Share

Kurelakan Suamiku Mendua
Kurelakan Suamiku Mendua
Author: Ayaya Malila

Kejutan di Hari Jadi

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2024-04-23 20:32:42

Arunika sedang asyik berdandan di kamar. Malam ini, dia akan merayakan hari jadi pernikahan ke-2 dengan Abhimanyu.

Dia sungguh bahagia karena Abhimanyu selalu memperlakukan dirinya bak seorang ratu. Meski menjadi pengusaha muda dengan kesibukan segudang, pria itu selalu memperhatikannya.

Hanya saja, ketukan pintu membuat lamunan Arunika buyar seketika.

"Mas--?"

Senyum Arunika mengembang--mengira suaminya di depan sana. Namun, dia terkejut kala melihat sang mertua di sana.

“Ma-mama?” gugupnya, "ada apa, Ma?"

“Apa kamu bisa turun sebentar? Mama perlu bicara,” ujar sang ibu mertua datar.

Sebenarnya, sikap Masayu, sang ibu mertua yang dingin, sudah biasa Arunika rasakan. Namun, kali ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang terpancar dari sorot mata wanita paruh baya itu. “Apa ada masalah?” tanya Arunika ragu.

“Kamu turun saja dulu,” ucap Masayu seraya membalikkan badan. Setelah tiba di ujung anak tangga menuju ke bawah, dia kembali menoleh pada Arunika yang masih terpaku di tempatnya. “Ayo, tunggu apa lagi?” desak Masayu.

Dengan langkah berat dan ragu, akhirnya Arunika mengikuti sang mertua. Dia mengekor Masayu sampai tiba di ruang kerja. Di sana, mata bulatnya yang indah menangkap sesosok wanita cantik nan seksi yang sudah berada di ruangan itu sejak dirinya masuk. Arunika merasa pernah melihat wanita itu sebelumnya.

Wanita cantik itu tersenyum ramah. Dia mengulurkan tangan pada Arunika. “Hai, Mbak. Apa kabar? Aku Delia,” ujar si wanita memperkenalkan diri.

Arunika mendadak tegang. Nama dan sosok itu, tak salah lagi! Abhimanyu pernah bercerita tentangnya. Delia, sang mantan tunangan yang berkhianat dan tega memutuskan tali pertunangan mereka demi menikah dengan pria lain yang jauh lebih kaya.

“Ada apa, ya?” Arunika memaksakan senyum. Perasaan tak nyaman yang mulai menjalar harus dia tahan saat membalas uluran tangan Delia.

“Apa Abhimanyu pernah memberitahumu tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya?” tanya Masayu tiba-tiba.

Kening Arunika berkerut. Dia lalu menggeleng lemah. “Keadaan apa? Saya tidak mengerti.” Arunika balas bertanya.

“Abhimanyu hampir bangkrut. Bisnis waralaba yang dia bangun ternyata tak berjalan sesuai harapan. Banyak franchisee yang tutup dan Abhimanyu harus mengembalikan uang investor," sela Delia sebelum Masayu sempat membuka mulutnya.

“Itu tidak mungkin.” Arunika tak begitu saja percaya. Memang tak mungkin rasanya jika Abhimanyu tidak menceritakan hal sepenting itu padanya.

“Itulah kenyataannya, Mbak. Tapi, jangan khawatir. Aku siap memberikan dana sebanyak yang Abhim minta, agar dia bisa terbebas dari masalah ini,” jelas Delia.

“Tapi ... itu semua tidak gratis,” lanjut Masayu. “Ada harga yang harus kita bayar.”

“Harga apa?” Perasaan Arunika semakin tak menentu.

“Delia ingin menikah dengan Abhimanyu. Kuharap kamu rela dan memberi izin suamimu untuk menikah lagi,” tutur Masayu kalem seolah tanpa beban.

“Apa?” Tanpa sadar, kedua tangan Arunika terkepal erat. Dunianya mendadak gelap saat itu. Ingin rasanya Arunika berteriak dan memarahi semua, tapi dia tak kuasa. Arunika hanya bisa berusaha mengendalikan diri sebaik mungkin.

“Lalu, bagaimana tanggapan mas Abhim?” tanyanya dengan suara bergetar, menahan emosi.

“Sudah jelas Abhim menolak. Dia tidak mau mengkhianati Mbak Arun,” sahut Delia. “Oleh karena itu, aku ingin meminta tolong Mbak Arun untuk membujuk suamimu. Ini juga demi kebaikan kalian semua.”

“Ternyata, selain pengkhianat, Mbak Delia ada gila-gilanya juga rupanya,” timpal Arunika geram. Dia tak dapat lagi menahan diri.

“Run! Jaga bicaramu!” sentak Masayu. “Atau ....”

“Atau apa? Mama mau mengusir saya? Menghajar saya? Silakan,” tegas Arunika. “Toh, saya juga sudah diusir keluarga besar saya saat memutuskan untuk menikah dengan Mas Abhim. Jadi, saya sudah paham rasanya.”

“Begini, Mbak.” Delia mencoba menyela. Namun, Arunika lebih dulu mengangkat tangan.

“Cukup. Kalau Mas Abhim saja keberatan, kenapa saya harus membujuknya?” cibir Arunika sinis. Tanpa menunggu tanggapan dari Masayu dan Delia, dia langsung membalikkan badan dan kembali ke kamarnya.

Tanpa diduga, Masayu mengikuti Arunika dari belakang. Wanita paruh baya itu bahkan masuk ke kamar Arunika dan mengunci pintunya. “Run, tolong dengarkan Mama,” pinta Masayu.

“Apalagi, Ma? Dari awal, Mama memang sudah tidak suka dengan kehadiran saya,” desah Arunika seraya mengusap air mata yang jatuh di pipinya.

“Bukan begitu, Run. Dengar dulu.” Masayu mendekat, lalu meraih tangan Arunika. Digenggamnya tangan itu erat-erat. Masayu tiba-tiba bersimpuh di hadapan sang menantu.

“Ma, jangan begini!” Arunika berusaha membuat Masayu berdiri, tapi wanita itu menolak.

"Kamu tahu sendiri kan, Run? Abhim hanyalah seorang anak haram," desis Masayu pelan.

"Dia lahir dari perkawinan kontrakku dengan seorang pria asing. Setelah tiga bulan, pernikahan kontrak kami berakhir. Mantan suamiku kembali ke negaranya dan aku hamil. Sejak saat itu, kehidupanku bagaikan di neraka. Cercaan dari keluarga sendiri dan para tetangga, membuatku tertekan. Bahkan sampai aku melahirkan dan Abhim tumbuh besar, mereka semua memperlakukan kami seperti sampah," ungkap Masayu panjang lebar. Sesekali dia menarik napas untuk mengumpulkan tenaga.

"Setengah mati aku menyekolahkan anakku dan menjadikannya sukses. Setelah kami menjadi kaya raya, barulah mereka berhenti menghina kami," lanjut Masayu. "Kamu bisa membayangkan sendiri kan, bagaimana jadinya kalau Abhim bangkrut? Kami akan menjadi bahan cemoohan dan hinaan lagi, Run. Aku sungguh tidak sanggup! Begitu pula dengan Abhim!" Masayu kembali terisak.

"Ma ...." Ada banyak hal yang ingin Arunika ungkapkan, tapi tenggorokannya seperti tercekat. Dia tak bisa berkata-kata.

"Bahkan dalam kondisi kaya saja, keluargamu masih tidak bisa menerima Abhim karena latar belakangnya. Lalu, bagaimana kalau anakku benar-benar jatuh miskin? Mungkin Abhim bisa saja terlihat baik-baik saja di depanmu, tapi di dalam sini, Run ...." Masayu menunjuk dadanya sendiri dengan telunjuk. "Dia pasti hancur!"

"Tuhan Maha Tahu, saya rela melakukan apa saja demi Mas Abhim." Arunika berkata demikian sambil menyeka air matanya. “Tapi, apakah harus dengan cara seperti ini?”

“Tidak ada jalan lain lagi. Tadi, Delia datang dan menceritakan kondisi perusahaan Abhim. Putraku membutuhkan dana besar dalam waktu singkat. Hanya Delia yang bisa menyediakannya,” ujar Masayu.

“Mama mohon, Run.” Masayu bersujud, berusaha mencium kaki Arunika.

Deg!

"Ma!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Beautiful Ending

    "Ya, ampun. Mas Abhim ...." Arunika menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangan. Terharu, bahagia, sekaligus malu, bercampur menjadi satu. "Yuk, Sayang." Abhimanyu mengulurkan tangan pada Arunika. Dia membawa sang istri tercinta masuk ke dalam sebuah bangunan lima lantai yang dulu pernah mereka jadikan tempat resepsi pernikahan. "Mas masih ingat dengan hotel ini?" Arunika terkikik geli. "Mana mungkin aku lupa, Run. Dulu, kita berikrar sehidup semati sekaligus mengadakan pesta di ballroom hotel ini." Abhimanyu mencolek ujung hidung istrinya gemas. "Malam pertama juga di hotel ini," ujar Arunika malu-malu. "Kamar Suite 301," timpal Abhimanyu. "Aku sudah memesannya untuk malam ini dan besok." "Yang benar saja, Mas!" Arunika terbelalak tak percaya. "Untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita yang tertunda, Sayang." Abhimanyu berbisik lirih, tepat di telinga Arunika. Getaran halus seakan bermuatan aliran listrik, merambat ke seluruh pembuluh darah, menciptakan sensasi luar b

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Meluruskan Semua

    Abhimanyu semakin mengeratkan genggaman di tangan istrinya saat mereka berjalan melintasi ruang tamu mewah kediaman Gayatri. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika berpapasan dengan Arga yang baru saja masuk.Pria tampan itu seperti sudah biasa mendatangi rumah sang mertua. Terbukti dengan sikapnya yang bebas dan santai. Akan tetapi, bukan itu yang membuat Abhimanyu terkejut. Melainkan sosok wanita berpakaian rapi yang berdiri di samping Arga."Bi Ijah?" desis Abhimanyu dengan sorot tak percaya."P-pak Abhimanyu?" sahut Evelyn. Dia begitu salah tingkah ketika majikannya itu menatap dirinya penuh selidik."Sedang apa di sini?" tanya Abhimanyu curiga."Aku bisa menjelaskan, Mas," ujar Arunika lembut sembari mengusap lengan suaminya."Apa?" Abhimanyu mengalihkan perhatian pada sang istri, lalu menoleh pada Evelyn, kemudian kembali menatap Arunika. "Apa aku ketinggalan sesuatu? Atau kalian yang menyembunyikan sesuatu?" sindirnya."Bukan begitu." Arunika menghela napas panjang. Dapat d

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Restu

    Abhimanyu berkali-kali mengusap telapak tangannya demi menghilangkan rasa gugup yang semakin mendera. Pertemuannya yang berlangsung alot dengan RImba tadi sama sekali tak ada apa-apanya dibanidingkan detik-detik memasuki gerbang besar kediaman keluarga Hadiwinata. Perjalanannya memasuki rumah paling mewah saat itu cukup lancar. Para satpam rumah terlihat begitu hormat padanya. Mereka bahkan menawarkan untuk memarkirkan mobil Abhimanyu, sehingga pria itu dapat leluasa memasuki rumah dan menemui mertuanya di ruang kerja. Sesampainya di sana, Abhimanyu sudah disambut oleh Gayatri dan putra tertua, Sagara. Mereka memandang aneh ke arahnya, membuat Abhimanyu salah tingkah. "Se-selamat siang," sapanya. Sekilas, ekor mata pria tampan itu melirik ke arah Arunika dan Fahad yang duduk di sofa. "Selamat sore," sapa Abhimanyu sedikit gugup. "Jadi, kamu adalah anak kandung Tuan Fahad Omar Al Attas?" tanya Sagara dingin, tanpa membalas sapaan Abhimanyu. "Iya, betul. Aku juga baru tahu aka

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Lepas

    Abhimanyu melangkah gagah menuju ruangan penyidik. Di sana, Delia sudah menunggu bersama beberapa orang pengacaranya dan seorang pria yang membuat Abhimanyu langsung terpaku."Kenalkan, Bhim. Namanya Wildan. Dia yang akan membantu kita bernegosiasi dengan pihak kepolisian," tutur Delia. "Dia kenal dengan salah satu pejabat tinggi," bisiknya tepat di telinga Abhimanyu."Oh, ya?" Abhimanyu melirik ke arah pria bernama Wildan itu, dengan sorot aneh. "Aku juga sudah menyiapkan sejumlah uang untuk mengembalikan seluruh dana yang kamu investasikan ke perusahaanku. Dengan demikian, aku tidak memiliki utang sama sekali," paparnya."Apa?" Delia terbelalak tak percaya. "Ini bukan saatnya membicarakan hal itu, Bhim!""Oh, malah ini adalah saat yang paling tepat. Dengan aku mengembalikan semuanya, aku jadi tidak perlu ikut terseret dalam kasusmu," timpal Abhimanyu."Kamu tega membiarkan aku sendirian melalui ini semua, Bhim?" tanya Delia dengan nada tinggi."Kamu tidak sendiri, kok. Ada Wildan di

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Bertemu Besan

    "Tenang saja, Bhim. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan mertuamu." Fahad Omar menepuk pundak putra kandung yang baru saja dia temukan."Baiklah, Pa. Kuserahkan semua padamu. Aku akan ke kantor polisi, menemui Delia dan menyelesaikan semua urusan," pamit Abhimanyu."Jangan lupa, tanyakan pada pihak penuntut, seberapa banyak yang mereka mau, aku akan melunasi seluruhnya," ucap Fahad.Abhimanyu sempat tertegun dan terdiam. Betapa keadaan bisa berbalik dengan begitu cepat. Kemarin dia yang membuang harga diri demi keinginan sang ibu, kini dapat tegak berdiri, menghadapi semua masalah dengan pikiran tenang, seolah kekuasaan sudah berada dalam genggamannya."Aku pergi dulu, Pa." Abhimanyu mencium punggung tangan Fahad, kemudian beralih pada Arunika. Dia mencium kening istrinya dengan penuh perasaan.Arunika dan Fahad memperhatikan langkah gagah Abhimanyu menjauh hingga menghilang di balik pintu restoran."Bagaimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Fahad."Siap, Om." Arunika mengang

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Perkenalan

    "Siapa?" tanya Arunika penasaran."Nanti kamu juga tahu sendiri." Abhimanyu tersenyum penuh arti seraya memutar kemudi. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju salah satu restoran langganan di pusat kota, yang dekat dengan kantornya.Setelah memarkir kendaraan, Abhimanyu menggandeng Arunika dan menuntunnya masuk ke restoran. Langkahnya langsung tertuju pada salah satu meja yang terletak di sudut ruangan. Dia tak ragu menghampiri seorang pria paruh baya yang duduk seorang diri. Pria itu tampak asyik menggulir gawainya."Siapa dia, Mas?" bisik Arunika."Kenapa kamu tidak bertanya langsung saja padanya?" Abhimanyu malah menantang istrinya."Jangan bercanda ah, Mas!" sungut Arunika, membuat Abhimanyu tertawa renyah.Sontak, pria asing tersebut langsung mendongak. Tatapannya langsung tertuju pada Abhimanyu. "Hei, Nak! Sudah datang?" sapanya hangat dengan bahasa Indonesia yang terdengar sangat kaku."Nak?" ulang Arunika, seolah meyakinkan diri bahwa dia tak salah dengar."Oh,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status