Share

6. Pelakor Mulai Cemburu

Penulis: Lil Seven
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-22 14:56:34

"Udah pulang, Mas?"

Nilam yang sedang menunggu kepulangan Keenan di ruang tamu, berdiri dan menyambut kedatangan suaminya.

Keenan yang sedang membuka pintu, mengulurkan tangan yang disambut oleh Nilam, wanita itu mencium punggung tangan sang suami dengan hormat.

"Iya. Keperluannya nggak lama, kok. Kamu udah makan?" tanya Keenan, yang merasa senang disambut istrinya seperti ini.

Dulu saat masih benci dengan Nilam yang tak bisa memakai skincare, Keenan benci melihat wajah istrinya setiap kali dia pulang, tapi sekarang, Keenan selalu merasa senang karena ada orang yang selalu menyambut kepulangannya.

Keenan mungkin belum cinta dengan Nilam, tapi sedikit rasa suka, tentu.

"Udah, Mas. Aku pikir kamu bakalan lama jadi aku makan dulu, aku minta maaf."

Keenan menepuk lembut puncak kepala Nilam sambil menggeleng-geleng.

"Kenapa minta maaf, kamu nggak salah, Nilam. Aku kan udah bilang kalo kamu makan aja dulu, aku juga udah makan di rumah temen tadi."

"Iya, Mas. Ada yang kamu perlukan aku lakukan, Mas?"

Atas pertanyaan istrinya itu, Keenan yang kini ada di kamar, tersenyum nakal.

Dulu dia mengira bahwa Nilam hanya gadis desa biasa yang cupu dan tidak bisa menyenangkan suami, tapi Keenan salah.

Nilam adalah wanita yang selalu berusaha keras memenuhi kebutuhan Keenan dan melaksanakan kewajibannya sebagai istri.

Meski dulu Keenan bahkan sslalu kasar padanya, dan mengajak Nilam bercinta hanya ketika dia ingin berhubungan badan dengan Jihan, wanita yang telah menghuni hatinya sejak lama, Nilam masih berusaha keras menjadi istri yang baik untuknya.

Rumah selalu terlihat rapi dan setiap kali suaminya setiap pulang, dia akan berdandan cantik, menghias kamar dengan bunga sehingga membangkitkan gairah Keenan yang lelah bekerja di kantor.

Hal itu membuat Keenan merasa dirinya dihargai sebagai suami, dan membuatnya betah di rumah.

Kehidupan perjodohan yang dikira Keenan sebagai hal yang mengerikan, ternyata baik-baik saja.

"Kamu dandan cantik malam ini."

Keenan mengatakan hal itu dengan sorot menggoda, tangannya terulur untuk menarik sang istri ke dalam pelukan.

"Mas Keenan yang bilang aku harus selalu kelihatan cantik kalo ada mas," jawab Nilam, yang tersipu malu saat pantatnya duduk di atas paha Keenan yang kokoh.

"Betul, kamu benar-benar istri yang sangat patuh, dan aku suka itu, Nilam," jawab Keenan, mulai melayangkan ciuman di leher samping sang istri.

"M-Mas.... "

"Sssh.... "

Keenan membaringkan tubuh Nilam ke kasur, menarik turun celana dalam sang istri, lalu menundukkan kepalanya di antara kaki Nilam dan menjilat celah rahasia dengan lidahnya.

Tubuh Nilam gemetar seperti ikan yang dilempar keluar dari air, saat Keenan mengangkat giginya dan merangsang kuncup yang bengkak, bagian dalam paha Nilam menjadi panas seolah-olah api telah menyala, dan cairan mengalir keluar.

“Heung, berhenti ….”

Desahan basah Nilam dibalas Keenan dengan tawa.

"Berhenti katamu?"

"I-ya... "

Sebenarnya apa yang dimaksud Nilam adalah sebaliknya, hanya saja dia tidak bisa meludahkannya dengan benar, jadi Nilam memutar tubuhnya dan memohon, tetapi Keenan dengan licik terus menggoda sisi itu engan lidahnya.

"Apa kamu benar-benar ingin berhenti, Nilam?"

Keenan bertanya sekali lagi saat milik Nilam sudah basah kuyup karena godaan lidahnya, sementara Nilam yang terjebak dalam nikmat yang dikirim Keenan untuknya hanya membalas dengan desahan panjang dan menggoda.

Keenan masih menunggu sampai istrinya yang penurut itu mengeluarkan permohonan kotor secara langsung dari mulutnya.

Jari-jarinya perlahan menembus semak-semak, meluncur ke pintu masuk yang basah.

Lidahnya merangsang bagian paling sensitif sementara jarinya meraba dinding bagian dalam milik sangat istri, menyebabkan mata Nilam menjadi putih dan kepalanya kosong.

Getaran intens dari daging sensitif membuat Nilam merinding dan tubuhnya gelisah.

"Ay,o, Nilam. Katakan apa yang kamu inginkan sekarang?" tanya Keenan dengan mata berbinar.

"Aku... aku mau kamu, Mas. Masuklah ke dalam diriku sekarang juga."

Pada kata-kata yang telah ditunggu oleh Keenan, wajahnya, yang tertutup cairan cinta, akhirnya jatuh dari antara kedua kaki Nilam.

“Itu juga yang aku inginkan, Sayang. ”

Ujung bibirnya melengkung dengan senyum nakal. Dia berdiri dan duduk di antara kedua kaki Nilam, dan selanjutnya, hanya ada suara erangan penuh kenikmatan yang memenuhi kamar dan pergulatan penuh semangat di atas ranjang.

Nilam melayani Keenan dengan baik sehingga pria itu lagi-lagi merasa puas dan bugar setelah bercinta.

Setelah membuat istrinya kelelahan dan tertidur karena nafsunya yang luar biasa, Keenan merasa sangat puas.

Dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan merokok sebentar sebelum tidur di samping Nilam.

Percintaan mereka kali ini memuaskan seperti biasa, tapi ada satu hal yang sedari tadi terus mengganggu pikiran Keenan.

" Aneh, kenapa aku terus teringat Jihan? Padahal aku sudah nerima Nilam di hatiku?"

Keenan bergumam dengan ekspresi tak mengerti, kenapa dia ingat Jihan lagi saat sedang bercinta dengan Nilam, hal yang sudah lama sekali tidak dia rasakan.

Pada saat itu, Keenan tidak tahu bahwa apa yang dia rasakan, adalah sebab dari guna-guna yang diberikan Jihan padanya.

Esoknya. Pada siang hari.

"Mas, kamu di mana? Aku sekarang di kantormu dan mengirim makan siang buat kamu karena pagi tadi kamu berangkat buru-buru, jadi aku khawatir kamu nggak makan. Kamu kemarin juga bilang kalo minta dikirim makan siang, kan?"

Nilam menelepon Keenan yang tak ada di ruangannya saat menjelang jam makan siang, hari ini Nilam pergi ke kantor Keenan untuk mengirim makan siang seperti yang diminta suaminya kemarin.

"Ah, itu...."

Keenan yang sedang duduk di depan Jihan di sebuah restoran tak jauh dari kantor, menggaruk pelan lehernya.

Rasa bersalah memenuhi pikiran Keenan karena telah pergi makan siang diam-diam dengan Jihan, dan melupakan janjinya lagi kepada Nilam.

Tadi Jihan menelepon dirinya dan mengatakan ingin bertemu karena ada hal darurat yang harus dia bicarakan dengan Keenan, dan Keenan pun seperti biasa tak bisa menolak permintaan sahabatnya itu.

Meski ternyata hal darurat itu hanyalah alasan Jihan untuk bisa makan siang dengan Keenan.

Keenan terbatuk satu kali dan menjawab dengan suara yang di tenang-tenangkan.

"Ehm, maaf, Nilam. Aku sedang makan siang dengan klien. Kamu taruh aja makanannya di meja, oke?"

Untuk menyingkirkan rasa bersalah, Keenan kembali berbicara.

"Aku minta maaf nggak bilang dulu sama kamu, tapi aku janji bakal makan bekal dari kamu sampai habis. Terima kasih, istriku."

"Iya, Mas. Aku pulang dulu kalau begitu."

Nilam yang tak curiga sedikit pun bahwa Keenan telah berbohong, menjawab dengan nada ringan, itu membuat Keenan semakin tak enak hati.

"Sayang."

"Hm? Ya-ya, Mas?"

Nilam sangat terkejut saat dipanggil sayang oleh Keenan secara tiba-tiba, itu karena Keenan selama ini tak pernah memanggilnya sayang kecuali ketiga mereka sedang bergulat di atas ranjang.

"Aku bener-bener minta maaf."

Keenan mengatakan hal itu dengan sangat serius, membuat Nilam tertawa.

"Nggak papa lah, Mas. Lagian kan kamu ada urusan pekerjaan, jadi nggak papa. Besok aku kasih bekal makan siang lagi yang lebih enak."

"Makasih, Nilam. Aku senang punya istri kayak kamu."

Keenan terus berbicara ramah dan mesra dengan istrinya di telepon, menjanjikan banyak hal manis para Nilam atas usahanya bersusah payah mengirim makan siang untuknya di kantor, tanpa menyadari ada satu pasang mata yang berkilat penuh amarah karena benci dengan kemesraan mereka.

Jihan.

"Kenapa... kenapa mas Keenan bisa tersenyum begitu lembut ke istrinya? Aku benci wanita itu, aku akan merebut mas Keenan darinya, yang boleh mendapat senyum seperti itu dari mas Keenan harusnya cuma aku!" geram Jihan, mengepalkan tangannya erat-erat untuk menahan emosi yang membara di dalam dadanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   56.

    Setahun kemudian...Kota Jakarta tetap sibuk. Gedung-gedung baru menjulang, bisnis-bisnis silih berganti, dan waktu berjalan seperti biasa. Tapi ada satu sudut kota—di sebuah lantai atas gedung kecil lima lantai, dengan logo sederhana bertuliskan RE:VIVE—yang menyimpan cerita tak biasa.Gallen membuka pintu kantor pagi itu, mengenakan hoodie dan celana jeans biasa. Ia bukan lagi direktur gelap, bukan kaki tangan mafia korporat, bukan bayangan dari masa lalu siapa pun. Ia hanya pria yang memulai ulang hidupnya... pelan-pelan.“Pagi, Bos Gallen,” sapa seorang staf muda yang lewat.“Udah berapa kali kubilang, jangan panggil aku bos,” sahut Gallen sambil menyeruput kopi instan.Staf itu hanya tertawa dan pergi.Gallen masuk ke ruangan kecilnya yang lebih mirip studio kerja dibanding kantor. Di dinding, beberapa blueprint dan peta bisnis digital terpampang. Di meja, ada dua laptop terbuka, dan di tengah ruangan, duduk Nilam... dengan rambut diikat tinggi dan ekspresi kusut.“Kamu nggak tid

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   55.

    Tiga hari setelah insiden di rooftop, Jakarta kembali terlihat normal dari luar. Tapi di balik keheningan itu, gelombang baru mulai bergerak. Berkas-berkas kejahatan Jason sudah diproses. Media mulai mengendus skandal besar Mahendra Corp, dan nama Nilam—yang dulunya hanya bayangan—kini muncul di berbagai artikel utama sebagai “pemegang kunci kebangkitan.”Namun, di ruang rawat rumah sakit tempat Gallen terbaring, suasana jauh dari sorotan. Tidak ada wartawan. Tidak ada keramaian. Hanya sunyi... dan rasa lelah yang belum tuntas.“Udah kubilang, aku nggak perlu dirawat inap,” gerutu Gallen pelan, meski bahunya masih diperban.“Kamu pingsan dua kali sejak kemarin. Dan kamu pikir kamu bisa pulang?” sahut Nilam ketus dari kursi sebelah tempat tidur.Gallen tersenyum. “Kamu marah ya?”“Bukan marah. Kesel.”“Beda tipis,” Gallen tertawa kecil. “Tapi tetap aja, kamu di sini.”Nilam melipat tangan di dada. “Karena aku belum selesai sama kamu.”Gallen menatapnya lekat. “Kalau soal masa lalu... k

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   54.

    Sirene digital berdengung dari layar laptop, diikuti deretan kode merah yang berkedip di monitor utama Mahendra Corp. Di ruang pusat keamanan, staf mulai panik.“Semua sistem diretas!”“Ini bukan sekadar pembobolan. Ini… pembekuan otoritas!”Keenan berdiri di balkon ruang VIP gedung utama, sedang bersiap untuk konferensi pers merger.Salah satu asistennya datang tergesa. “Pak! Ada gangguan besar di server pusat. Saham Anda—dibekukan.”“Apa?!” Keenan menoleh tajam.“Asal pembekuan... dari akun lama. Atas nama Nilam Anggraini.”“Dia?” Keenan mencengkeram pagar besi balkon.**Di tempat lain, Jason menatap monitor dengan wajah gelap.“Dia menekan tombol itu,” desisnya. “Gallen benar-benar sudah berubah haluan.”Elisa menelan ludah. “Apa kita langsung serang balik?”Jason mengambil jasnya, berdiri, lalu meraih pistol kecil dari laci. “Tidak. Kita datangi langsung.”**Di rooftop, Gallen dan Nilam masih duduk menatap layar laptop. Notifikasi masuk satu demi satu. Data pengalihan saham berh

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   53. Ilusi

    Langit Jakarta tampak mendung siang itu, seolah ikut menyerap kekacauan dalam hati Nilam. Ia berdiri di pelataran parkir Mahendra Corp, menarik napas panjang sambil menatap ponselnya. Tidak ada pesan dari Gallen. Tidak juga dari Keenan. Semuanya hening… setelah ledakan emosi barusan. “Kalau kamu benar-benar tulus… buktikan.” Kata-katanya sendiri terus menggema di kepala. Tapi sekarang, ia justru bertanya dalam hati—siapa yang akan benar-benar membuktikan sesuatu? Atau tidak ada satu pun dari mereka yang bisa dipercaya? Brak! Pintu mobil terbuka kasar dari sisi kanan. Nilam menoleh cepat, waspada. “Naik,” kata suara yang sangat ia kenal. Gallen. “Terlalu banyak mata kalau kita ngobrol di sini.” “Aku nggak mau ikut kamu.” Gallen tidak menjawab. Hanya menatapnya—dan untuk pertama kalinya, tatapan itu tidak penuh kemarahan atau dominasi. Melainkan... kesedihan. “Kamu bener. Aku salah karena nutupin semuanya. Tapi aku di sini bukan buat bela diri. Aku di sini buat nganter ka

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   52. Antara 2 lelaki

    Ruang kerja Keenan Mahendra tidak berubah sejak terakhir Nilam datang ke sini. Meja kaca besar, sofa abu di sudut, dan aroma kayu cendana yang dulu selalu membuatnya nyaman—kini malah menyesakkan.“Miss Nilam,” suara asisten Keenan terdengar lembut. “Silakan masuk. Beliau sedang menunggu.”Menunggu?Nilam melangkah pelan, dan begitu pintu terbuka, pria itu berdiri dari kursinya.Keenan.Dengan setelan jas hitam dan ekspresi yang tak bisa ditebak. Tatapannya langsung menelusuri wajah Nilam seolah ingin memastikan wanita di depannya bukan ilusi.“Kamu datang,” katanya pelan.Nilam mengangguk. “Kita perlu bicara.”Keenan menyilakan duduk, tapi tak satupun dari mereka menyentuh kursi.“Langsung saja,” ucap Nilam, suaranya lebih tenang dari hatinya. “Kamu lagi selidiki sesuatu... soal Gallen?”Keenan menyipitkan mata. “Jadi kamu udah tahu.”Nilam tak menjawab. Tapi sorot matanya cukup sebagai konfirmasi.Keenan menarik napas berat. “Aku dapat laporan dia berhubungan dengan seseorang yang j

  • Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor   51. Kendali

    Pintu penthouse tertutup rapat. Tapi di dalam sana, dada Nilam masih bergemuruh tak karuan.Jason.Nama itu seperti hantu dari masa lalu, atau mungkin... awal dari sesuatu yang jauh lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan.Ponsel Gallen masih di meja. Layar sudah gelap, tapi isi pesannya tadi seperti terus berputar di kepala Nilam."Keenan mulai curiga...""Semua masih sesuai rencana...""Instruksi selanjutnya..."Tangannya terulur, hampir menyentuh ponsel itu lagi. Tapi detik berikutnya ia menariknya kembali."Apa aku... cuma pion?" bisiknya nyaris tanpa suara.Seketika, suara ketukan di pintu menggema.“Miss Nilam? Saya dari layanan kamar, membawakan sarapan,” ucap seorang wanita dari luar.Nilam buru-buru bangkit, menyembunyikan keresahan di balik senyum palsu. “Ya, silakan taruh di meja.”Pelayan itu masuk, meletakkan nampan makanan dan dua cangkir kopi hangat. “Tuan Gallen minta agar Anda menikmati sarapannya di dalam kamar.”Nilam mengangguk singkat. “Terima kasih.”Begitu pin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status