Brak! Pintu mobil dibanting kencang. Setengah berlari Alagar memasuki kediamannya. Bergegas mencari ke kamar tidur, dapur, halaman belakang. Terus mencari seseorang yang sangat dikhawatirkan saat ini.
Sebelumnya tak peduli sama sekali. Pulang tak pernah tepat waktu lebih sibuk bersama selingkuhan daripada istri dan anaknya sendiri. Sial! Amirah dan putra kecilnya Bagaskara tak ditemukan di mana-mana.
Alagar membuka satu persatu lemari pakaian mereka telah berkurang, koper besar milik istrinya menghilang. Mainan favorit kesukaan Bagaskara tak ada di ranjang bayi. Perhiasan mewah di dalam kotak masih tergeletak di atas meja, make-up mahal berada di tempat.
Memang Amirah Lashira jarang menggunakan semua. Dia tak punya banyak kesempatan menemani suami ke pesta-pesta kolega ataupun bersosialita. Tapi di mana mereka berada sekarang?! Alagar semakin gelisah.
Kilapan cahaya berpendar di atas meja nakas. Sebuah cincin sering dikenakan Amirah di jari manisnya selama mereka menikah akhirnya hari ini terlepas juga. Cincin istimewa bertahtakan berlian dibeli khusus untuk gadis sederhana namun menawan hati seorang Alagar Hakim.
Keputusan menikahi Amirah Lashira memang tak didasari cinta.
Dirinya lelah bermain cinta mengobral janji membohongi diri sendiri. Ternyata pernikahannya tak membuat perilaku berubah. Godaan wanita cantik terus mendera saat posisi karir semakin menjulang sebagai pemimpin perusahaan besar.
Termasuk jalang Renata Sastrawijaya berhasil menghancurkan hidup keluarganya. Alagar Hakim terlambat menyelamatkan yang tersisa. Buru-buru keluar kamar menyusuri selasar melewati kamar putranya kemudian menuruni anak tangga sambil berteriak kencang mengejutkan seisi rumah.
Inah! Lina! Nurdin! Harjo! Berulang-ulang memekakkan telinga.
Pelayan, pengasuh bayi, satpam dan tukang kebun berlari kalang kabut serentak menuju ke arah tuan besar yang berdiri tegak di ruang tamu tak sabar menanti kedatangan mereka. Pekerjaan masing-masing ditinggal begitu saja.
Panggilan Tuan Alagar terdengar begitu dahsyat. Kemarahan luar biasa sedang terjadi malam ini menakutkan semua orang. "Ada apa Tuan memanggil kami?" Nurdin mewakili rekan kerja yang memilih menunduk diam.
“Di mana Amirah dan Bagaskara sekarang?” Pandangan Alagar menyapu ke wajah mereka.
Nurdin menunduk ketakutan karena menjaga pos keamanan rumah sempat membantu istri tuan besar ketika mengangkat koper ke bagasi, dan menjawab lirih, "Maaf, tadi Nyonya hanya pamit pergi setelah taksi datang tapi tak memberi tahu pada kami mengenai tujuannya."
Brengsek! Maki Alagar menggelegar. "Mengapa kalian tidak menghubungi aku jika istriku pergi membawa putraku huh?!"
Semua terdiam. Para pegawai mengetahui sifat kasar dan kejam Tuan Besar terhadap Nyonya Amirah Lashira dan anaknya selama ini. Pernikahan mereka sering dicecoki urusan wanita lain mencampuri hubungan suami istri.
Bibi Inah menyaut pelan mengkhawatirkan sang majikan keluar membawa anak kecil hingga larut malam dan belum ada kabar berita sama sekali. "Maaf Tuan, tadi siang ada seorang wanita bertamu ke rumah ini, Nyonya terdengar marah-marah mengusir orang tersebut tak lama kemudian berkemas lalu pergi entah kemana."
Renata sialan! Desis Alagar tajam. Gadis itu benar-benar ingin mencelakakan anak istrinya!
Kedua tangan Alagar mengusap kepalanya berkali-kali menggeram kuat menggetarkan seisi penghuni rumah. Berbalik pergi dari pandangan mereka menuju ke teras depan. Kemana dia harus mencari sementara Amirah Lashira tak memiliki keluarga lagi. Tinggal paman dan bibi di luar kota pernah hadir sekali dalam pernikahan mereka.
Kecuali seorang sahabat Amirah pernah sekampus dengannya. Melani gadis lebih cantik dari istrinya hampir saja Alagar mempermainkan namun mengurungkan niat buruk ketika Amirah Lashira terlihat mempesona, lugu dan sederhana.
Itulah alasan terbesar dia menikahinya.
-----------------
“Ra, baringkan Bagas di kamar tamu saja, kasihan sepertinya kamu lelah gendong terus begitu memangnya malam-malam mau kemana 'sih?!” Melani menarik koper sahabatnya meletakkan di sudut kamar.
"Mel, maafkan aku merepotkanmu tadinya mau ke Yogya mengunjungi Bude dan Pakde tapi kehabisan tiket kereta, terus balik ke rumah lagi malas bertemu Mas Alagar pasti uring-uringan kalau tahu 'ga pamit tadi sore."
"Apa kamu belajar membohongi sahabatmu sendiri, 'Ra?"
Upss! Amirah menunduk malu.
Melani tahu segala tentang pernikahannya dengan Alagar Hakim tak berjalan begitu baik. Tahun ke empat inilah kekuatan cinta porak poranda. Tadi siang bertemu wanita bernama Renata membuat Amirah sontak lepas kendali. Di rumah sahabat akhirnya menepikan hati beristirahat sejenak kemudian esok pagi berangkat melanjutkan tujuannya lagi.
"Mas Alagar membuat ulah yang sama lagi, 'Ra?"
"Ho oh."
"Siapa wanita jalang kali ini yang mempermainkan kalian berdua?"
"Aku tak kenal, dia dipanggil Renata mengaku teman bisnis suamiku."
Putra Amirah Lashira terlelap di belakang mereka. Bagaskara bayi tampan seperti papanya sayang pria itu tak pernah sepenuh hati menyayangi anak istri. Mencurangi sahabatnya sebelum dan sesudah mereka menikah.
Melani duduk di samping sahabat sedang terluka dikhianati terus menerus oleh suaminya. Tangan Amirah lalu dipegang erat seolah memberi kekuatan terakhir untuknya. "Apa yang ingin dilakukan saat ini? Tak selamanya kau harus menjadi wanita dungu pura-pura bahagia di atas penderitaanmu sendiri, sudah sepantasnya kau dan Bagaskara bahagia walau tanpa Mas Alagar di sisimu."
Terasa pahit di lidah Melani saat mengucapkan kata-kata itu. Namun, Amirah wanita baik-baik bukan seperti jalang dikencani suami yang brengsek. Bukan pula seekor lembu dicucuk hidung ditarik pakai tali mengikuti kemanapun pemilik membawanya pergi.
Hela nafas Amirah semakin berat seiring beban yang ada di pundak.
"Kau benar 'Mel, pelakor itu mengandung anak Mas Alagar, mereka akan memiliki kehidupan sendiri tak mau mengganggunya lagi sudah cukupkan saja cerita pernikahan kami, aku lelah setiap hari begini."
Derai air mata mengalir deras. Isakan tertahan, putranya sedang terlelap sementara ibunya sedih nelangsa atas sikap ayahnya yang tidak bertanggung jawab. Melani tak tega. Sahabat terbaik menikahi pria tampan dan kaya tapi tak bahagia. Bukan kesalahan Amirah Lashira tapi Alagar Hakim tak pernah berubah.
Pernikahan mereka lebih mirip sandiwara.
"Istirahatlah dulu 'Ra, aku siapkan makan malam untukmu beruntung suamiku Mas Alex lagi dinas keluar kota, dan kita bebas bercerita berhari-hari selama kau menginap di sini."
"Ga, 'Mel," tolak Amirah bersikukuh. "Besok pagi-pagi sekali aku berangkat ke Yogya naik kereta pertama."
"No way, lebih baik aku belikan tiket pesawat untuk kalian berdua jadi kapan saja kau ingin pergi tapi bukan besok pagi, masih kangen tau!" desak Melani.
Tangis Amirah berhenti berganti senyum tipis. Sudah lama mereka tidak bersenda gurau. Alagar membenci sahabat istri. Melani wanita gigih berani bukan tipe disukai Alagar karena berhasil memukul balik sikapnya yang kasar dan kejam.
Brakk!
Suara keras mengagetkan tuan rumah dan tamu. Tiba-tiba pintu kamar tamu terbuka lebar suaminya muncul di tengah mereka. Amirah tersentak bangun dari ranjang enggan menyambut menyingkir jauh darinya.
“Sayang, apa yang kau lakukan di sini?” paksa Alagar mencoba menangkap lengan istri yang terus mengelak. "Ayo, kita pulang sekarang!"
“Hey, seenaknya saja tiba-tiba datang menyeret sahabatku pergi, Amirah dan putranya sedang menginap di rumahku sebaiknya kau saja yang pulang sendiri!” Penolakan itu keluar bukan dari mulut istrinya.
Alagar menatap tajam bergantian di antara kedua wanita. Jari lurus menuding tepat di wajah Melani yang membenci setengah mati. “Kau wanita brengsek mempengaruhi hal buruk ke istriku selama kami menikah, urus saja suamimu Alex agar cepat punya bayi, jangan-jangan dia ---”
"Mas Alagar!" Kontan saja Amirah berteriak, "Hentikan penghinaanmu terhadap sahabatku dan suaminya bila mau aku kembali ke rumah!"
"Ra, biarkan suamimu mengoceh sampai dower tentang aku dan Mas Alex 'toh dia bukan pria baik untukmu!" Sahabatnya berusaha mencegah demi kebaikan namun ditolaknya.
“Mel, maafkan aku, sebaiknya kami pergi dan titip salam untuk Mas Alex jika nanti kembali.” Lalu Bagaskara digendong Amirah dengan tangan letih sepanjang hari. Mereka duduk di luar sana kedinginan dan kelelahan.
Pelukan hangat Melani mengantarkan sahabatnya keluar rumah. Asisten rumah tangga menunduk ketakutan ketika tamu melabrak memaksa langsung masuk ke kamar di mana majikan dan istrinya sedang berbicara.
"Jaga dirimu dan putramu baik-baik, kabari bila terjadi sesuatu biar aku menjemputmu!" bisik Melani.
Sementara Alagar Hakim begitu marah sok berkuasa terhadap anak istri. Koper hitam diseret dimasukan ke mobil sambil berseru kencang. "Sayang, cepat masuk, kasihan putra kita malam begini diajak kau keluyuran kemana-mana!" desaknya tak sabar.
Lambaian tangan Melani dibalas senyuman terpaksa Amirah Lashira. Pelariannya kini sia-sia. Kembali hidup di dalam naungan atap sama namun tak punya jiwa. Roda kendaraan segera melaju kencang menyusuri jalanan.
Sunyi senyap tanpa sepatah kata terucap. Alagar melirik ke istrinya yang mendekap erat putra mereka. Aku tak pernah mau menceraikanmu, kau itu terlalu baik bagiku, Amirah!
***
Alagar melepas baju kerja kotor dipakai seharian dibiarkan teronggok di lantai kamar bergegas membasuh diri di bawah pancuran air hangat. Saat Amirah mengangkat pakaian meletakkan ke tempat cucian kotor, lagi-lagi ditemukan noda lipstik merah persis dipakai Renata tadi siang saat menghardik memintanya bercerai dari Alagar. Pria itu memang tak pernah berubah membawa ke kediaman ini kembali hanya untuk disakiti berulang kali. Pelakor bernama Renata telah bercerita membuat suami marah bukan kepalang ketika tak lagi menemukan anak istrinya berada di rumah. Menit-menit berlalu. Percakapan Melani terngiang terus di benak Amirah Lashira. Hatinya masih ragu mengambil keputusan besar di dalam hidupnya. Tak lama pintu kamar mandi terbuka lebar sosok Alagar muncul mengalihkan pikiran istri. Bulir-bulir air menetes dari rambut suami jatuh ke dadanya yang berotot. Pria tampan idaman semua wanita. Suami dari Amirah Lashira tapi tak pernah dia dapat memiliki cintanya. "Tadi siang Renata bertem
Masalah di rumah belum selesai. Alagar dihadapkan persoalan genting lainnya. Renata telah menunggu di ruang kantor tanpa pemberitahuan lebih dulu. Tas kerja diletakkan di atas meja dia memilih duduk di kursi membiarkan gadis itu jauh darinya di ujung sofa tamu. Mau apalagi jalang itu ke sini pagi-pagi begini! Keluh Alagar kesal. Sekretaris datang membawa minuman untuknya dan tamu yang tidak sopan. Lirikan tajam persaingan hebat terjadi di ruangan. Renata dan Jessica sama-sama menyukai Alagar sering menghangatkan pria itu di kantor dan di luar jam kerja mereka. "Terima kasih atas minumannya sekarang pergilah jauh-jauh dari sini, kami ingin bicara secara pribadi tentang pernikahan aku dan bossmu!" usir Renata tajam ke Jessica. Sontak sekretaris cantik menyerang balik perkataan musuh bebuyutan. "Semudah itu mengalahkan istrinya untuk menikahi wanita brengsek sepertimu?" "Jangan berpura-pura, kau sama saja brengseknya sepertiku!" Renata berkacak pinggang dibalas Jessica yang memandang
"Hai sayang, maaf aku pulang terlambat, untung saja kau batalkan makan malam di luar karena kerjaan kantor sangat banyak tadi," ucap Alagar sambil mencium kening sang istri. Tak sengaja Amirah memalingkan wajah jengah diperlakukan keharmonisan palsu di depan adik ipar sedang asyik mengunyah di meja makan. Aabid Barak Hakim memahami sikap kakak ipar enggan berdekatan Alagar lagi. Bekas tamparan tampak jelas di pipi Amirah Lashira. Bukan pintu penyebab utama namun telapak tangan suaminya yang menghantam kuat meninggalkan jejak otentik di sana. "Oh, hei Bid, tumben kau kemari. Apa kabar Mama dan Papa?" Sapa Alagar tak menyadari kehadiran adiknya tadi. Istrinya biasa ditemani pengasuh atau asisten rumah tangga mereka. "Biasalah aku cari makan malam gratis 'kan istrimu pandai memasak dan semua enak disajikan di meja ini, eh' Mas Alagar ga ikut makan?" pancing Aabid Hakim. Penampilan kakak sulung luar biasa rapih seperti tak terjadi apa-apa di luar jam kantor tadi. Selingkuhannya berteb
"Ra, aku ke rumahmu ya, kangen nih ingin ketemu kamu dan Bagas," seru Melani di ujung telepon. Amirah kelimpungan tak tahu menjawab. Alagar membencinya, dia pun dilarang keluar rumah. "Hmm .. kita sekalian belanja yuk Mel, ketemu dan ngobrol di sana saja, gimana?" Alasan terbaik baginya berjumpa sahabatnya lagi. "Ga masalah, kebetulan aku juga mau belanja bulanan, ketemu di tempat biasa ya!" sahut Melani mengakhiri percakapan mereka. Amirah langsung memanggil pengasuh bersiap membawa Bagas ikut dengannya. Diam di rumah berhari-hari pun tak menyelesaikan masalah. Tingkah Alagar semakin arogan menutup diri. Pergi begitu pagi ke kantor dan selalu pulang terlambat. Anak istrinya seperti pajangan hiasan tak pernah dilihat maupun tegur sapa. Satu jam melewati jalanan padat merayap, tibalah di pusat perbelanjaan terkenal. Melani sudah menunggu dan mengajak langsung ke supermarket agar mereka punya banyak waktu berbicara ketika saat makan nanti. "Ra, apa kabarmu?" tanyanya ingin tahu.
Amirah dan Bagaskara akhirnya terbang ke Yogyakarta mengasingkan diri dari kepenatan dari pernikahannya yang gagal. Suaminya jelas mengkhianati berbuat curang atas hubungan dibangun selama empat tahun ini tanpa pernah ingin memperbaiki diri. Pergi dari kediaman Alagar Hakim jalan terbaik baginya agar tak melihat keburukan pria itu lagi, menjauhkan Bagaskara dari kerusakan moral yang dilakukan papanya. Kedatangannya tanpa pemberitahuan dan mendadak begitu mengejutkan Pakde dan Bude Bambang. Datang malam hari dengan penerbangan terakhir dan tanpa didampingi suami. Sesuatu pasti sedang terjadi! Pikir mereka di dalam hati. Kedua orang paruh baya itu saling melirik saat melihat Amirah hanya membawa sebuah koper besar sekaligus menggendong anak berumur tiga tahun terlelap tidur dalam buaian. Amirah mencium tangan mereka yang dianggap pengganti orang tua yang telah wafat. Kehadirannya kali ini tak ingin membebani hanya rehat sejenak sebelum melanjutkan kehidupan baru tanpa suaminya. Ba
Sepulang dari jalan-jalan ke pasar tradisional Amirah bergegas langsung ke dapur menemui Bude Tantri yang sedang sibuk mengiris daging ditemani Mbok Marsih menyiangi sayuran. "Bude, kok sepi. Di mana Pakde Bambang tak kelihatan dari pagi?" "Pakde ke Jakarta, Nduk," ujar Bude Tantri tersenyum. "Katanya ada pertemuan kolega bisnis, nanti sore juga pasti pulang pakdemu itu ga betah lama-lama di sana, panas dan macet!" Oh! Amirah menduga kepergian pakdenya bukan untuk bisnis tapi menemui suami dan mertua sejak dia bercerita soal kemelut pernikahannya. Dengan langkah gontai ke kamar yang sunyi sepi terasa di hatinya kembali. Bagas sedang dibawa bermain ke rumah sepupu Mas Guntur putra sulung pakde dan bude Bambang. Putri bungsunya Ayu bermukim di Solo langsung meluncur siang ini ke Yogya berniat menginap bersama keluarga menemani Amirah Lashira. Setelah sekian lama menikah tak pernah sekalipun Alagar mau diajak menemui keluarga istrinya di luar kota. Begitupun dia enggan belakangan in
Grr-- Amirah sialan! Geram Alagar marah bukan kepalang. Mobil mewah miliknya berhenti tepat di depan teras rumah berpilar tinggi indah. Kediaman Tuan dan Nyonya Andi Hakim begitu asri dengan taman luas. Belum lagi di halaman belakang yang luas terdapat kolam renang besar tempat mereka sering berkumpul termasuk pesta pernikahan megah Alagar Hakim dan Amirah Lashira. Sayang kini semua tinggal kenangan. Langkahnya sedang terburu-buru, orang tua dan mertuanya menunggu. Mereka saling terpaku saat beradu pandang di ruangan yang sama. Kebencian papanya begitu terlihat jelas. "Duduk, Alagar!" Tuan Andi Hakim tidak mau berlama-lama mendengar penjelasan putra sulung berbuat kurang ajar terhadap keponakan Pak Bambang Hadiningrat. Nyonya Nirmala Hakim memegangi lengan suami untuk tenang dan membiarkan putranya menghadapi mereka. "Papa, ada apa memanggilku ke sini?" Raut gelisah terlukis di wajah Alagar. Rahangnya menjadi kaku, otot tubuhnya ikut membeku. "Dasar anak brengsek!" maki Tuan Andi
Melani dan suaminya Alex berkunjung ke Yogya untuk menemui Amirah Lashira dan putranya Bagaskara yang menggemaskan. Tak terlihat bocah kecil itu merindukan sosok papanya malah lebih dekat Om Alex atau Om Aabid adik dari Alagar Hakim. Mereka bertemu di sebuah restoran agar tak mengganggu kerabat Amirah yang lain. Suami Melani mengajak Bagas ke tempat permainan anak-anak membiarkan istrinya mencurahkan perasaan bersalah ke sahabatnya. Pembicaraan wanita dari hati ke hati. "Ra, maafkan aku sungguh tak tahu jika pelakor keparat itu ternyata sepupuku Renata yang memang wanita murahan, dulu Mas Alex sering digodanya sebelum kami menikah." Melani terdiam sesaat sebenarnya malu menceritakan aib keluarga tapi sikap sepupu tak bisa dibiarkan lagi. "Sampai suatu hari tingkahnya keterlaluan mengajak calon suamiku bermalam ke apartemen mewah miliknya. Langsung ku damprat habis-habisan di depan keluarga Papa dan sejak itu kami berdua bermusuhan." Mendengar cerita tersebut membuat Amirah semaki