Share

Demi Abhimanyu

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2024-04-25 07:42:38

“Stop, Ma!” susah payah Arunika berusaha mencegah mertuanya berbuat konyol.

“Aku tidak akan berdiri sampai kamu setuju, Run! Bujuk suamimu agar bersedia menerima bantuan Delia. Katakan padanya kalau aku tidak siap jatuh miskin dan hidup menderita seperti dulu lagi. Tanggung jawabnya bukan hanya pada kamu, tapi juga aku, ibu yang sudah membesarkannya!" pinta Masayu dengan napas tersengal.

"Ya, Tuhan.” Arunika mendesah pelan. Dia mengira bahwa cobaan terbesarnya adalah diusir oleh keluarga ketika memilih menikah dengan Abhimanyu. Namun, ternyata ada jalan yang jauh lebih terjal yang harus dia lewati saat ini, yaitu terpaksa mengikhlaskan dirinya dimadu.

"Tolong paksa Abhim, Run. Ini semua juga demi kebaikannya sendiri." Masayu kembali mengeratkan genggaman tangannya.

“Dari sekian banyak wanita di dunia, kenapa harus Delia?” gumam Arunika lirih. "Bukankah dia pernah berkhianat pada Mas Abhim? Perempuan itu ....”

"Itu semua hanya kesalahpahaman," sela Masayu memotong kalimat Arunika begitu saja. "Delia tidak seperti itu. Sekarang, dia berniat untuk menolong," ujar Masayu ragu.

"Buatlah dirimu berguna untuk Abhim. Selama dua tahun pernikahan, dia selalu membahagiakan dan memberikan segalanya untukmu. Sekarang, giliranmu untuk memberikan segalanya untuk dia," desak Masayu lagi. “Dengan Abhimanyu menikahi wanita lain, bukan berarti cintanya padamu akan terbagi. Itu semua hanya syarat dan kontrak bisnis saja,” imbuhnya.

Arunika tercenung mendengar kalimat sang mertua. Hari jadi pernikahan yang seharusnya indah, ternyata harus menjadi hari yang paling menyesakkan. “Berdirilah, Ma. Izinkan aku berpikir sebentar,” pintanya beberapa saat kemudian.

“Run ....” Masayu tak mau mengubah posisinya. Dia tetap bersimpuh di hadapan Arunika.

“Sebentar lagi Mas Abhim datang. Tolong suruh Delia pulang dulu, supaya saya bisa bicara baik-baik dengan Mas Abhim,” tutur Arunika.

“Aku bisa mati kalau Abhim menolak, Run. Aku bisa membunuh diriku sendiri kalau kamu tidak bisa membujuk Abhim!” racau Masayu.

“Ya, Tuhan, Ma! Jangan bicara seperti itu!” Arunika cukup terkejut dengan kalimat Masayu. Hal itu juga membuatnya merasa sangat tersudut, seakan Arunika tak mempunyai pilihan lain. “Berdirilah, Ma. Kita bisa bicarakan baik-baik,” tuturnya sembari membantu Masayu untuk bangkit, bersamaan dengan ketukan kencang yang terdengar dari arah pintu.

“Run, buka pintunya!” Suara Abhimanyu nyaring terdengar.

“Mas Abhim!” Arunika buru-buru berlari, memutar kunci dan membuka pintunya lebar-lebar. Belum sempat dia bicara, Abhimanyu lebih dulu masuk dan mencengkeram kedua lengan Arunika.

“Apa saja yang Delia katakan padamu dan Mama?” tanya Abhimanyu panik.

“Semuanya,” jawab Arunika dengan mata berkaca-kaca.

“Tolong, jangan termakan omongannya, Run! Aku tidak akan pernah menduakanmu, apapun keadaannya! Hanya kamu istriku!” tegas Abhimanyu.

“Sayangnya, aku menerima tawaran Delia, Mas,” ujar Arunika datar membuat Abhimanyu terkejut bukan kepalang.

“Apa?” desis Abhimanyu tak percaya.

“Kenapa Mas tidak bercerita kalau sedang mengalami masalah besar di perusahaan, bahkan hampir bangkrut?” cecar Arunika.

“Aku berniat menceritakannya malam ini, Run!” Abhimanyu membela diri. “Aku berniat untuk menyelesaikan semua dengan caraku. Aku tidak butuh bantuan Delia!”

“Sayangnya, aku sudah menyetujui,” ujar Arunika lirih sembari menoleh ke arah Masayu yang terpaku.

"Apa maksudmu!" seru Abhimanyu tak suka.

"Aku sudah berpikir masak-masak. Sepertinya aku tidak siap kalau kamu bangkrut, Mas. Aku tidak mau menjadi gelandangan dan harus mengais sampah untuk mencari makan," ujar Arunika pelan tapi penuh penekanan.

"Kamu meragukanku, Run? Kamu tidak percaya kalau aku bisa mengatasi semua ini tanpa bantuan Delia?" Nada bicara Abhimanyu meninggi.

"Terserah apapun yang Mas katakan. Yang jelas, aku tidak bisa hidup miskin. Ingat, Mas. Namaku sudah dicoret dari silsilah keluargaku demi kamu. Sudah banyak yang kukorbankan. Aku tidak mau menambah kesengsaraan dengan hidup terlunta-lunta di jalanan," tegas Arunika.

"Apa?" desis Abhimanyu seraya memicingkan mata. "Apa yang merasukimu, Run?"

"Mas lihat sendiri, kan? Aku tidak punya apa-apa lagi. Kalau mas bangkrut, mau ditaruh di mana mukaku di depan ibu dan kakak laki-lakiku? Aku tidak bisa membuktikan apa-apa pada mereka!" Arunika terengah. Dia merasa dadanya terbakar, bukan karena emosi, melainkan rasa sedih luar biasa karena telah bersandiwara dan membohongi perasaannya sendiri demi membujuk Abhimanyu.

“Sudah kubilang, aku akan menyelesaikan masalah perusahaan dengan caraku sendiri! Aku hanya meminta sedikit waktu dan kepercayaanmu. Kenapa kamu berubah tiba-tiba, Run?”

“Aku tidak berubah, Mas. Aku hanya mencoba berpikir dan bersikap rasional. Hidup tidak melulu soal cinta. Cinta tidak akan bisa membuatku kenyang!” balas Arunika.

"Apakah ini yang benar-benar kamu inginkan, Run?" tanya Abhimanyu pelan. Mata coklatnya memancarkan kekecewaan yang mendalam.

"Iya!" jawab Arunika yakin.

"Baiklah, kalau memang itu maumu. Aku akan menikahi Delia secepatnya, biar kamu puas!" tegas Abhimanyu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Beautiful Ending

    "Ya, ampun. Mas Abhim ...." Arunika menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangan. Terharu, bahagia, sekaligus malu, bercampur menjadi satu. "Yuk, Sayang." Abhimanyu mengulurkan tangan pada Arunika. Dia membawa sang istri tercinta masuk ke dalam sebuah bangunan lima lantai yang dulu pernah mereka jadikan tempat resepsi pernikahan. "Mas masih ingat dengan hotel ini?" Arunika terkikik geli. "Mana mungkin aku lupa, Run. Dulu, kita berikrar sehidup semati sekaligus mengadakan pesta di ballroom hotel ini." Abhimanyu mencolek ujung hidung istrinya gemas. "Malam pertama juga di hotel ini," ujar Arunika malu-malu. "Kamar Suite 301," timpal Abhimanyu. "Aku sudah memesannya untuk malam ini dan besok." "Yang benar saja, Mas!" Arunika terbelalak tak percaya. "Untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita yang tertunda, Sayang." Abhimanyu berbisik lirih, tepat di telinga Arunika. Getaran halus seakan bermuatan aliran listrik, merambat ke seluruh pembuluh darah, menciptakan sensasi luar b

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Meluruskan Semua

    Abhimanyu semakin mengeratkan genggaman di tangan istrinya saat mereka berjalan melintasi ruang tamu mewah kediaman Gayatri. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika berpapasan dengan Arga yang baru saja masuk.Pria tampan itu seperti sudah biasa mendatangi rumah sang mertua. Terbukti dengan sikapnya yang bebas dan santai. Akan tetapi, bukan itu yang membuat Abhimanyu terkejut. Melainkan sosok wanita berpakaian rapi yang berdiri di samping Arga."Bi Ijah?" desis Abhimanyu dengan sorot tak percaya."P-pak Abhimanyu?" sahut Evelyn. Dia begitu salah tingkah ketika majikannya itu menatap dirinya penuh selidik."Sedang apa di sini?" tanya Abhimanyu curiga."Aku bisa menjelaskan, Mas," ujar Arunika lembut sembari mengusap lengan suaminya."Apa?" Abhimanyu mengalihkan perhatian pada sang istri, lalu menoleh pada Evelyn, kemudian kembali menatap Arunika. "Apa aku ketinggalan sesuatu? Atau kalian yang menyembunyikan sesuatu?" sindirnya."Bukan begitu." Arunika menghela napas panjang. Dapat d

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Restu

    Abhimanyu berkali-kali mengusap telapak tangannya demi menghilangkan rasa gugup yang semakin mendera. Pertemuannya yang berlangsung alot dengan RImba tadi sama sekali tak ada apa-apanya dibanidingkan detik-detik memasuki gerbang besar kediaman keluarga Hadiwinata. Perjalanannya memasuki rumah paling mewah saat itu cukup lancar. Para satpam rumah terlihat begitu hormat padanya. Mereka bahkan menawarkan untuk memarkirkan mobil Abhimanyu, sehingga pria itu dapat leluasa memasuki rumah dan menemui mertuanya di ruang kerja. Sesampainya di sana, Abhimanyu sudah disambut oleh Gayatri dan putra tertua, Sagara. Mereka memandang aneh ke arahnya, membuat Abhimanyu salah tingkah. "Se-selamat siang," sapanya. Sekilas, ekor mata pria tampan itu melirik ke arah Arunika dan Fahad yang duduk di sofa. "Selamat sore," sapa Abhimanyu sedikit gugup. "Jadi, kamu adalah anak kandung Tuan Fahad Omar Al Attas?" tanya Sagara dingin, tanpa membalas sapaan Abhimanyu. "Iya, betul. Aku juga baru tahu aka

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Lepas

    Abhimanyu melangkah gagah menuju ruangan penyidik. Di sana, Delia sudah menunggu bersama beberapa orang pengacaranya dan seorang pria yang membuat Abhimanyu langsung terpaku."Kenalkan, Bhim. Namanya Wildan. Dia yang akan membantu kita bernegosiasi dengan pihak kepolisian," tutur Delia. "Dia kenal dengan salah satu pejabat tinggi," bisiknya tepat di telinga Abhimanyu."Oh, ya?" Abhimanyu melirik ke arah pria bernama Wildan itu, dengan sorot aneh. "Aku juga sudah menyiapkan sejumlah uang untuk mengembalikan seluruh dana yang kamu investasikan ke perusahaanku. Dengan demikian, aku tidak memiliki utang sama sekali," paparnya."Apa?" Delia terbelalak tak percaya. "Ini bukan saatnya membicarakan hal itu, Bhim!""Oh, malah ini adalah saat yang paling tepat. Dengan aku mengembalikan semuanya, aku jadi tidak perlu ikut terseret dalam kasusmu," timpal Abhimanyu."Kamu tega membiarkan aku sendirian melalui ini semua, Bhim?" tanya Delia dengan nada tinggi."Kamu tidak sendiri, kok. Ada Wildan di

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Bertemu Besan

    "Tenang saja, Bhim. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan mertuamu." Fahad Omar menepuk pundak putra kandung yang baru saja dia temukan."Baiklah, Pa. Kuserahkan semua padamu. Aku akan ke kantor polisi, menemui Delia dan menyelesaikan semua urusan," pamit Abhimanyu."Jangan lupa, tanyakan pada pihak penuntut, seberapa banyak yang mereka mau, aku akan melunasi seluruhnya," ucap Fahad.Abhimanyu sempat tertegun dan terdiam. Betapa keadaan bisa berbalik dengan begitu cepat. Kemarin dia yang membuang harga diri demi keinginan sang ibu, kini dapat tegak berdiri, menghadapi semua masalah dengan pikiran tenang, seolah kekuasaan sudah berada dalam genggamannya."Aku pergi dulu, Pa." Abhimanyu mencium punggung tangan Fahad, kemudian beralih pada Arunika. Dia mencium kening istrinya dengan penuh perasaan.Arunika dan Fahad memperhatikan langkah gagah Abhimanyu menjauh hingga menghilang di balik pintu restoran."Bagaimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Fahad."Siap, Om." Arunika mengang

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Perkenalan

    "Siapa?" tanya Arunika penasaran."Nanti kamu juga tahu sendiri." Abhimanyu tersenyum penuh arti seraya memutar kemudi. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju salah satu restoran langganan di pusat kota, yang dekat dengan kantornya.Setelah memarkir kendaraan, Abhimanyu menggandeng Arunika dan menuntunnya masuk ke restoran. Langkahnya langsung tertuju pada salah satu meja yang terletak di sudut ruangan. Dia tak ragu menghampiri seorang pria paruh baya yang duduk seorang diri. Pria itu tampak asyik menggulir gawainya."Siapa dia, Mas?" bisik Arunika."Kenapa kamu tidak bertanya langsung saja padanya?" Abhimanyu malah menantang istrinya."Jangan bercanda ah, Mas!" sungut Arunika, membuat Abhimanyu tertawa renyah.Sontak, pria asing tersebut langsung mendongak. Tatapannya langsung tertuju pada Abhimanyu. "Hei, Nak! Sudah datang?" sapanya hangat dengan bahasa Indonesia yang terdengar sangat kaku."Nak?" ulang Arunika, seolah meyakinkan diri bahwa dia tak salah dengar."Oh,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status