"Hai sayang, maaf aku pulang terlambat, untung saja kau batalkan makan malam di luar karena kerjaan kantor sangat banyak tadi," ucap Alagar sambil mencium kening sang istri.
Tak sengaja Amirah memalingkan wajah jengah diperlakukan keharmonisan palsu di depan adik ipar sedang asyik mengunyah di meja makan.
Aabid Barak Hakim memahami sikap kakak ipar enggan berdekatan Alagar lagi. Bekas tamparan tampak jelas di pipi Amirah Lashira. Bukan pintu penyebab utama namun telapak tangan suaminya yang menghantam kuat meninggalkan jejak otentik di sana.
"Oh, hei Bid, tumben kau kemari. Apa kabar Mama dan Papa?" Sapa Alagar tak menyadari kehadiran adiknya tadi. Istrinya biasa ditemani pengasuh atau asisten rumah tangga mereka.
"Biasalah aku cari makan malam gratis 'kan istrimu pandai memasak dan semua enak disajikan di meja ini, eh' Mas Alagar ga ikut makan?" pancing Aabid Hakim.
Penampilan kakak sulung luar biasa rapih seperti tak terjadi apa-apa di luar jam kantor tadi. Selingkuhannya bertebaran yang rela merogoh dompet demi memanjakan suami orang dan tubuh mereka ikut diserahkan.
Pria beristri memang memiliki sebuah kharisma berbeda terlihat mapan bertanggung jawab tapi tidak semua begitu. Bukti nyata itu ada di depan mata Amirah dan Aabid sekarang.
"Masakan istriku memang yang terbaik," pujian Alagar terdengar tulus. "Sayangnya, aku sudah makan sehabis rapat bersama klien tadi."
Amirah pun tak jadi menyendokkan nasi ke piring suami.
Nafsu makannya menghilang sesaat tercium wangi di pakaian Alagar berganti aroma menyengat bau parfum wanita. Siapa lagi kalau bukan Jessica, Renata atau jalang lain teperdaya ketampanan suaminya, berpelukan dan bermesraan, bahkan lebih dari itu!
Bergegas menuju dapur mengalihkan kekesalannya. "Tunggu sebentar ya Mas, aku ambilkan minum dulu dan tolong temani adikmu makan, kalian 'kan juga jarang bertemu belakangan ini."
Alagar senyum terpaksa di depan istrinya. Sepeninggal kepergiannya barulah bertanya perihal kedatangan adik menyebalkan sok ikut campur setiap kali mereka berjumpa.
"Mau apa kau ke sini, apa ga ada kerjaan lain selain mendekati kakak iparmu sendiri 'eh?!"
Suapan Aabid terhenti tak ingin menghabiskan seluruh isi piringnya lagi. "Apa maksudmu berkata begitu, Mas Alagar? Jangan pernah berpikir macam-macam karena aku sangat menghormati istrimu!"
"Hmm-- ku lihat mainan mobil di ruang tamu, apa kau pikir aku tak mampu membeli untuk putraku sendiri?!"
"Yang bilang kau hidup miskin itu siapa, Mas?! Aku cuma mampir ke sini menengok kalian dan ponakan saja, kau berdua itu jarang ke rumah Papa dan Mama lagi."
"Bilang saja ke mereka, aku sedang sibuk, istriku enggan diajak keluar sejak memiliki anak."
Alasan basi keluar dari mulut beracun Alagar Hakim yang lebih senang bersama selingkuhan daripada istrinya yang sah. Mengkhianati pernikahannya sendiri meskipun kebohongan sudah diketahui mereka.
"Terus siapa wanita yang menemanimu ke pusat perbelanjaan tadi huh?!" timpal Aabid secara sengaja.
"Dasar adik sialan, kau sengaja ingin memata-matai kehidupan pribadiku!"
"Mas, aku kenal penyanyi klub malam itu, urusan kerja sama apa kau dengannya kalau bukan masalah ranjang panas di antara kalian berdua ..."
Brakk-!
Meja makan digebrak keras. Alagar naik pitam.
Adiknya terlalu jauh mencampuri masalah kehidupan rumah tangganya dan Amirah Lashira. Sudah waktunya mengusir Aabid Barak Hakim pulang dan jangan pernah datang ke rumah kapanpun juga.
Dia sangat membenci adiknya sendiri. "Pergi dari sini atau ku seret kau keluar!"
Aabid Barak Hakim tegak melawan sikap arogan kakaknya. Kemarahannya telah memuncak sejak sore sengaja menunggunya pulang.
"Kau memukul Mba Amirah, bukan? Terlihat jelas pipi lebam oleh tangan kasarmu itu!"
Alagr langsung menyerang mencengkram keras kemeja adiknya. "Itu bukan urusanmu, apa sekarang kau jadi tertarik pada kakak iparmu sendiri? Keluarlah dari rumahku sekarang juga!"
Namun Aabid bukanlah pria pengecut terus melanjutkan ucapannya.
"Teganya seperti itu menuduh keji adikmu dan menganiaya istri sendiri. Suami macam apa sebenarnya kau ini, jika tidak mencintai istrimu kenapa kalian tak bercerai saja?!"
"Memang itu maumu agar aku menceraikan Amirah dan kau langsung ingin menikahinya, ya 'kan!"
"Kau memang sudah gila!"
Alagar makin tersinggung tak terima atas ucapan adiknya. Baru saja hendak melayangkan tinju tapi teriakan kencang Amirah melerai perseteruan mereka.
"Hentikan Mas Alagar, hentikan, apa-apaan kalian ini kok jadi berkelahi?!"
Pandangannya menyapu ke wajah suami dan adik ipar. Belum lama ditinggal ke dapur membuat minuman tetapi kini mereka saling berselisih.
Alagar melepaskan cengkraman lalu membuang muka tak sudi melihat adiknya lagi. Aabid langsung mohon diri pamit pulang gara-gara dirinya makan malam jadi berantakan.
"Mba Amirah, terima kasih atas makanannya semua sungguh enak tapi hari sudah malam, aku harus pergi."
"Oh iya, Bid ,titip salam untuk Mama dan Papa secepatnya kami mengunjungi mereka dan membawa Bagas ke sana." Dia ingin mengantar adik ipar sampai ke teras namun dihalangi suami.
"Kita berdua harus bicara!" Alagar menarik kencang tangan istrinya menuju ke kamar.
Adiknya sempat melirik tajam menyaksikan langsung sikap kasar yang dilakukan sang kakak kemudian berlalu tanpa berkata apa-apa lagi. Keributan suami istri terjadi kembali di dalam kamar pribadi mereka.
Alagar menudingnya keras telah bercerita ke Aabid tentang kejadian pemukulan kemarin malam. "Kau itu istri menyusahkan berani mengadu domba antara kami berdua sampai seperti ini!"
"Tuduhanmu tak berdasar," elak Amirah membela diri. "Adikmu datang tadi sore dan melihat wajahku, walau sudah ku rias tidak bisa menghilangkan bekas tamparanmu!"
"Dasar istri sialan, jangan sampai hal ini terdengar kedua orang tuaku!"
"Aku tak pernah berbicara apapun tentang pernikahan kita yang gagal ke Aabid atau orang tuamu, kau yang sengaja tak mengajak mengenal mereka lebih jauh, mengurungku di rumah besar ini seperti dalam penjara."
Plakk!
Tamparan keras untuk kedua kali mendarat di pipi Amirah Lashira. Yang kemarin belum hilang rasa sakit hati kini dia harus merasakan kepedihan lagi.
Jari Alagar menunjuk ke wajahnya. "Mulai sekarang tak boleh bertemu siapapun, diam saja di rumah, tunduk dan patuh atas perintah suamimu!"
Dengan lirih Amirah meminta suami memenuhi keinginan yang terakhir kali. "Mengapa kau belum ceraikan aku, Mas? Itu lebih baik daripada kau marah-marah ga karuan seperti ini."
Alagar menatap sinis.
"Aku belum mau menceraikan dirimu, biar bagaimanapun kau itu ibu dari putraku. Aabid sengaja provokasi ini agar bisa mendekatimu, merampasmu dariku!"
Lalu melenggang pergi menuju ke sebuah klub malam menghabiskan waktu bersama jalang daripada harus bersama wanita pengadu.
Dasar istri tak tahu malu!
Tinggal Amirah seorang diri menangisi serpihan cinta kini tiada tersisa. Tuduhan keji harus menanggung malu terhadap adik iparnya sendiri. Aabid Barak Hakim pria yang baik dan lebih lembut dari kakaknya, tapi Amirah Lashira tak pernah menaruh hati padanya.
Sekarang dirinya tak memiliki siapapun untuk berbagi suka dan duka. Suaminya sangat membenci Melani dan Alex ditambah lagi Aabid adik kandungnya sendiri.
Entah pria macam apa yang dinikahi selama ini. Semena-mena ke istri terus saja menyia-nyiakan pernikahan mereka. Amirah Lashira merasa dilemma luar biasa.
***
"Ra, aku ke rumahmu ya, kangen nih ingin ketemu kamu dan Bagas," seru Melani di ujung telepon. Amirah kelimpungan tak tahu menjawab. Alagar membencinya, dia pun dilarang keluar rumah. "Hmm .. kita sekalian belanja yuk Mel, ketemu dan ngobrol di sana saja, gimana?" Alasan terbaik baginya berjumpa sahabatnya lagi. "Ga masalah, kebetulan aku juga mau belanja bulanan, ketemu di tempat biasa ya!" sahut Melani mengakhiri percakapan mereka. Amirah langsung memanggil pengasuh bersiap membawa Bagas ikut dengannya. Diam di rumah berhari-hari pun tak menyelesaikan masalah. Tingkah Alagar semakin arogan menutup diri. Pergi begitu pagi ke kantor dan selalu pulang terlambat. Anak istrinya seperti pajangan hiasan tak pernah dilihat maupun tegur sapa. Satu jam melewati jalanan padat merayap, tibalah di pusat perbelanjaan terkenal. Melani sudah menunggu dan mengajak langsung ke supermarket agar mereka punya banyak waktu berbicara ketika saat makan nanti. "Ra, apa kabarmu?" tanyanya ingin tahu.
Amirah dan Bagaskara akhirnya terbang ke Yogyakarta mengasingkan diri dari kepenatan dari pernikahannya yang gagal. Suaminya jelas mengkhianati berbuat curang atas hubungan dibangun selama empat tahun ini tanpa pernah ingin memperbaiki diri. Pergi dari kediaman Alagar Hakim jalan terbaik baginya agar tak melihat keburukan pria itu lagi, menjauhkan Bagaskara dari kerusakan moral yang dilakukan papanya. Kedatangannya tanpa pemberitahuan dan mendadak begitu mengejutkan Pakde dan Bude Bambang. Datang malam hari dengan penerbangan terakhir dan tanpa didampingi suami. Sesuatu pasti sedang terjadi! Pikir mereka di dalam hati. Kedua orang paruh baya itu saling melirik saat melihat Amirah hanya membawa sebuah koper besar sekaligus menggendong anak berumur tiga tahun terlelap tidur dalam buaian. Amirah mencium tangan mereka yang dianggap pengganti orang tua yang telah wafat. Kehadirannya kali ini tak ingin membebani hanya rehat sejenak sebelum melanjutkan kehidupan baru tanpa suaminya. Ba
Sepulang dari jalan-jalan ke pasar tradisional Amirah bergegas langsung ke dapur menemui Bude Tantri yang sedang sibuk mengiris daging ditemani Mbok Marsih menyiangi sayuran. "Bude, kok sepi. Di mana Pakde Bambang tak kelihatan dari pagi?" "Pakde ke Jakarta, Nduk," ujar Bude Tantri tersenyum. "Katanya ada pertemuan kolega bisnis, nanti sore juga pasti pulang pakdemu itu ga betah lama-lama di sana, panas dan macet!" Oh! Amirah menduga kepergian pakdenya bukan untuk bisnis tapi menemui suami dan mertua sejak dia bercerita soal kemelut pernikahannya. Dengan langkah gontai ke kamar yang sunyi sepi terasa di hatinya kembali. Bagas sedang dibawa bermain ke rumah sepupu Mas Guntur putra sulung pakde dan bude Bambang. Putri bungsunya Ayu bermukim di Solo langsung meluncur siang ini ke Yogya berniat menginap bersama keluarga menemani Amirah Lashira. Setelah sekian lama menikah tak pernah sekalipun Alagar mau diajak menemui keluarga istrinya di luar kota. Begitupun dia enggan belakangan in
Grr-- Amirah sialan! Geram Alagar marah bukan kepalang. Mobil mewah miliknya berhenti tepat di depan teras rumah berpilar tinggi indah. Kediaman Tuan dan Nyonya Andi Hakim begitu asri dengan taman luas. Belum lagi di halaman belakang yang luas terdapat kolam renang besar tempat mereka sering berkumpul termasuk pesta pernikahan megah Alagar Hakim dan Amirah Lashira. Sayang kini semua tinggal kenangan. Langkahnya sedang terburu-buru, orang tua dan mertuanya menunggu. Mereka saling terpaku saat beradu pandang di ruangan yang sama. Kebencian papanya begitu terlihat jelas. "Duduk, Alagar!" Tuan Andi Hakim tidak mau berlama-lama mendengar penjelasan putra sulung berbuat kurang ajar terhadap keponakan Pak Bambang Hadiningrat. Nyonya Nirmala Hakim memegangi lengan suami untuk tenang dan membiarkan putranya menghadapi mereka. "Papa, ada apa memanggilku ke sini?" Raut gelisah terlukis di wajah Alagar. Rahangnya menjadi kaku, otot tubuhnya ikut membeku. "Dasar anak brengsek!" maki Tuan Andi
Melani dan suaminya Alex berkunjung ke Yogya untuk menemui Amirah Lashira dan putranya Bagaskara yang menggemaskan. Tak terlihat bocah kecil itu merindukan sosok papanya malah lebih dekat Om Alex atau Om Aabid adik dari Alagar Hakim. Mereka bertemu di sebuah restoran agar tak mengganggu kerabat Amirah yang lain. Suami Melani mengajak Bagas ke tempat permainan anak-anak membiarkan istrinya mencurahkan perasaan bersalah ke sahabatnya. Pembicaraan wanita dari hati ke hati. "Ra, maafkan aku sungguh tak tahu jika pelakor keparat itu ternyata sepupuku Renata yang memang wanita murahan, dulu Mas Alex sering digodanya sebelum kami menikah." Melani terdiam sesaat sebenarnya malu menceritakan aib keluarga tapi sikap sepupu tak bisa dibiarkan lagi. "Sampai suatu hari tingkahnya keterlaluan mengajak calon suamiku bermalam ke apartemen mewah miliknya. Langsung ku damprat habis-habisan di depan keluarga Papa dan sejak itu kami berdua bermusuhan." Mendengar cerita tersebut membuat Amirah semaki
Jamuan makan malam bersama antara keluarga Andi Hakim dan Sastrawijaya terasa cukup menegangkan. Orang tua Alagar bersikap biasa meskipun calon menantu Renata mengajak mereka berbicara. Lirikan sinis Nyonya Nirmala Hakim terlihat begitu jelas sangat tak menyukai pasangan putra sulungnya, cuma Amirah Lashira pantas bersama Alagar Hakim bukan jalang betina itu yang berani merebut darinya. Sementara Tuan Andi Hakim sering mengalihkan pandangan berpura-pura menyimak obrolan di meja makan bersama calon besan Tuan Sastrawijaya dan Nyonya Sisca. Alagar duduk terpaku tak bersemangat menyantap makanan lezat diiringi kepedihan mendalam. Istrinya lugu sederhana telah diceraikan dua minggu lalu, dan putranya diboyong ke kota lain. Baru kali ini seumur hidupnya kesepian. Di kediaman besar serupa milik orang tuanya, tiada keceriaan tawa canda Bagaskara bermain berlarian bersama ibunya yang cantik jelita. Semua menghilang dalam sekejap. Penyesalan memang selalu datang terlambat. "Sayang, semi
"Bagas sama Eyang Uti dulu ya," rayu Amirah lembut ke putra kesayangan. "Mama mau bekerja bantu Eyang Kung, nanti sore pulang temui anak ganteng lagi." Kontan saja Bagaskara menangis kencang takut ditinggalkan ibunya pergi memeluk erat tak mau melepaskan sama sekali. Ada rasa bersalah dari diri Amirah Lashira, putranya masih kecil terpaksa merasakan kepahitan hidup setelah perceraian orang tuanya.Tak tega, tapi ibunya harus bekerja menghidupi masa depan mereka berdua."Sudahlah Nduk, Bagas ga pa-pa kok nanti biar Bude Tantri ajak main ke tempat Guntur di sana anak-anaknya juga sayang ke putramu." Senyum manis sang Bude mirip mendiang ibunya. Amirah jadi sedikit terhibur.Bagaskara akhirnya melunak mau digendong Eyang Uti berpura-pura mengambil makanan kesukaannya."Yuk, cah ganteng kita ke dalam, Eyang punya kue apa ya di dapur?!" serunya buru-buru memalingkan tubuh agar cucunya tak merajuk ke ibunya lagi.Lega sudah hati Amirah lalu bergegas menuju ke mobil. Pakde Bambang menanti p
Akhir pekan yang indah namun sayang dinodai kecemburuan tidak pada tempatnya. Ayu Hadiningrat putri bungsu Pakde dan Bude Bambang menyerang Amirah Lashira secara tiba-tiba.Turun dari mobil mewah dan bergegas memasuki rumah tanpa salam."Ra!" bentaknya kasar. "Apa yang kau lakukan terhadap suamiku Mas Bagus selama ini di kantor huh?!""Ayu, kau kenapa, memangnya apa yang ku lakukan ke suamimu?"Amirah terkejut sepupunya mendamprat di depan orang tua yang dihormati selama ini. Tuduhan gila apalagi yang ditujukan padanya.Pak Bambang menatap tajam ke putri bungsu dan ponakan. Sesuatu sedang terjadi di antara mereka berdua melibatkan menantunya tapi Mas Bagus tak ikut istrinya malah membiarkan Ayu sendiri menghadapi masalah.Di mana pria itu sekarang! Kecamnya kesal melihat kekisruhan melanda dua wanita muda di depan matanya. Sungguh tidak ada adab dan etika."Dasar janda sialan, senangnya menggoda suami orang!" tuding Ayu bertubi-tubi memekakkan telinga. "Hasil penjualan batik kau korup