“Anda siapa dan ada keperluan apa ke sini?” Amirah Lashira mengamati lekat ketika seorang wanita datang bertamu. Wajah dan penampilannya sangat mencolok, riasan tebal dan bergaya sosialita yang ketara.
"Hmm, aku ingin bicara denganmu tentang ..." jawab tamu itu gugup dan ragu.
"Tentang apa?" desak Amirah curiga tamu itu memiliki maksud tak baik hanya bisa menduga memandangi wanita asing terlihat gelagapan seolah menutupi sesuatu saat berhadapan dengannya.
"Kau Amirah istri Tuan Alagar Hakim, bukan?" tanya tamunya lagi.
Pertanyaan menjebak lalu untuk apa datang ke sini memangnya aku bukan nyonya di rumah ini! Geram Amirah penasaran. "Ada persoalan apa kau dan suamiku?" Kecurigaannya makin menjadi-jadi.
"Aku Renata, kawan bisnis suamimu, dan sesuatu sedang terjadi pada kami saat ini!"
Deg! Insting Amirah Lashira langsung bekerja. Jantungnya berdegup cepat tidak karuan.
Wanita asing duduk serba salah di ruang tamu. Sajian minuman disediakan asisten rumah tangga sama sekali belum disentuh. Kedua tangannya saling berpautan gelisah mengutarakan kehadiran di kediaman keluarga Alagar Hakim.
"Kami berhubungan beberapa bulan ini termasuk melakukan hal pribadi, kuharap kau mau mengerti," lanjut Renata menatap istri sah Alagar Hakim.
Oh, tidak. Wanita brengsek ini seenaknya saja berterus terang menceritakan perselingkuhan bersama suami lalu meminta untuk dimaklumi. Sialan kalian berdua!
Emosi Amirah terpancing membumbung tinggi sedetik kemudian beranjak dari sofa langsung menuding ke arahnya tanpa basa basi lagi. "Apa kau sudah gila, Renata! Aku tidak mengenalmu, seenaknya saja memintaku bersikap menerima keadaan meski dirimu dan suamiku mengkhianati pernikahan kami huh?!"
"Amirah, aku mohon mengertilah Alagar lebih cocok denganku daripada bersamamu, kami berdua saling mencintai satu sama lain, kau terlalu arogan ke suami itulah alasan dia berpaling padaku!"
Hah! Sakit hati Amirah dikatakan demikian.
Alagar Hakim suaminya sah dinikahi selama empat tahun ini. Berulang kali membuat ulah dalam pernikahan mereka. Bukan hanya Renata ditemui sekarang, namun juga wanita lain berupaya merusak keutuhan keluarga.
"Bukan urusanmu ikut campur kehidupan pernikahanku, pergilah dari rumah ini jangan pernah berani lagi datang ke sini!" usirnya tegas.
“Aku akan pergi.” Renata berdiri merapikan diri. Raut wajah berubah menantang tidak lagi memelas seperti saat tiba tadi. “Tapi asal kau tahu kini aku sedang mengandung anak dari Alagar dan memintanya menikahiku, sebaiknya lepaskan ikatanmu atau ku hancurkan kau beserta putramu!”
Lalu buru-buru meninggalkan Amirah sendirian.
Oh, Tuhan. Amirah membelalak mendengar ancaman pelakor bagai petir di siang bolong.
Alagar Hakim mencurangi pernikahan mereka kesekian kali tapi kini lebih fatal dari sebelumnya. Terasa runtuh bumi dipijak tak lagi memiliki pegangan dan panutan dalam hidup.
Kesabarannya menipis habis. Tiada yang perlu dipertahankan. Semua kepercayaan dan cinta terhadap suami pupus musnah sudah. Pernikahan mereka seperti sandiwara. Janji suci terucap, saling menyayangi melindungi cuma hiasan di bibir suami.
Di kantor maupun di rumah, Amirah merasa Alagar memiliki dua kepribadian berbeda. Begitu manis perilaku di luar sana, tapi pahit yang diterima bagi istri dan anaknya. Terlalu sering melukai dan menyakiti sampai lupa fungsi istri bagi pria dicintai Amirah Lashira belakangan ini.
Mungkin benar apa yang dikatakan Renata si pelakor brengsek tadi. Aku yang seharusnya pergi dari jauh-jauh hari! Sesalnya di dalam hati.
-----------------
"Sayang, apa kau benar-benar mencintaiku?' rajuk Renata di pelukan kekasih.
“Hey, kenapa tiba-tiba bertanya hal itu lagi, bukankah sudah kukatakan berulang kali aku sayang padamu!” Alagar Hakim bangkit dari ranjang empuk di apartemen selingkuhannya.
Hatinya sedikit resah gelisah sejak sepulang kantor namun tak langsung ke rumah malah mendatangi wanita cantik itu untuk beristirahat sejenak bersamanya. Renata, teman kencan selama ini membuat pening kepala tak menghilang. Sikap yang manja tadinya disukai Alagar malah makin membebani pikiran.
"Apa yang sebenarnya yang kau inginkan dariku?"
Gelayut manja Renata menggoda di lengan kekasihnya. "Sayang, menikahlah denganku, kau ceraikan Amirah lalu kita bangun mahligai cinta berdua, hanya kau dan aku menyatu!"
Apa-apaan ini! Alagar seperti salah mendengar permintaan kekasihnya sungguh tak wajar.
"Menikahimu? Aku sudah menikah dengan Amirah Lashira dan memiliki seorang putra bernama Bagaskara, kau tahu semua tentangku sebelum kita berhubungan suka sama suka seperti ini!"
"Ya, tapi aku ingin lebih dari itu, Alagar!" paksa Renata tak mau mengalah. Wanita berparas cantik berubah menjadi setan betina menyeramkan.
Alagar Hakim baru tersadar dirinya telah terjebak di jurang nista yang dalam. Teman kencan lain tak seberani ini dalam menjalin hubungan sesaat bersamanya. Renata Sastrawijaya menuntut lebih banyak dari yang bisa dia berikan.
"Hubungan kita karena bisnis kerja, tak mau lebih dari itu sejak dari awal ku katakan padamu, mengertilah sayang jangan persulit lagi jika kau tak ingin ... "
“Ingin putus hubungan dariku, itukah maksudmu? Tidak akan bisa, Alagar!” Tahan Renata begitu kasar. "Kau akan menikahi aku secepatnya, bila tidak dilakukan maka aku akan bilang ke Papa agar memutuskan kerja sama kalian, dan kau harus membayar sanksi pinalti besar sebelum proyek itu selesai!"
Sial! Keluh Alagar Hakim menyesal.
Tuan Sastrawijaya, ayah dari Renata investor utama dalam perusahaannya. Jika anak gadisnya melaporkan hal buruk padanya maka tamat sudah nasib Alagar di mata mereka.
"Tapi Renata, kenapa kau ingin terburu-buru seperti ini? Aku belum mau menceraikan Amirah masih banyak hal yang harus ku urus lebih dulu, tenangkan saja dirimu kita akan cari jalan keluarnya."
Dia mencoba mengelak pelan-pelan berusaha gadis itu tak menyerangnya lagi. Tangan Renata bersedekap mempertahankan pendapat. Pria dicintai berada dalam genggaman tak mampu menolak kehendak putri Tuan Sastrawijaya memiliki hal penting yang membuat Alagar semakin tak berkutik.
"Aku mengandung anakmu," teriaknya tegas. "Segera nikahi aku, atau aku hancurkan seluruh keluargamu!"
Ancaman tajam dikemukakan lantang sambil menatap sinis kekasih yang ketakutan. Usai sudah pernikahan antara Amirah dan Alagar. Dirinya yang pantas menggantikan posisi mantan istri dari pria tampan yang telah digodanya belakangan ini.
"Keparat kau, Renata! Teganya mau menghancurkan istri dan anakku, tak akan kubiarkan berani menyentuh mereka sedikit pun!"
“Amirah sudah diberitahu persoalan ini, dan mungkin sudah pergi dari rumahmu sejak siang tadi!” balasnya tidak mau kalah. Kemenangan sudah di depan mata.
Arghh! Alagar menggeram kuat-kuat.
Tanpa ragu mencengkram lengan kekasih terus mengguncang berkali-kali seraya memaki. "Dasar wanita jalang, tak aku sangka kau menjebak untuk menghancurkan keluargaku!"
"Alagar-rr tolong lepaskan aku, kau tak ingin bila anakmu ikut terguncang keras karena ulahmu!" teriak Renata membela diri.
"Itu bukan anakku, ku tahu kau memiliki pacar di luar selain aku, dasar penipu!" Alagar melepas cengkraman.
Putri Tuan Sastrawijaya meringis kesakitan mengusap kulit lengan memerah. Perseteruan mereka tidak dapat terelakkan lagi. Bukan ini direncanakan Renata demi mendapatkan perhatian dan cinta kekasih tapi kehadiran sang bayi membuatnya kalang kabut sejak beberapa hari.
Alagar Hakim pengusaha tampan paling pantas bersanding dengannya, bukan teman kencan pria gelap lain. Bagaimanapun caranya, aku harus memilikimu sayang! Hati Renata berdesir kencang.
Namun kekasihnya langsung menyambar jas kerja tersampir di sudut sofa dan mengucapkan sesuatu diluar dugaannya. Sebuah perpisahan yang kejam. "Selamat tinggal, Renata! Lupakan saja hubungan kita selama ini, aku terus mendampingi Amirah dan Bagaskara."
"Tidak Alagar jangan pergi oh, kembalilah padaku, sayang!" jeritan histeris Renata tak dipedulikan.
Pria itu menghempaskan tangan putri Tuan Sastrawaijaya saat meraih lengan kekar yang biasa memeluk dan mendekap erat. Impian Renata pudar seketika. Ancaman berubah menjadi tangisan.
Alagar pergi meninggalkan sendirian di sebuah apartemen mewah tempat mereka selalu berkencan. Sekarang ranjangnya kembali dingin sedingin hatinya yang membeku dicampakkan sang pujaan hati.
Brengsek kau, Amirah! Dendam Renata kian mendalam.
***
Enam bulan kemudian."Aku terima nikahnya dan kawinnya Nayla Habiba Azhima binti Yudistira Nugraha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Alagar mengucap begitu tegas tanpa jeda di hadapan keluarga."Sah!" teriak penghulu mewakili keluarga besar pengantin wanita menegaskan bacaan mempelai pria begitu jelas sempurna tak terbantah. Semua bertepuk tangan bahagia dan menitikkan air mata kebahagiaan.Nyonya Nirmala terisak menyaksikan putranya menikah lagi tak sengaja beradu pandang dengan Amirah dan didapatkan senyum gembira di ujung sana. Semua mendapatkan bahagia dengan caranya masing-masing.Mantan menantu telah menikahi Kaivan kakak ipar Aabid, sekarang Alagar mengawini Nayla sepupu suami Amirah. Persaudaraan mereka semakin dekat dan akrab. Tiada permusuhan di antara mereka lagi. Usai sudah si manusia liar mengakhiri kisah hidupnya bersanding dengan anak gadisnya Om Yudis."Jaga baik-baik dan senangkan hatinya, ya sayang!""Baik 'Ma, maafin Alagar ya selama ini sudah menyusahkan Ma
Kaivan memesan menu tambahan untuknya ketika pelayan datang menyajikan lebih dulu pesanan mereka. Tawa gelinya terus bergema mengejek ipar yang tak berkutik sejak dia tiba tadi."Ayolah bro, relax!"Relax matamu! Alagar makin melotot setelah latar belakangnya dibuka satu persatu di depan Nayla dan Om Yudis. Tak ada kesempatan menjelaskan percakapan mereka didominasi ayahnya si kembar Samy dan Salsha."Om Yudis, memang brengsek ini mantan suami Amirah tetapi dia sudah banyak berubah," tutur Kaivan jujur.Mata tuanya mengamati ponakan dan kekasih Nayla duduk berdampingan. "Kau yakin, iparmu ini cukup baik karena baru saja melamar putri bungsuku?!""Ya tinggal terima atau tolak saja Om, kalau ga suka," tegas Kaivan. "Persoalan pernikahan sungguh rumit tapi semua keputusan utama pada ayahnya Nayla bukan calon suaminya!"Berbeda dengan perkawinannya. Amirah sudah menjadi janda bebas memutuskan hidupnya sendiri menikahi CEO Kaivan, sementara sepupu Nayla masih tanggung jawab ayahnya, Om Yud
Terkejut Om Yudis ketika melihat putrinya tak datang sendirian tapi membawa teman kencan. Seorang pria yang terlihat mapan berbeda usia bukan lagi seperti pacar yang dulu pernah diceritakan olehnya."Hai Papa, apa kabar?" sapa Nayla sambil memeluk dan mengecup pipi ayahnya."Hai, sayang," sambutnya senang kemudian merangkul putri kesayangan. "Maaf Mamamu 'ga bisa ikut ke sini sedang sibuk dengan keluarga kakakmu Alex baru datang mengunjunginya ke Paris."Nayla mengangguk. "It's okay, lagian Papa kenapa nengok aku 'kan sudah dewasa dan kuliah master sudah selesai, sekarang baru kerja di kantor yang baru masa harus diawasi terus!" gerutunya sebal.Tersenyum pria paruh baya mengusap kepala anak perempuan bungsu yang belum menikah lalu memandang pria asing di belakangnya tadi. "Nay, Ini siapa, kok Papa belum dikenalkan?!"Eh iya.Belum sempat putrinya berucap pria itu lebih dulu menyodorkan tangan berkenalan dengannya. "Malam Om, senang bertemu anda, aku Alagar kawannya Nayla."Kawan atau
Rindu Alagar sudah lama tak bertemu karena kesibukan pekerjaan mereka masing-masing hingga akhirnya memutuskan menghubungi Nayla teman kencan yang baru. "Hai 'Nay, apa kabarmu?""Agak sibuk di kantor belakangan ini, bossku agak menjengkelkan semua staff kena omel karena perusahaan sedang ada masalah tapi aku 'sih engga, mungkin karyawan baru jadi tak pernah sekali papasan dengannya.""Oh, okay." Alagar pun memahami gadis itu baru pindah kerja masih menyesuaikan suasana. "Terus kapan kita bisa ketemuan dong, 'Nay?""Akhir pekan aja gimana, kebetulan Papaku mau datang, yuk Mas temani aku?!" desak Nayla. Pfft! Seperti lamaran saja harus jumpa mertua."Aku dapat menemani cuma apakah tak jadi masalah bagi kamu dekat denganku?!" Pertanyaan menyakitkan buat Alagar sendiri tak ingin gadis itu sedih atau terluka akibat status duda disandangnya. Banyak orang tua menghendaki anak gadisnya menikahi pria single."Jangan begitu dong, sudah tiga bulan kita kenalan memang ga ada rencana mau serius?"
"Ra, Alagar kemana ya kok sudah berbulan-bulan tak melihatnya lagi?!" Kaivan tersadar kehilangan saudara ipar yang menjengkelkan kecuali Aabid Barak Hakim. Amirah mengangkat bahu. "Mana aku tahu, Mas! Nanti kalau sering bertanya tentangnya malah kamu uring-uringan cemburu jadi malas 'kan ribut hal itu lagi." "Tak usah cemburu wong dia sudah kalah telak dariku," sahutnya pongah. Lengannya langsung kena tepukan keras dari sang istri. "Loh, kok aku yang dipukul?" "Mas, kamu jangan begitu, kalian 'kan saudara ipar sekarang karena pernikahan Aabid dan Khirani," omel Amirah. "Mbokya dinasihati Mas Alagar supaya hidupnya berubah 'ga liar lagi, malu sama Bagas kalau sudah besar papanya sering gonta ganti perempuan." "Iya-aa cintaku, nanti aku tanya Aabid di mana manusia liar itu berada sekarang, kangen juga sudah lama 'ga berantem dengannya." Ishh. Guyonan dibalas mata melotot istrinya. Kaivan pun menghubungi suami Khirani daripada kena omelan. Ternyata brengsek itu sedang berada di Amer
Kabar kelahiran anak kembar Amirah terdengar sampai ke negeri Paman Sam. Musim dingin sepi dan sunyi tanpa seorangpun mendampingi membuat sedikit hati Alagar Hakim sedih.Mantan istri telah bahagia dengan suami kedua dan langsung memberikan dua anak sehat sempurna. Utang yang dibayar tunai setelah perceraian mengenaskan. Mengalahkannya dalam semua sisi kehidupan.Alagar kini sendiri tanpa anak istri.Putra mereka lebih gembira bersama Kaivan yang menyayangi Bagaskara sebesar cinta di lautan luas. Kadang sempat berbincang saat Bagas menginap di rumah orang tuanya agar tetap diakui sebagai ayah, bukan orang asing baginya. Dan anak itu memahami memiliki dua papa ternyata mengasyikkan juga.Dunia anak memang istimewa. Sayang dia baru merasakan arti memiliki setelah kehilangan.Di luar cafe sedang rintik hujan udaranya makin dingin. Alagar merapatkan jas menunggu reda. Tak sengaja menoleh ke seorang wanita muda saat masuk mencari kursi kosong namun sayangnya semua penuh terisi kecuali ...