Mereka berdua tak akan menoleh lagi.

Malam itu, Kiara dan Belle berkemas dan meninggalkan vila. Mereka naik penerbangan paling pagi ke Negara Abara.

Sebelum naik pesawat, Kiara mengirim pesan terakhir untuk Ansel.

[ Ansel, semoga kamu bahagia di sisa hidupmu. ]

Setelah itu, dia mematikan ponselnya, menggandeng Belle naik ke pesawat. Mulai hari itu, mereka tidak ada hubungan lagi.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 21

    Kiara terus menjaga Ansel di sisinya dan Belle juga tidak mau meninggalkannya. Dalam sekejap, tujuh hari telah berlalu, tetapi Ansel belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar."Mama, kenapa Papa belum juga bangun?" Belle hampir menangis setiap hari. Suaranya serak dan matanya sembap.Kiara merasa sangat sedih. Dia mengompres mata Belle dengan handuk dingin. "Papa akan bangun.""Mama, aku takut. Aku nggak mau Papa meninggal."Kiara tercekat. "Ansel, kalau kamu nggak bangun juga, kami nggak akan pernah memaafkanmu!"Di ranjang, jari-jari Ansel tiba-tiba bergerak. Bola matanya mulai berputar, lalu dia membuka mata dengan susah payah. "Kiara ... Belle ....""Mama! Papa bangun!" Belle berseru dengan semangat dan segera berlari ke arahnya. Wajahnya berseri-seri. "Papa!""Maaf sudah membuat kalian khawatir ...," ucap Ansel."Kami yang seharusnya berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan kami," ujar Kiara dengan mata berkaca-kaca sambil menahan emosinya.Ansel hanya tersenyum tipis. Dia t

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 20

    Kiara memeluk Belle erat-erat. Dia merasa panik dan gugup. Jantungnya seakan-akan hendak meloncat keluar dari dadanya."Lepaskan kami! Kalau nggak, aku bunuh yang besar dulu, baru yang kecil!" Salah satu perampok mengancam dan Kiara merasakan dinginnya pisau menyayat kulit lehernya. Rasa sakit menyebar."Lepaskan mereka! Aku yang jadi sandera!" Ansel berteriak dan maju. Dia berdiri di belakang para perampok. "Aku CEO Grup Golden, aku bisa membawamu keluar dari sini."Perampok itu tidak bodoh. Mengendalikan pria dewasa bukanlah hal mudah. Dia menolak tawaran Ansel.Tanpa ragu, Ansel mengambil batu di dekatnya dan menghantamkannya ke tangan kanannya. Suara tulang patah terdengar nyaring, wajahnya langsung pucat."Tanganku sudah patah, aku nggak bisa melawan. Kalau masih ragu, aku bisa patahkan juga tangan kiriku. Lepaskan mereka dan jadikan aku sandera.""Om ...." Belle bersuara dengan lirih. Air matanya mengalir deras. "Om terluka ...."Kiara melihat momen saat Ansel mematahkan tanganny

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 19

    "Kiara, mikirin apa?" Ansel berbalik dan melihat Kiara menatapnya tanpa berkedip. "Apa ada yang salah denganku?""Nggak, terima kasih untuk hari ini. Belle sangat senang," jawab Kiara pelan. Dia mengantar Ansel ke pintu. "Sudah larut, hati-hati di jalan."Ansel menahan pintu yang hendak tertutup. "Kiara, aku ayah Belle. Merawat dia adalah kewajibanku. Dulu aku memang berengsek, tapi sekarang aku sungguh-sungguh berubah.""Aku paham." Kiara menegaskan dengan tenang. Dia tahu bahwa perubahan Ansel untuk mencintai Belle adalah nyata."Kiara, kamu benar-benar nggak mau kasih aku satu kesempatan lagi?" Ansel menatap dengan penuh cinta, matanya memerah dan basah.Selain saat kecelakaan mobil itu, dia tidak pernah menangis lagi. Sekarang air mata itu muncul lagi, membuatnya terlihat begitu tulus. Andai saja waktu bisa diputar ulang ...."Pak Ansel, aku nggak butuh kesempatan itu. Aku nggak akan menghentikanmu menyayangi Belle. Tapi antara kita, yang telah berlalu biarlah berlalu. Dengan kemam

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 18

    Belle memeluk bonekanya, pura-pura tidak mendengar. "Mama, ayo kita pulang.""Aku antar kalian," kata Ansel.Kiara menolak, "Nggak usah, kami bisa pesan mobil sendiri."Ansel tidak memaksa, hanya mengantar mereka dengan tatapan.Keesokan pagi, Ansel sudah menunggu di lobi hotel dengan bunga segar dan kue di tangan. "Pagi, kalian ada waktu nggak? Kita makan bareng ya?""Maaf, aku nggak sempat." Kiara menolak dan menggandeng Belle pergi. Ansel tetap tidak memaksa, hanya menatap punggung mereka dari jauh.Dia tahu betul, Kiara tak akan memaafkannya dengan mudah. Namun, Ansel tak menyerah, juga tak putus asa.Setiap hari, dia datang ke hotel tempat Kiara dan Belle menginap. Setiap kali, dia membawa hadiah berbeda. Dia yakin suatu hari nanti, mereka pasti akan luluh.Kiara menolaknya setiap kali, tetapi Belle mulai sedikit luluh."Mama, Om datang lagi," kata Belle sambil menunjuk Ansel yang memeluk boneka beruang besar. Dia tampak bersemangat. "Beruangnya lebih besar dari Mama!""Hmm." Kiar

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 17

    "Kiara, temani Belle sebentar ya. Aku masak sebentar saja." Nada suara Ansel terdengar bahagia. Adegan ini sudah sering dia bayangkan dalam mimpi dan sekarang akhirnya menjadi kenyataan.Belle dengan senang hati membuka hadiah-hadiahnya. Ada berbagai macam barang. Boneka, buku aktivitas, LEGO, hewan peliharaan elektronik ....Ketika melihat semua itu, hati Kiara pun terasa perih. Kenapa manusia baru tahu menghargai setelah kehilangan?"Ayo, sudah waktunya makan." Ansel menyajikan hidangan terakhir, melepaskan celemeknya, lalu memanggil Belle dengan penuh semangat.Belle berkeringat dan tangannya penuh warna. Ansel membawanya cuci tangan dulu, lalu mengeringkannya dengan lembut dan menggandengnya ke meja makan."Aku ini suami dan ayah yang payah. Aku bahkan nggak tahu kalian suka makan apa, jadi cuma asal masak." Ansel menyesal, menatap Kiara dengan hati-hati.Dia memasak iga asam manis, ayam filet, tumis selada air, dan sup ikan. Kiara terkejut karena tidak menyangka Ansel bisa masak.

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 16

    "Maaf, aku harus naik ke panggung." Kiara tak menjawab, hanya melewati Ansel dan berjalan ke atas panggung.Sebagai perwakilan perusahaan, Kiara memperkenalkan produk baru mereka. Dia tampil percaya diri, penuh wibawa, dan menyampaikan materi dengan sangat profesional.Ansel menatapnya, penuh penyesalan. Dia baru sadar bahwa ternyata wanita itu begitu bersinar. Jantungnya yang telah lama mati rasa kini kembali berdebar kencang. Tatapannya tak terlepas dari Kiara.Dia tidak akan menyerah. Dia pasti akan merebut kembali istri dan putrinya."Terima kasih semuanya. Kalau ada yang belum jelas, bisa tanya langsung kepadaku nanti." Kiara mengakhiri presentasi dengan anggun, lalu membungkuk dan turun dari panggung.Belle berlari menghampirinya. Kiara menggandeng putrinya dan menyapa beberapa orang yang mendekat.Ansel hanya berdiri diam di sisi, tak berani menyela. Baru saat semua orang pergi dan hanya Kiara serta Belle yang tersisa, dia memberanikan diri untuk mendekat."Presentasimu luar bia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status