Share

5. Dilemma

"Hai sayang, maaf aku pulang terlambat, untung saja kau batalkan makan malam di luar karena kerjaan kantor sangat banyak tadi," ucap Alagar sambil mencium kening sang istri.

Tak sengaja Amirah memalingkan wajah jengah diperlakukan keharmonisan palsu di depan adik ipar sedang asyik mengunyah di meja makan.

Aabid Barak Hakim memahami sikap kakak ipar enggan berdekatan Alagar lagi. Bekas tamparan tampak jelas di pipi Amirah Lashira. Bukan pintu penyebab utama namun telapak tangan suaminya yang menghantam kuat meninggalkan jejak otentik di sana.

"Oh, hei Bid, tumben kau kemari. Apa kabar Mama dan Papa?" Sapa Alagar tak menyadari kehadiran adiknya tadi. Istrinya biasa ditemani pengasuh atau asisten rumah tangga mereka.

"Biasalah aku cari makan malam gratis 'kan istrimu pandai memasak dan semua enak disajikan di meja ini, eh' Mas Alagar ga ikut makan?" pancing Aabid Hakim.

Penampilan kakak sulung luar biasa rapih seperti tak terjadi apa-apa di luar jam kantor tadi. Selingkuhannya bertebaran yang rela merogoh dompet demi memanjakan suami orang dan tubuh mereka ikut diserahkan.

Pria beristri memang memiliki sebuah kharisma berbeda terlihat mapan bertanggung jawab tapi tidak semua begitu. Bukti nyata itu ada di depan mata Amirah dan Aabid sekarang.

"Masakan istriku memang yang terbaik," pujian Alagar terdengar tulus. "Sayangnya, aku sudah makan sehabis rapat bersama klien tadi."

Amirah pun tak jadi menyendokkan nasi ke piring suami.

Nafsu makannya menghilang sesaat tercium wangi di pakaian Alagar berganti aroma menyengat bau parfum wanita. Siapa lagi kalau bukan Jessica, Renata atau jalang lain teperdaya ketampanan suaminya, berpelukan dan bermesraan, bahkan lebih dari itu!

Bergegas menuju dapur mengalihkan kekesalannya. "Tunggu sebentar ya Mas, aku ambilkan minum dulu dan tolong temani adikmu makan, kalian 'kan juga jarang bertemu belakangan ini."

Alagar senyum terpaksa di depan istrinya. Sepeninggal kepergiannya barulah bertanya perihal kedatangan adik menyebalkan sok ikut campur setiap kali mereka berjumpa.

"Mau apa kau ke sini, apa ga ada kerjaan lain selain mendekati kakak iparmu sendiri 'eh?!"

Suapan Aabid terhenti tak ingin menghabiskan seluruh isi piringnya lagi. "Apa maksudmu berkata begitu, Mas Alagar? Jangan pernah berpikir macam-macam karena aku sangat menghormati istrimu!"

"Hmm-- ku lihat mainan mobil di ruang tamu, apa kau pikir aku tak mampu membeli untuk putraku sendiri?!"

"Yang bilang kau hidup miskin itu siapa, Mas?! Aku cuma mampir ke sini menengok kalian dan ponakan saja, kau berdua itu jarang ke rumah Papa dan Mama lagi."

"Bilang saja ke mereka, aku sedang sibuk, istriku enggan diajak keluar sejak memiliki anak."

Alasan basi keluar dari mulut beracun Alagar Hakim yang lebih senang bersama selingkuhan daripada istrinya yang sah. Mengkhianati pernikahannya sendiri meskipun kebohongan sudah diketahui mereka.

"Terus siapa wanita yang menemanimu ke pusat perbelanjaan tadi huh?!" timpal Aabid secara sengaja.

"Dasar adik sialan, kau sengaja ingin memata-matai kehidupan pribadiku!"

"Mas, aku kenal penyanyi klub malam itu, urusan kerja sama apa kau dengannya kalau bukan masalah ranjang panas di antara kalian berdua ..."

Brakk-!

Meja makan digebrak keras. Alagar naik pitam.

Adiknya terlalu jauh mencampuri masalah kehidupan rumah tangganya dan Amirah Lashira. Sudah waktunya mengusir Aabid Barak Hakim pulang dan jangan pernah datang ke rumah kapanpun juga.

Dia sangat membenci adiknya sendiri. "Pergi dari sini atau ku seret kau keluar!"

Aabid Barak Hakim tegak melawan sikap arogan kakaknya. Kemarahannya telah memuncak sejak sore sengaja menunggunya pulang.

"Kau memukul Mba Amirah, bukan? Terlihat jelas pipi lebam oleh tangan kasarmu itu!"

Alagr langsung menyerang mencengkram keras kemeja adiknya. "Itu bukan urusanmu, apa sekarang kau jadi tertarik pada kakak iparmu sendiri? Keluarlah dari rumahku sekarang juga!"

Namun Aabid bukanlah pria pengecut terus melanjutkan ucapannya.

"Teganya seperti itu menuduh keji adikmu dan menganiaya istri sendiri. Suami macam apa sebenarnya kau ini, jika tidak mencintai istrimu kenapa kalian tak bercerai saja?!"

"Memang itu maumu agar aku menceraikan Amirah dan kau langsung ingin menikahinya, ya 'kan!"

"Kau memang sudah gila!"

Alagar makin tersinggung tak terima atas ucapan adiknya. Baru saja hendak melayangkan tinju tapi teriakan kencang Amirah melerai perseteruan mereka.

"Hentikan Mas Alagar, hentikan, apa-apaan kalian ini kok jadi berkelahi?!"

Pandangannya menyapu ke wajah suami dan adik ipar. Belum lama ditinggal ke dapur membuat minuman tetapi kini mereka saling berselisih.

Alagar melepaskan cengkraman lalu membuang muka tak sudi melihat adiknya lagi. Aabid langsung mohon diri pamit pulang gara-gara dirinya makan malam jadi berantakan.

"Mba Amirah, terima kasih atas makanannya semua sungguh enak tapi hari sudah malam, aku harus pergi."

"Oh iya, Bid ,titip salam untuk Mama dan Papa secepatnya kami mengunjungi mereka dan membawa Bagas ke sana." Dia ingin mengantar adik ipar sampai ke teras namun dihalangi suami.

"Kita berdua harus bicara!" Alagar menarik kencang tangan istrinya menuju ke kamar.

Adiknya sempat melirik tajam menyaksikan langsung sikap kasar yang dilakukan sang kakak kemudian berlalu tanpa berkata apa-apa lagi. Keributan suami istri terjadi kembali di dalam kamar pribadi mereka.

Alagar menudingnya keras telah bercerita ke Aabid tentang kejadian pemukulan kemarin malam. "Kau itu istri menyusahkan berani mengadu domba antara kami berdua sampai seperti ini!"

"Tuduhanmu tak berdasar," elak Amirah membela diri. "Adikmu datang tadi sore dan melihat wajahku, walau sudah ku rias tidak bisa menghilangkan bekas tamparanmu!"

"Dasar istri sialan, jangan sampai hal ini terdengar kedua orang tuaku!"

"Aku tak pernah berbicara apapun tentang pernikahan kita yang gagal ke Aabid atau orang tuamu, kau yang sengaja tak mengajak mengenal mereka lebih jauh, mengurungku di rumah besar ini seperti dalam penjara."

Plakk!

Tamparan keras untuk kedua kali mendarat di pipi Amirah Lashira. Yang kemarin belum hilang rasa sakit hati kini dia harus merasakan kepedihan lagi.

Jari Alagar menunjuk ke wajahnya. "Mulai sekarang tak boleh bertemu siapapun, diam saja di rumah, tunduk dan patuh atas perintah suamimu!"

Dengan lirih Amirah meminta suami memenuhi keinginan yang terakhir kali. "Mengapa kau belum ceraikan aku, Mas? Itu lebih baik daripada kau marah-marah ga karuan seperti ini."

Alagar menatap sinis.

"Aku belum mau menceraikan dirimu, biar bagaimanapun kau itu ibu dari putraku. Aabid sengaja provokasi ini agar bisa mendekatimu, merampasmu dariku!"

Lalu melenggang pergi menuju ke sebuah klub malam menghabiskan waktu bersama jalang daripada harus bersama wanita pengadu.

Dasar istri tak tahu malu!

Tinggal Amirah seorang diri menangisi serpihan cinta kini tiada tersisa. Tuduhan keji harus menanggung malu terhadap adik iparnya sendiri. Aabid Barak Hakim pria yang baik dan lebih lembut dari kakaknya, tapi Amirah Lashira tak pernah menaruh hati padanya.

Sekarang dirinya tak memiliki siapapun untuk berbagi suka dan duka. Suaminya sangat membenci Melani dan Alex ditambah lagi Aabid adik kandungnya sendiri.

Entah pria macam apa yang dinikahi selama ini. Semena-mena ke istri terus saja menyia-nyiakan pernikahan mereka. Amirah Lashira merasa dilemma luar biasa.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status