Share

6. Melabrak Suami & Pelakor

"Ra, aku ke rumahmu ya, kangen nih ingin ketemu kamu dan Bagas," seru Melani di ujung telepon.

Amirah kelimpungan tak tahu menjawab. Alagar membencinya, dia pun dilarang keluar rumah. "Hmm .. kita sekalian belanja yuk Mel, ketemu dan ngobrol di sana saja, gimana?"

Alasan terbaik baginya berjumpa sahabatnya lagi.

"Ga masalah, kebetulan aku juga mau belanja bulanan, ketemu di tempat biasa ya!" sahut Melani mengakhiri percakapan mereka.

Amirah langsung memanggil pengasuh bersiap membawa Bagas ikut dengannya. Diam di rumah berhari-hari pun tak menyelesaikan masalah.

Tingkah Alagar semakin arogan menutup diri. Pergi begitu pagi ke kantor dan selalu pulang terlambat. Anak istrinya seperti pajangan hiasan tak pernah dilihat maupun tegur sapa.

Satu jam melewati jalanan padat merayap, tibalah di pusat perbelanjaan terkenal. Melani sudah menunggu dan mengajak langsung ke supermarket agar mereka punya banyak waktu berbicara ketika saat makan nanti.

"Ra, apa kabarmu?" tanyanya ingin tahu.

"Baik Mel, cuma kau tahu aku tak boleh kemanapun karena Mas Alagar melarang."

Dari raut wajah Amirah terlihat kesedihan yang dalam. Sahabatnya sungguh tidak bahagia dalam pernikahan. Bertahan hanya demi putranya, bukan cinta terhadap suaminya.

Kernyit dahi Melani begitu jelas.

"Apalagi masalah kalian, bukankah soal perselingkuhannya memang nyata dilakukan suami brengsekmu itu?!"

"Iya," jawaban Amirah menggantung sejenak. Tangannya sibuk memilih susu bayi mengambil salah satu dan memasukkan ke keranjang belanjaan.

"Mas Alagar berpikir Aabid tertarik padaku padahal dia datang berkunjung karena rindu ponakan," lanjutnya kembali.

Gelengan heran Melani tak berhenti. "Otak suamimu sudah rusak dikacaukan para jalangnya sampai berani menuduh kau dan adik ipar begitu!"

Amirah mengangkat bahu.

Entah bagaimana suaminya berpikir picik menganggap dia dan Aabid Barak Hakim saling tertarik. Keduanya pria tampan namun dia telah menikahi Alagar Hakim, bukan adiknya.

Selesai memilih mereka membayar seluruh isi keranjang lalu meminta supir memasukkan belanjaan ke bagasi lebih dulu. Sementara Bagas sedang bersama pengasuh di area bermain anak-anak.

Sekelebat bayangan di ujung mata Melani mengenali sosok suami Amirah dari kejauhan. Pria itu tergesa-gesa menuju ke suatu tempat begitu sangat mencurigakan.

"Ra, ikut aku, ayo kita makan dulu."

Ditariknya lengan sahabatnya tanpa menunggu jawaban darinya.

"Duh Mel, pelan-pelan dong, ada apa sih terburu-buru begini bukannya kamu lebih suka cafe di sebelah sana, kok kita ke arah yang berbeda?"

"Lagi pengen makanan yang lain," kilah Melani. "Tenanglah Ra, kau makan sepuasnya biar aku yang traktir."

"Ishh ... sepuasnya aku ga mungkin menyantap habis semuanya. Jangan lama-lama kita harus pulang karena Mas Alagar pasti curiga kita bertemu di sini."

Suasana pusat perbelanjaan sedikit ramai dipenuhi promosi bazaar hingga diskon besar-besaran. Melani terus menggandeng erat tangan Amirah.

Pandangannya berulangkali memantau suami sahabatnya sudah berada di eskalator untuk berpindah lantai. Tingkah laku Alagar semakin mencurigakan menengok ke kanan dan kiri membuat Melani pura-pura berhenti melangkah lalu menunjuk ke sebuah pakaian membuat Amirah sibuk teralihkan perhatian.

"Ini bagus ya Ra, warnanya cocok denganmu!"

"Ga lah, itu warna favoritmu, aku ga suka warna terlalu terang gitu yang kalem tak terlalu mencolok. Kau mau beli, Mel?"

"Nanti saja kita belanja lagi, sekarang aku lapar banget!"

Sosok Alagar hampir menghilang jika Melani tak buru-buru menaiki eskalator yang sama. Dia dapat melihat pria brengsek itu membelok ke kanan seolah ingin berpindah lantai lagi.

Cafe dan restoran berada di lantai atas. Beruntung suami Amirah selalu menatap ke depan. Melani berusaha menjaga jarak aman di antara mereka.

Tak lama dilihatnya Alagar memasuki sebuah cafe disambut seorang wanita cantik mencium pipi seakan lama akrab lalu pria itu merangkul bahunya. Kesempatan memburunya lebih lanjut penasaran siapa jalang begitu berani merusak pernikahan sahabat kali ini.

Amirah mulai merasakan sesuatu aneh ketika mengambil kursi terdengar dua orang sedang bercakap-cakap begitu dikenalnya. Alagar dan selingkuhannya berada dibalik bilik tinggi tapi suara mereka begitu jelas.

"Sayang, ku pikir kau ga mau datang menemuiku lagi, tiba-tiba saja aku ingin makan seafood mungkin inilah kemauan dari bayimu juga," desahnya manja bergelayut di lengan CEO tampan.

"Sudahlah Renata, kau nikmati saja makanannya, aku harus kembali ke kantor bekerja lagi. Terlalu banyak kau menuntut perhatianku selama ini, benar-benar merepotkan!"

"Alagar, kau tak bisa melarikan diri dari masalah. Sewaktu-waktu Papaku bisa menarik investasi di perusahaan, kesuksesanmu akan hancur lebur tanpa kau sadari."

"Dasar brengsek kau, Renata!" maki Alagar kesal.

Mendengar ucapan mereka membuat Amirah buru-buru beranjak dari kursi. "Mel, suamiku di sini, sebaiknya kita pergi!" bisiknya memaksa.

Melani menahan tangan Amirah.

"Duduklah, diam dan dengarkan dulu, aku penasaran jalang itu seperti mengenalnya seumur hidupku."

"Itu Renata yang pernah menemuiku di rumah," tegas sahabatnya lagi.

Deg! Degup jantung Melani tak karuan.

Percakapan antara Alagar dan Renata terdengar kuat di telinga mereka. Tidak ada yang perlu disembunyikan lagi selingkuhan suami Amirah telah berbadan dua.

Sulit bagi Melani menerima kenyataan, namun Amirah Lashira terus bersandiwara menunjukkan pernikahan mereka terlihat sempurna di mata keluarga dan kolega. Semua gara-gara jalang bernama Renata!

"Ayolah sayang, temani makan bersamaku, ini enak loh!" Nada suara itu sedang menyuapi Alagar. "Iya kan, kamu pasti lahap makan ini."

"Hmm .. memang enak daripada masakan istriku di rumah," cela Alagar sambil mengunyah. "Dan yang lebih menyebalkan lagi adikku malah tergila-gila di jamu makan malam dengannya."

"Oh, ya?" seloroh Renata meruncing masalah. "Jangan-jangan mereka memang main mata di belakang karena kesibukanmu di kantor."

Fitnah yang sangat kejam.

Melani dan Amirah tersentak hebat atas ucapan jalang tidak tahu malu sudah merebut Alagar Hakim tapi kini  mencemarkan nama baik adik kandungnya sendiri.

Pelayan cafe datang menyajikan pesanan mereka. Tanpa ragu lagi Amirah Lashira langsung mengambil gelas minuman di atas meja lalu berjalan cepat ke balik bilik untuk melabrak suami dan pelakor.

"Apa kau bilang tadi?" hardiknya penuh emosi. "Dasar pelakor keparat, seenaknya merebut Mas Alagar dan melecehkan nama adiknya telah berbuat macam-macam denganku!"

Seketika itu juga seluruh isi minuman disiram ke wajah Renata dan membasahi pakaiannya.

Alagar sangat terkejut melihat sikap istri tak menyangka berada di cafe yang sama, mengetahui ucapan kasar mereka berdua. Dia malah melepas jas kerja untuk menutupi tubuh selingkuhannya.

"Amirah, apa yang kau lakukan di sini?" bentaknya marah.

Istrinya membalas tanpa takut lagi. "Lalu apa yang kau lakukan juga di sini bukan bekerja di kantor tapi malah menemani jalang ini!"

Renata mulai menyerang namun Melani menyela lebih dulu. Mereka sama-sama kaget saat beradu pandang saling mengenal dekat.

"Dasar kalian berdua memang manusia tak punya norma dan etika, Rena kau itu sepupuku tapi kenapa berani merebut suami sahabatku!"

"Bukan urusanmu kau tak ada sangkut pautnya!" kilah Renata tidak bisa menanggung malu perbuatan busuk telah diketahui sepupunya.

Perdebatan seru di antara mereka berempat cukup mengagetkan pengunjung lain. Wajah dan pakaian Renata bernoda kotor akibat disiram Amirah menimbulkan gunjingan riuh.

Manager cafe datang melerai suasana menjadi tak nyaman meminta mereka meninggalkan ruangan jika ingin melanjutkan pertikaian.

"Pulanglah Amirah, kita selesaikan di rumah!" perintah Alagar tegas mengusir istrinya, sambil merangkul bahu menenangkan hati selingkuhannya.

Semakin jelas bagi Amirah.

Suaminya memilih Renata Sastrawijaya bukan dirinya di depan orang banyak dan sahabatnya. Sikap Alagar melindungi jalang itu diluar dugaan tapi malang tak bisa ditolak dia pun menyingkir dari mereka berdua.

Sebelum beranjak, ucapan terakhir begitu sungguh-sungguh keluar dari mulutnya.

"Jangan harap kau dapat menemuiku di rumah, aku akan menceraikanmu dan pergi membawa putraku dari hidupmu selamanya!"

Ambyar sudah. Tak ada yang perlu ditangisi. Pernikahan mereka tidak mampu diselamatkan kembali. Terlalu banyak rasa sakit hati dan kesedihan diterima Amirah Lashira daripada kebahagiaan bersama suaminya.

Merelakan Alagar Hakim menikahi Renata Sastrawijaya demi bayi dikandung jalang itu.

Semoga kalian bahagia di neraka! Umpatnya tak sengaja.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status