Kurelakan Suamiku Mendua

Kurelakan Suamiku Mendua

Oleh:  Ayaya Malila  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
36Bab
288Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan rumah tangga Abhimanyu dan Arunika yang sudah berlangsung selama dua tahun, sangatlah harmonis, sampai suatu hari mertua Arunika datang dan memohon padanya! Ternyata, Abhimanyu terancam bangkrut dan kehilangan seluruh harta. Beruntung, seorang janda kaya raya bernama Delia bersedia membantu dengan syarat ... Abhimanyu menikahinya. Lantas, bagaimana kisah keduanya?

Lihat lebih banyak
Kurelakan Suamiku Mendua Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
36 Bab
Kejutan di Hari Jadi
Arunika sedang asyik berdandan di kamar. Malam ini, dia akan merayakan hari jadi pernikahan ke-2 dengan Abhimanyu. Dia sungguh bahagia karena Abhimanyu selalu memperlakukan dirinya bak seorang ratu. Meski menjadi pengusaha muda dengan kesibukan segudang, pria itu selalu memperhatikannya. Hanya saja, ketukan pintu membuat lamunan Arunika buyar seketika. "Mas--?" Senyum Arunika mengembang--mengira suaminya di depan sana. Namun, dia terkejut kala melihat sang mertua di sana. “Ma-mama?” gugupnya, "ada apa, Ma?" “Apa kamu bisa turun sebentar? Mama perlu bicara,” ujar sang ibu mertua datar. Sebenarnya, sikap Masayu, sang ibu mertua yang dingin, sudah biasa Arunika rasakan. Namun, kali ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang terpancar dari sorot mata wanita paruh baya itu. “Apa ada masalah?” tanya Arunika ragu. “Kamu turun saja dulu,” ucap Masayu seraya membalikkan badan. Setelah tiba di ujung anak tangga menuju ke bawah, dia kembali menoleh pada Arunika yang masih terpaku di temp
Baca selengkapnya
Demi Abhimanyu
“Stop, Ma!” susah payah Arunika berusaha mencegah mertuanya berbuat konyol. “Aku tidak akan berdiri sampai kamu setuju, Run! Bujuk suamimu agar bersedia menerima bantuan Delia. Katakan padanya kalau aku tidak siap jatuh miskin dan hidup menderita seperti dulu lagi. Tanggung jawabnya bukan hanya pada kamu, tapi juga aku, ibu yang sudah membesarkannya!" pinta Masayu dengan napas tersengal. "Ya, Tuhan.” Arunika mendesah pelan. Dia mengira bahwa cobaan terbesarnya adalah diusir oleh keluarga ketika memilih menikah dengan Abhimanyu. Namun, ternyata ada jalan yang jauh lebih terjal yang harus dia lewati saat ini, yaitu terpaksa mengikhlaskan dirinya dimadu. "Tolong paksa Abhim, Run. Ini semua juga demi kebaikannya sendiri." Masayu kembali mengeratkan genggaman tangannya. “Dari sekian banyak wanita di dunia, kenapa harus Delia?” gumam Arunika lirih. "Bukankah dia pernah berkhianat pada Mas Abhim? Perempuan itu ....” "Itu semua hanya kesalahpahaman," sela Masayu memotong kalimat Arunika
Baca selengkapnya
Lari
Sekuat apapun Arunika menahan air mata agar tak menetes, nyatanya sia-sia. Buliran air bening mengalir deras, membasahi pipi mulusnya yang putih bersih. "Kenapa kamu menangis? Bukankah kamu yang meminta semua ini?" cibir Abhimanyu. Sesekali dia menoleh pada sang ibu yang hanya terdiam, berharap untuk mendapatkan dukungan. Namun, Masayu malah memalingkan muka. "Aku menangis bahagia, karena Mas bersedia menuruti keinginanku." Arunika memaksakan senyum, meskipun hatinya hancur. "Aku seperti tidak mengenalimu lagi, Run. Ini seperti bukan dirimu." Abhimanyu menggeleng pelan. Tatapan yang sejak tadi tajam menghujam, kini meredup. Dia memandang sang istri dengan sorot sendu. "Manusia berubah, Mas. Bisa karena waktu, ataupun keadaan," timpal Arunika sambil mengusap pipinya berkali-kali. "Hm." Abhimanyu tersenyum sinis lalu membalikkan badan meninggalkan kamar tanpa berkata apapun lagi. Nurani Arunika memberontak. Ingin rasanya dia berlari menahan suaminya agar tak pergi. Namun
Baca selengkapnya
Alasan
"Mas?" Arunika mengucek mata untuk memastikan bahwa sosok tinggi tegap yang berjalan gagah mendekatinya adalah benar Abhimanyu. Suaminya itu masih memakai jas pengantin berwarna putih. "Kenapa kamu lari, Run? Apa kamu tidak ingin melihat kebahagiaan kami di atas pelaminan?" cecar Abhimanyu. Mata coklat terangnya menatap Arunika dengan sorot tajam. "A-aku tidak enak badan," kilah Arunika. Dia beringsut mundur seraya menarik selimut hingga menutupi dada sampai-sampai punggungnya membentur kepala ranjang. "Kamu kan yang menginginkan pernikahan ini? Seharusnya kamu mendampingi Mama terima tamu," desis Abhimanyu seraya menaiki ranjang. "Su-sudah kubilang, aku sakit." Tubuh Arunika merosot, lalu bersembunyi di balik selimut. Abhimanyu seolah tak percaya. Dia malah beringsut ke atas tubuh Arunika dan mengungkungnya. Mata elangnya menguliti paras cantik wanita yang telah menemani perjalanan hidupnya selama tiga tahun itu. Abhimanyu mengingat dengan jelas pertemuan pertamanya deng
Baca selengkapnya
Ancaman Delia
"Siapa ini?" tanya Abhimanyu, datar dan dingin."Oh, Pak Abhimanyu Cakra rupanya. Apa kabar?" Arga malah balas menyapa, seolah tak menghiraukan pertanyaan Abhimanyu. "Sekali lagi kutanya, siapa kamu? Ada perlu apa menelepon istriku pagi-pagi?" desis pria tampan itu. Raut wajahnya tampak begitu menakutkan."Istri yang mana, Pak? Arunika atau istri baru anda?" Arga seakan menguji kesabaran Abhimanyu, membuatnya menjauhkan telepon genggam dari telinga, lalu mengakhiri panggilan begitu saja.Jemari Abhimanyu cekatan menyalin nomor telepon tersebut. Dia lalu membuka aplikasi pencari kontak. Dari aplikasi tersebut, Abhimanyu menemukan bahwa nomor tak dikenal itu ternyata adalah milik Arga Wasesa Dharmawan. "Aku seperti pernah mendengar nama itu," gumamnya.Abhimanyu terdiam. Dia mencoba menggali ingatan. Angannya berputar kembali ke beberapa tahun silam ketika Abhimanyu mendatangi kediaman Hadiwinata untuk melamar Arunika. Di sana, terdapat kedua orang tua Arunika dan seorang pria seusia d
Baca selengkapnya
Menjemput Arunika
Abhimanyu berjalan gontai menuju balkon kamar hotel sambil menggenggam sebungkus rokok. Sesampainya di luar, dia menoleh ke belakang, memperhatikan Delia yang tertidur pulas setelah mendapatkan nafkah batin darinya. Entah kehidupan macam apa yang akan Abhimanyu jalani. Dia bercinta dengan Delia, tapi benaknya penuh oleh bayangan Arunika. Seolah Arunika lah yang berada di hadapannya saat itu. "Brengsek!" Abhimanyu memukul pagar balkon yang terbuat dari besi dengan tangan kanan. "Kamu pengkhianat, Run. Kamu sudah menghancurkan kebahagiaan kita," racaunya. Abhimanyu mengacak-acak rambut, lalu mengeluarkan rokok sebatang dan menyulutnya. Saat asyik menghisap dan membuang asap rokok ke udara itulah dirinya mendengar telepon genggam berdering. Abhimanyu bergegas masuk dan meraih ponselnya, berharap panggilan itu datang dari Arunika. Akan tetapi, dia harus kecewa. Ternyata, Masayu lah yang menghubungi. "Ada apa, Ma?" tanya Abhimanyu datar. "Aku tidak melihat Arunika. Ke mana dia
Baca selengkapnya
Keributan
Sejak mendapat telepon dari Arunika, Abhimanyu sama sekali tak bisa tidur. Padahal waktu sudah merangkak ke dini hari. Apalagi Delia terus berusaha memeluk dan menelusupkan kepalanya ke dada bidang Abhimanyu, membuatnya risi. Berkali-kali dia menjauhkan Delia dari tubuhnya, tapi wanita itu selalu kembali beringsut mendekat. Abhimanyu yang putus asa, akhirnya hanya bisa mengubah posisi, membalikkan badan memunggungi Delia. Meskipun pada akhirnya Delia melingkarkan tangan ke perutnya."Ck!" Abhimanyu tak lagi berusaha menjauhkan tangan Delia. Dia membiarkan istri keduanya itu berbuat semaunya."Arun ...." Tiba-tiba, tanpa sadar Abhimanyu menyebut nama itu. Padahal dia sedang teramat marah pada Arunika."Seharusnya aku tetap pergi memeriksa keadaanmu, Run," sesal Abhimanyu dalam hati. Semalam dia sengaja menuruti Delia, untuk memberi pelajaran pada Arunika.Namun, sekarang Abhimanyu sangat menyesali keputusan itu. Arunika memang memiliki penyakit bawaan. Wanita cantik itu kerap sakit ke
Baca selengkapnya
Perih
Arunika membuka mata saat merasakan seseorang mengusap-usap punggung tangannya. "Mama?" desis Arunika lemah. Matanya sayu menatap Masayu yang berdiri di samping ranjang. "Mas Abhim mana?" "Dia masih di hotel," tutur Masayu datar. Tak ada senyum di sana, hanya pandangan mata yang lurus tertuju pada Arunika dengan sorot yang tak dapat diartikan. "Mas Abhim tahu saya dirawat di sini?" tanya Arunika. Masayu mengangguk. "Dia yang menyuruhku kemari," ujarnya. "Oh." Arunika tersenyum getir. Dia tak dapat menyembunyikan rasa kecewanya. "Oh, ya. Mama juga ingin menyampaikan sesuatu. Mulai saat ini, jangan terlalu sering mengganggu Abhimanyu. Mama takut jika hal seperti ini akan membuat Delia tak suka dan akhirnya berimbas pada bantuan keuangannya untuk perusahaan," tutur Masayu panjang lebar. "Saya mengerti," ucap Arunika. Dia tak sanggup menahan setetes air mata yang lolos membasahi pipi. "Semoga masalah perusahaan bisa cepat beres." "Semoga saja." Masayu menarik napas panjan
Baca selengkapnya
Pertengkaran Kecil
Arunika terdiam. Dia tak tahu bagaimana menanggapi kalimat Abhimanyu. "Ke Eropa? Berapa lama?" tanyanya beberapa saat kemudian dengan mata berkaca-kaca."Terserah Delia. Bisa dua minggu atau sebulan," jawab Abhimanyu."Lama sekali, ya." Arunika tersenyum getir. Sejak menikah dengan Abhimanyu, dia tak pernah berpisah terlalu lama dari sang suami. Bahkan setiap perjalanan bisnis ke luar kota, Abhimanyu selalu mengajak Arunika."Kenapa menangis?" Abhimanyu memperhatikan wajah cantik yang tampak sedikit kurus itu lekat-lekat."Kita belum sempat jalan-jalan ke Eropa. Mungkin tidak akan sempat," sahut Arunika sambil menyeka air mata."Apa maksudmu?" Abhimanyu yang sedari tadi hanya berdiri di ambang pintu, kini melangkah masuk dan mendekat pada Arunika."Kita tidak akan mungkin bisa seperti dulu lagi," jelas Arunika."Bukankah yang penting kamu tidak perlu hidup miskin? Asalkan kebutuhan materimu tercukupi, tak masalah jika kita tidak bisa kembali seperti dulu lagi. Iya, kan?" sindir Abhima
Baca selengkapnya
Perhatian
Arunika memaksakan diri bangkit dari ranjang. Dia merasa sudah cukup menangis dan bersembunyi di balik selimut. Apalagi saat menyadari bahwa jam digital menunjukkan pukul sepuluh malam. Dengan langkah gontai, Arunika berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Akan tetapi, rasa sedihnya kembali menyeruak tatkala melihat sikat gigi couple miliknya dan Abhimanyu. Angan Arunika melayang ke saat sebelum terjadi badai besar dalam rumah tangganya. Abhimanyu lah yang memiliki ide untuk menyamakan peralatan mandi. Pria tampan itu beralasan, supaya mereka bisa lebih bersemangat saat melakukan ritual di kamar mandi bersama-sama. Arunika tersenyum kelu. Sebuah pertanyaan besar terus bergaung di benaknya. Akankah keadaan bisa kembali seperti semula, atau dia akan kehilangan Abhimanyu selamanya. Dalam kegelisahan itu, seseorang mengetuk pintu kamar cukup kencang, membuyarkan lamunan Arunika. Sambil menyeka wajahnya yang basah menggunakan handuk, Arunika bergegas menuju pintu dan membuka k
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status