Share

5. Mencari Perhatian Keenan

Penulis: Lil Seven
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-03 14:40:17

"Mas, Mas! Cepet ke sini, Mas! Ada kecoa di rumah aku, aku takut, Mas Keenan!"

Jihan tiba-tiba menelepon Keenan, saat Keenan baru pulang dari bekerja dan hendak makan malam dengan istrinya.

Dia mengeluh bahwa di rumahnya ada kecoa terbang yang membuat dirinya ketakutan sampai naik ke atas meja. 

"Mas, aku takut banget! Tolong cepat ke rumah aku buruan! Kecoa nya terbang terbang, Mas! Aku takut kecoanya nanti hinggap di tubuh aku!" teriak Jihan sambil menangis histeris di telepon, yang membuat Keenan mau tak mau jadi menghawatirkan dirinya. 

"Tenang, kamu tenang dulu, ya? Oke? Aku bakal segera ke sana," jawab Keenan yang sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi, dia buru-buru berjalan ke almari dan mengambil salah satu kemeja untuk dipakai. 

"Buruan  ya, Mas. Aku takut banget serius, baru kali ini aku lihat kecoa  bisa terbang, aku sendirian lagi di rumah, takut banget sampai gemetaran, Mas."

Suara Jihan terdengar lega saat mendengar bahwa Keenan akan pergi ke rumahnya, dia juga terus menekankan kata takut agar Keenan semakin khawatir. 

"Iya, Jihan. Tenang.... " hibur Keenan, yang menempelkan ponsel di salah satu  telinga dan menjepit nya dengan batu, karena dia masih mengancingkan kemeja yang ia pakai. 

"Mas, aku takut banget, jangan lama-lama ke sininya, kecoaknya terbang terbang, Mas! Tolongin aku.... "

"Oke, Oke. Tunggu aku, Oke? "

Keenan bergegas mengambil kunci mobil dan berjalan keluar dari kamar, sekarang yang ada di pikirannya hanyalah mendatangi Jihan dan mengusir kecoa itu dari rumahnya. 

Jihan dan Keenan berteman sejak kecil karena saat SD, mereka bertetangga. Ketika mereka masum SMA,  keluarga Jihan pindah sehingga mereka pun  terpisah. 

Barulah saat sama-sama bekerja, mereka bertemu lagi, waktu itu Jihan bekerja di kantor yang ada di bawah lantai kantor Keenan, sehingga mereka pun jadi sering bertemu. 

Cinta masa kecil yang terpendam akhirnya tumbuh kembali, berpikir bahwa Jihan adalah jodohnya, Keenan pun menikahi wanita itu. 

Mereka saling cocok satu sama lain, Jihan juga tampak selalu mengandalkan Keenan, karena itu Keenan berpikir jika mereka menikah, mereka akan cocok satu sama lain. 

Namun, hal tak terduga terjadi. 

Di malam pertama pernikahan mereka, Jihan tiba-tiba kabur dari rumah. Sehingga pernikahan mereka pun batal. 

Keenan tidak tahu dan tidak mengerti alasan kenapa Jihan tiba-tiba menghilang saat mereka malam pertama, pernah ada sedikit rasa benci karena dikhianati, tapi begitu Jihan datang lagi dengan badan kurus seperti kemarin, Keenan tak tega, dan sekarang, mereka seperti dulu lagi, di mana setiap saat, Jihan selalu mengandalkan dirinya, seakan-akan tak pernah ada masa lalu buruk di antara mereka. 

"Mas, mau ke mana malem-malem?"

Saat Keenan berjalan menuju pintu depan, Nilam yang sedang memegang sepiring nasi goreng spesial, menu yang diminta Keenan untuk makan malam, bertanya dengan keheranan. 

Biasanya Keenan sudah tidak akan keluar ke mana-mana lagi setelah pulang bekerja, setelah makan malam bersama, biasanya dia akan menghabiskan waktu dengan Nilam, atau melakukan hubungan badan, atau kalau keluar pun, dia akan mengajak Nilam. 

Malam seperti sudah menjadi waktu yang dia khususkan untuk istrinya, meski Keenan mengaku belum mencintai Nilam, tapi mungkin karena terbiasa hidup berdua, dia sekarang jadi seperti ini. 

Keenan ragu sebentar sebelum menjawab, apakah harus jujur akan  menemui Jihan, yang mungkin akan membuat istrinya berpikir yang tidak-tidak, atau berbohong saja agar istrinya tenang. 

"Itu ada temen manggil, katanya ada perlu dikit."

Keenan akhirnya memilih berbohong.

"Oh, ya udah hati-hati, ya, Mas."

"Iya."

Keenan mengangguk dan membuka pintu keluar. 

"Lalu nasi goreng ini...."

"Kamu makan aja dulu, ga papa. Sebagai gantinya, besok kirimin aku makan siang ke kantor, oke?"

Nilam tersenyum mendengar jawaban Keenan dan mengangguk dengan penuh semangat. 

"Oke, Mas. Aku bakal buat makan siang paling enak khusus untukmu."

"Makasih, aku keluar dulu."

Nilam mengantarkan kepergian Keenan tanpa rasa curiga sedikit pun bahwa suaminya akan pergi menemui mantan istrinya, di dalam pikirannya hanya dipenuhi rasa suka cita karena Keenan yang kini semakin menerima keberadaannya sebagai seorang istri. 

Sementara itu di rumah Jihan.... 

"Mas Keenan.... "

Jihan benar-benar naik di atas meja saat  Keenan datang ke sana, wajahnya yang putih itu tampak berwarna merah muda karena menangis. 

"Mana kecoaknya?"

Keenan langsung bertanya, dengan jari gemetar Jihan menunjuk ke salah satu pojok ruangan. 

"I-itu, Mas... aku takut banget, aku nggak tahu harus menghubungi siapa, jadi tolong singkirkan, Mas," pintanya dengan wajah memelas, pipinya masih terlihat basah oleh air mata sehingga membuat Keenan semakin iba. 

Dia segera berjalan menuju pojok ruangan yang ditunjuk Jihan dan dengan mudah menyingkirkan kecoa, hewan kecil yang sangat ditakuti oleh Jihan. 

"Tuh, udah. Udah nggak ada kecoak lagi. Kamu bisa turun dari meja sekarang," ucap Keenan setelah membuang kecoa itu ke luar rumah. 

"I-iya, Mas. Aku akan tur... awww!"

Keenan yang berdiri tak jauh dari Jihan, segera menangkap tubuh wanita muda itu sebelum jatuh dari meja. 

"Jihan? Kamu nggak papa?" tanyanya khawatir, meski dia agak risih saat tanpa sengaja memeluk tubuh Jihan, karena saat ini Jihan hanya memakai daster pendek tanpa lengan dan tanpa menggunakan bra. Sehingga dua buah gundukan miliknya yang tak terlindung apa pun kecuali kain daster yang tipis. 

"Nggak papa, Mas. Makasih banyak, aku jadi ngerepotin kamu, Mas."

Jihan menjawab tanpa berusaha melepaskan pelukan Keenan, padahal dia sadar bahwa tubuh bagian atasnya menempel dengan pria itu. 

"Alah, nggak papa santai aja. Kita kan udah temenan sejak lama, kamu ini kayak ngomong sama siapa aja," jawab Keenan sembari dengan sopan menjauhkan tubuh dari Jihan sehingga badan mereka tidak saling menempel lagi. 

Jihan  tampak kecewa dengan sikap Keenan yang tak tergoda dengan tindakannya, tapi segera menutupi kekecewaan itu dengan senyuman manis. 

"Mas, mau makan dulu? Aku ngerasa nggak enak udah ngambil waktu mas Keenan, gimana kalo makan dulu sebelum pulang? Mas Keenan belum makan, kan?"

Jihan yang berusaha sekuat mungkin menahan Keenan di sisinya, menawarkan makan malam. 

"Hmm, oke."

Keenan tidak enak untuk menolak sehingga mengiyakan tawaran mantan istrinya itu. 

Wajah Jihan langsung sumringah saat Keenan menerima tawarannya dan segera menyiapkan makanan. 

Sebelum menghidangkan makanan untuk Keenan, terlebih dahulu dia menaburkan bubuk rahasia di atas makanan Keenan. 

Jihan dengan senyuman penuh kemenangan, melihat makanan Keenan yang sudah tertabur bubuk rahasia. 

"Setelah makan ini, kamu hanya akan  melihat ke aku, Mas. Aku nggak terima kamu sama cewek lain setelah kariermu naik, jadi aku akan  ngerebut dia dari kamu," gumam Jihan sembari berjalan ke arah Keenan dengan senyuman. 

Alasan dulu Jihan tiba-tiba kabur dari Keenan adalah ketakutan Jihan akan tidak bisa hidup berkecukupan karena suaminya hanya staf kantor biasa. 

Namun sekarang, setelah Keenan diangkat menjadi manager di perusahaan besar, Jihan tidak terima dan ingin mengambil Keenan untuk dirinya sendiri. 

Jihan memutuskan menggunakan bubuk guna-guna yang dia beli dari salah satu dukun, untuk mengambil hati Keenan yang sudah memiliki istri tersebut. 

Hatinya begitu bahagia saat Keenan makan makanan yang dia sajikan tanpa curiga sedikit pun. Karena itu saat Keenan pamit pulang, dia mengantarkan pria itu dengan senyuman. 

"Sekali lagi makasih banyak, Mas."

"Udah aku bilang nggak usah sungkan. Sebelum aku nikah, kita kan teman sejak kecil," jawab Keenan, santai. 

"Iya, Mas. Aku beneran ngerasa gak enak sama kamu dan istri kamu, Mas."

Lagi-lagi Jihan menyebutkan istri Keenan untuk melihat reaksi pria itu apakah dia mencintai istrinya atau tidak. 

"Santai aja, Nilam bukan cewek yang berpikiran sempit. Aku pulang dulu, jaga diri kamu baik-baik, oke? Dan hati-hati sama cowok mana pun mulai dari sekarang, jangan mudah percaya, ngerti?"

"Iya, Mas."

Jihan menjawab dengan senyam senyum sendiri atas wejangan Keenan, karena dia sudah menentukan target pria mana yang akan Jihan goda dan dia rebut hatinya. 

Itu adalah Keenan sendiri. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   47. Sebenarnya Hubungan Kita Apa?

    "Siapa yang sedang menggoda—"Nilam tidak bisa melanjutkan ucapannya karena telunjuk Gallen yang kini berada di bibirnya, memberi isyarat pada wanita itu agar diam. "Di mataku, kamu sedang menggoda seorang pria tadi," jawab Gallen, berbisik di samping telinga Nilam. Karena jarak di antara mereka yang begitu dekat, Nilam merasa kesusahan bernapas, apalagi saat aroma harum khas Gallen menyerbu indra penciumannya. "Hey, Nil."Gallen yang masih memenjara tubuh Nilam dengan kedua tangan, memanggil wanita itu dengan suara dingin."Ya, Mas?"Gallen memegang dagu Nilam sehingga membuat Nilam mendongak untuk menatap tengah matanya, begitu pandangan mereka saling bertemu, Gallen yang tampaknya masih marah, berkata dengan mata sedikit menyipit."Jangan senyum-senyum genit ke pria lain selain aku. Sugar Daddy-mu ini nggak terima, ngerti?" titahnya dengan suara tajam tanpa bisa dibantah.Kening Nilam berkerut mendengar ucapannya tersebut, dia pun menatap mata yang kelihatan marah itu dengan pen

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   46. Gallen Cemburu

    Anehnya, jauh di dalam lubuk hati Nilam, dia malah menunggu lagi moment seperti malam itu.Wanita itu juga merasa jika di pertemuan kedua ini Gallen meminta dilayani lebih jauh, maka dia mungkin dengan rela akan memberikannya.Bagaimana pun juga, sebagai sugar baby, Nilam sudah menghabiskan uang Gallen puluhan juta, jadi dia merasa tak enak hati kalau tidak memberi imbalan apa pun.Sayangnya, sampai detik ini, Gallen tak pernah membutuhkan jasanya lagi.Dia seperti dibuang untuk kedua kalinya."Hey, Nil. Kamu ini nggak butuh apa pun apa giman? Kenapa kamu hanya menggunakan uangku untuk makan, gunakanlah berbelanja baju dan yang lainnya sekali-kali."Suatu hari Gallen mengirim pesan yang lumayan panjang untuk Nilam, kesempatan itu tidak diabaikan oleh Nilam yang yang secara aneh merindukan pesan-pesan singkat pria tersebut.Beberapa hari ini memang Gallen tak mengirim chat apa pun, mungkin dia sangat sibuk. Pria seperti Gallen kan super sibuk, jadi Nilam memahami keadaannya.Nilam buru

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   45. Sugar Daddy Posesif

    Gallen menyeringai senang saat bibir Nilam menyentuh bibirnya sekilas ketika hendak mengambil black card, sementara gigi wanita itu kini menggigit ujung black card di mulut Gallen untuk mengambilnya."Gunakan sepuasmu."Ucapannya tersebut dilontarkan oleh Gallen dengan senyum lebar, sementara Nilam menatap black card yang kini berada di tangannya tersebut dengan mata berbinar-binar.Dulu saat menikah dengan Keenan, dia hanya pernah memegang kartu seperti ini tanpa bisa menggunakannya karena Keenan suami yang pelit, tapi sekarang dia bisa mendapatkannya dengan mudah, benda di tangannya itu seperti harta karun baginya.Seandainya dia sudah melupakan rasa malu, mungkin Nilam akan menciumi black card pemberian Gallen, tapi tentu saja Nilam masih memikirkan image-nya yang mungkin sudah tak tersisa di mata Gallen setelah dia menggigit black card dari mulut pria arogan yang memiliki kepribadian aneh ini. Gallen yang menatap puas Nilam karena berhasil menjatuhkan harga diri perempuan sombong

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   44. Gigit Blackcard Ini Kalau Mau Uangku

    "Kau kayaknya lagi butuh uang banget, ya? Karena itu kamu datang ke sini begitu cepat?"Gallen, berbisik dengan suara rendah di belakang Nilam. Nilam segera berbalik dan memandang wajah tampan dengan hidung mancung tersebut seraya menelan ludah."L, lalu, apa yang harus kulakukan agar mendapatkan uang darimu?"Dia tergagap, sejujurnya, sampai detik ini tak tahu apa yang membuat Gallen tertarik padanya.Wajah cantiknya?Nilam memang cantik sejak rajin memakai make up dan skincare, tapi tak secantik itu sampai membuat seorang Gallen, pria muda kaya raya yang sudah biasa dikelilingi wanita super cantik, tertarik padanya.Buktinya, beberapa hari ini Gallen telah mengabaikan dirinya. Mungkin pria itu sudah menemukan partner yang lebih cantik. Atau trauma nya sudah sembuh. Lalu apa yang sebenarnya membuat pria ini tertarik dan memanggilnya kembali malam ini?Body-nya?Ah, buah dada yang dimiliki Nilam memang sedikit besar, tapi juga tak sebesar itu sehingga membuat pria tergila-gila.Lalu

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   43. Jatuh Ke Pelukan Sugar Daddy

    Namun, hidup seperti surga bagi Nilam, di mana dia hanya perlu menyodorkan bibir pada Gallen dan mendapatkan uang yang banyak, tidaklah berlangsung lama.Entah karena apa, pria muda tampan itu seakan membuangnya dan tak pernah mengenal dirinya sama sekali.Bahkan ketika Nilam kebetulan di tempat yang sama, Gallen sama sekali tak menoleh kepada Nilam, tatapannya dingin dan menganggap Nilam seperti lalat atau apa pun yang mengganggu dirinya.Padahal Nilam pernah, sudah berdandan secantik dan semenarik mungkin, tapi tetap saja, Gallen tidak menoleh padanya.Ini sangat aneh.Apakah dia sudah bosan?Apakah dia melakukan kesalahan yang tak disadari dan menyinggung perasaan pria itu?Pertanyaan itu terus berputar, tapi tak menemukan jawaban.Tatapan dingin dan acuh tak acuh, disertai wajah muram seperti tak tertarik, adalah tatapan khas Gallen pada orang yang menurut dirinya tak penting, Nilam merasa sedikit sakit hati saat akhirnya ditatap seperti itu oleh Presdir muda tersebut.Padahal saa

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   42. Pria Kaya Yang Aneh

    "Tentu saja," jawab Gallen dengan enteng, menatap Nilam dengan ekspresi malas."Kamu sama saja telah kubeli seharga 600 juta, setelah dipotong 100 juta atas permintaan ganti rugimu tadi. Jadi, bukankah posisimu sekarang nggak lebih dari sebuah barang di mataku?"Mendengar itu, Nilam tak bisa berkata-kata, melihat ke arah Gallen sebelum kemudian menatap pakaiannya sendiri."Kamu sungguh-sungguh ingin aku melepas semua ini?"Gallen hanya mengangkat satu alis, duduk di kursinya dengan menopang dagu."Yah, sisakan pakaian dalam, aku nggak ingin mataku yang suci ini ternodai."Nilam hanya mendengus sesaat ketika mendengar Gallen menyebut bahwa areas sensitifnya membuat matanya ternoda.Belajar dari pengalaman sebelumnya, semakin dia mengelak maka si berengsek ini akan menghukum lebih kejam, karena itu, tanpa mengajukan protes, Nilam mulai membuka kancing kemejanya satu persatu.Meski dengan perasaan dongkol bukan main.Satu kancing, dua kancing, sudah terbuka, ketika tangan Nilam menyentuh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status