Share

Bertemu Tania

Author: Rini Annisa
last update Last Updated: 2023-02-16 21:20:40

Mas Adam mematuhi perintah dan segera mengeluarkan sampah. Aku coba ikut memeriksa, lalu saat menggasak sampah aku mengambil kond*m tadi. Kuacungkan ke atas tepat di depan wajah Mas Adam.

 

"Ini apa, Mas?" kataku mendelik. Terlihat wajah Mas Adam pucat pasi. 

 

"Anu, Ra. Mas nggak tau itu ada di sana, mungkin punya orang lain yang sengaja terbuang ke situ," jawab Mas Adam gugup. 

 

"Kamu nggak bohong, Mas?" tanyaku dengan mimik kesal, masih saja dia mengelak. 

 

"Nggak, Mas nggak bohong, Ra!" Mas Adam mulai berkeringat. 

 

"Bagaimana mungkin punya orang, ini 'kan dulu kantormu Mas. Atau mungkin ini memang punya kamu, iya 'kan?" kataku setengah membentak. 

 

Mas Adam tidak menjawab, dia hanya menundukkan wajahnya. Mungkin malu kedoknya dulu ketahuan olehku. 

 

"Berdiri, Mas! Aku mau menunjukkan sesuatu, mungkin yang ini nggak bisa buat kamu berbohong lagi," kataku sambil beranjak ke meja dan membuka laptop. 

 

Sekilas kulihat Mas Adam bangkit dengan grogi dan berjalan pelan ke arahku. Setelah kubuka rekaman, lalu kuhadapkan laptop itu ke depan Mas Adam. 

 

Seketika Mas Adam gemetar, terlihat jelas di rekaman itu dia dan Nilam sedang asyik memadu kasih. Dengan masih tak percaya, terus menatap layar. 

 

"Bagaimana, Mas? Apa masih bilang kalo di rekaman itu orang lain? Bukankah itu Mas dengan Nilam?" kataku masih berusaha tenang. 

 

"Jadi, beginilah kelakuan Mas selama ini. Kalian berdua sudah mengotori kantor ini dengan perbuatan mesum. Aku nggak tau mesti bilang apa pada almarhum Papaku, beliau pasti sedih melihatnya," ucapku sedikit terisak. 

 

"Ra, maafkan Mas! Dulu mas khilaf," Mas Adam coba meraih tanganku tapi segera kutepis. 

 

"Jangan sentuh aku, Mas. Aku sudah jijik padamu, aku nggak menyangka kamu serendah itu Mas. Apa kamu sudah melupakan komitmen kita, perjuangan kita mendapatkan ini semua, hah?" 

 

"Ra, Mas menyesal. Saat itu Nilam yang terus menggoda Mas ditambah desakan ibu, Mas nggak kuat menghadapinya," sesal Mas Adam tapi semua sudah terlambat. 

 

"Sudahlah Mas, penyesalan Mas nggak berguna lagi sekarang. Yang penting aku tidak menyesal telah bercerai darimu. Semua bukti ini sudah cukup untuk membuat aku terlepas darimu. Sekarang lanjutkan tugas Mas, bersihkan sampah itu dan buang!" titahku masih dengan suara keras. 

 

Aku tidak ingin lagi memberi Mas Adam kesempatan, dia sudah kuizinkan bekerja itu sudah beruntung buatnya. Di mana lagi dia harus cari kerja, paling cuma kerja serabutan. 

 

Aku terduduk lemas di kursi, rasanya belakangan ini sangat menguras emosi. Hingga aku merasakan capek di seluruh tubuh. Saat aku lagi melamun, terdengar ponselku berbunyi. 

 

"Halo." 

 

"Halo, Ra. Ini aku Tania, kamu lagi ngapain?" 

 

"Lagi di kantor, Nia. Ada apa tumben nelpon?" tanyaku males. 

 

"Kamu kenapa, Ra. Kok nggak semangat gitu, apa kamu sakit?" tanya Tania cemas. 

 

"Aku nggak sakit, cuma capek badan dan pikiran," jawabku. 

 

"Kebetulan aku ingin mengajak kamu ke spa untuk menyegarkan badan. Kamu mau 'kan, Ra?" 

 

"Ya, sudah. Kapan?" tanyaku lagi, memang ada bagusnya aku rileks dulu dari masalah ini. 

 

"Sekarang, aku sampai dalam dua puluh menit," ujar Tania kesenangan. 

 

"What? Sekarang? Jangan sekarang, Tania halo ..." Dasar, anak itu langsung main matikan ponsel saja. 

 

Sambil menunggu kedatangan Tania, aku memanggil Pak Budi. Setelah dia masuk aku menjelaskan tentang tugas baru bekas bosnya. 

 

"Pak Budi, saya mau keluar sebentar. Tolong urus kantor dan awasi kerja Adam di sini," pintaku padanya. 

 

"Pak Adam kerja apa, Bu?" tanyanya heran. 

 

"Karena dia memohon untuk tetap kerja di sini, saya menjadikan dia sebagai cleaning servis. Tapi cuma membersihkan kantor ini saja, jadi saya minta Pak Budi perhatikan gerak gerik Adam. Awas kalo pak Budi membantu dia!" ancamku sebelum pergi. 

 

"Iya, Bu. Saya akan laksanakan perintah ibu," katanya sembari mengangguk. 

 

Tania sudah menunggu di bawah, dia membawa mobil sendiri. Tania adalah sahabatku saat masih menjabat direktur dulu. Kami beda perusahaan tapi tetap menjalin hubungan. 

 

"Naik, Ra. Kita pake mobilku aja," kata Tania membukakan pintu mobil. 

 

"Tumben kamu ada waktu keluar, Nia?" tanyaku menatapnya heran. 

 

"Aku suntuk selalu kerja, Ra. Badan juga terasa lelah, suamiku menyuruh istirahat. Aku jadi memilih ke spa aja, lalu ingat kamu ya udah aku ajak sekalian," terang Tania menjelaskan. 

 

Aku mengangguk, Tania sahabatku yang baik. Dia beda dengan Nilam, walaupun Tania kaya tapi tidak sombong dan suka iri. Dulu dia suka juga sama Randy, tapi setelah tau Randy menyukaiku Tania memilih mundur dan menikah dengan suaminya yang sekarang. 

 

Kehidupan rumah tangganya juga baik, suaminya sangat menyayangi dirinya. Kadang terselip rasa iri dalam hatiku melihat Tania, beruntung Tania mendapatkan lelaki yang baik. 

 

"Ra, kamu kok menatap aku terus? Apa wajahku sudah jelek?" tanya Tania sembari memperhatikan wajahnya ke spion kecil. 

 

"Kamu masih cantik, Nia. Aku cuma iri melihatmu," kataku menghembuskan nafas dan menatap ke depan. 

 

Tania tertawa, mungkin dia heran. "Apa yang mesti kamu iri, kamu lebih cantik dan kaya dariku, Ra." 

 

"Kamu mendapatkan lelaki yang baik dan suami yang sangat menyayangi dirimu," kataku dengan mimik sedih. 

 

"Memangnya Adam nggak baik sama kamu? 'Kan rumah tangga kalian selalu mesra," ucap Tania yang belum mengerti keadaanku. 

 

Aku membuang napas kasar dan meremas kepala serta menyibak rambutku kebelakang. Aku belum menceritakan pada Tania masalah dengan Mas Adam. 

 

"Kami akan bercerai, Nia." 

 

Ciiittt ... bunyi ban mobil berdecit. Tania tiba-tiba menghentikan mobilnya. 

 

"Apa, bercerai? Jangan ngaco kamu, ah!" Tania kaget tak percaya. 

 

"Benar, Nia. Mas Adam memilih menikah lagi dan menduakan aku," ucapku dengan mata mulai berembun. 

 

"Memangnya kenapa sampai Adam menikah lagi? Kamu cantik dan punya semuanya, apalagi yang kurang?" 

 

"Justru karena aku belum hamil, Nia. Apalagi ibunya Mas Adam terus mendesak ingin menggendong cucu, aku bisa apa!" keluhku. 

 

"Jadi, kamu setuju Adam menikah lagi?" tanya Tania masih penasaran. 

 

"Terpaksa, awalnya aku kira Mas Adam akan menolak dan tetap mempertahankan tapi dia menyerah dan ya itu tadi aku tidak kuat. Saat pernikahan Mas Adam aku pergi dari rumah," kataku menjelaskan. 

 

Tania memelukku, memberi semangat dan dukungan buatku. "Kamu yang sabar ya, Ra. Mungkin Adam bukan lelaki yang baik buatmu, percayalah akan ada seseorang yang akan menjaga dan menyayangimu." 

 

Aku mengangguk dan mengusap air mataku yang sempat menetes. Tania melepaskan pelukan dan memegang tanganku. "Sudah, kamu masih ada aku sebagai sahabat. Kalo kamu butuh aku siap membantu." 

 

"Makasih ya, Nia. Semoga kita tetap bersahabat baik sampai tua," pintaku. 

 

"Aamiin, sudah kamu nggak usah sedih lagi. Mulai sekarang hidup bergembiralah dan oh ya apa kamu tidak mau mempertimbangkan seseorang?" pancing Tania sembari menjalankan mobil lagi. 

 

"Siapa?" tanyaku sambil menautkan alis. 

 

"Siapa lagi kalo bukan Randy. Kan dia cinta sama kamu, Ra," jawab Tania cekikan. 

 

"Oh, dia. Aku belum bisa membuka hatiku, Nia. Dari dulu aku hanya menganggap dia sahabat," kataku menunduk. 

 

"Dia setia sama kamu, Ra. Sekian tahun masih menunggumu, Randy pernah cerita padaku tentang perasaannya padamu. Dia sangat kecewa saat kamu menikah sama Adam, tapi demi kebahagiaanmu dia tetap mendoakan yang terbaik." Tania menjelaskan dengan mimik sedikit sedih. 

 

"Aku tau, Nia. Tapi saat itu aku cuma mencintai Mas Adam, hatiku lebih terpaut pada suamiku daripada Randy walaupun dia sebenarnya baik." 

 

"Sekarang terbukti Adam telah mengkhianatimu, Ra. Kamu bukalah hati untuk Randy, jangan sampai kamu menyesal kehilangan dia," ucap Tania menohok hatiku. 

 

Ah, Randy. Aku  juga ingin coba membuka hatiku padamu tapi untuk saat ini aku belum bisa, aku harus menyelesaikan masalahku dengan Mas Adam dulu. Tunggulah beberapa saat lagi, Randy, batinku terus berperang. 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Menikah

    Kasus itu terus bergulir ke meja hukum, pengacara Bimo menuntut perusahaanku untuk ganti rugi. Aku pun berkonsultasi pada Michael, pengacara yang ditunjuk Randy untuk membantuku. "Begini, sebenarnya Adam yang bertanggung jawab tapi karena saat itu Adam masih menjabat dan mengatasnamakan perusahaan. Mau nggak mau kamu juga harus ganti rugi, Ra!" Micahel menasehatiku menurut hukum yang berlaku. Untuk beberapa detik aku menimbang perkataan pengacaraku yang ada benarnya. Randy dan Tania memberi dukungan agar aku kuat. "Ra, ikhlaskan aja. Kamu juga tau, mana mungkin Adam bisa mengganti uang itu dengan keadaannya sekarang," saran Tania. Michael menunggu keputusanku, uang satu milyar itu tidak sedikit. Apalagi selama ini Adam banyak mengkorupsi uang perusahaan hingga yang tersisa di bank hanya sedikit. Randy yang tau aku galau pun menggenggam tanganku. "Kenapa, bicaralah!" "Aku mau mengganti tapi uang itu udah banyak dikorupsi Adam. Nggak cukup, Randy," jawabku sedih. "Pakai uangku, R

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Ditangkap polisi

    Tidak ada lagi nada protes dari seberang sana, Adam pasti sudah memutuskan sambungan. Mungkin saja dia shock setelah aku mengatakan akan melapor ke polisi terkait hutang yang dipinjamnya dengan menggadaikan perusahaan. Ah, masa' bodoh dengan keadaannya sekarang. Yang penting aku bisa menyelamatkan warisan dari almarhum papa. Usai menelepon, kuhembuskan sedikit napas lega. "Gimana, Ra?" tanya Tania. Aku baru ingat kalo Tania dan Randy masih di rumahku. Randy mendekat lalu duduk di sampingku dan menggenggam tanganku. "Jangan takut, kamu nggak sendiri. Ada Mas dan Tania yang akan membantumu." Senyuman dari Randy berhasil menenangkanku. Saat terpuruk seperti ini aku memang butuh sandaran. Untung saja aku punya sahabat yang pengertian seperti Tania dan Randy yang selalu ada buatku. **** Beberapa hari pasca pengusiran Adam, aku tidak mendengar kabarnya lagi. Entah tinggal di mana mereka aku juga tidak mau tau. Sementara itu suasana berjalan lancar di perusahaan. Walaupun keadaan ten

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Jual rumah

    Mataku membulat dilecehkan seperti ini lalu bangun dan menampar wajah lelaki itu. Plak! "Jangan kurang ajar anda!" pekikku lantang. Lelaki di depanku memegang pipinya yang kutampar tadi dengan rahang mengetat. Biar dia tau aku bukan wanita gampangan seperti pikiran busuknya itu. Gegas aku memanggil Pak Budi lalu dengan setengah teriak menyuruhnya masuk. Pak Budi menatapku dan klien itu bergantian dengan bingung. "Pak, antar tamu kita ini keluar!" titahku. "Baik, Bu. Mari, Pak!" ajak Pak Budi, tetapi lelaki itu bergeming. "Saya tidak akan keluar sebelum masalah kita selesai. Anda harus mengganti kerugian saya juga tamparan ini!" ucapnya tegas. "Saya sudah mengatakan semua, apakah anda belum paham? Tentang pinjaman itu sebaiknya anda menagih langsung dengan Adam. Karena uang itu tidak ada hubungannya sedikitpun dengan perusahaan. Saya akan beri salinan bukti pada anda nanti, tamparan itu juga hukuman anda yang sudah melecehkan saya. Anda lihat cctv di atas itu merekam semua perbua

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Dilecehkan

    Aku melemparkan ponsel begitu memutuskan sambungan telepon Mas Adam. Setelah Nilam ketahuan selingkuh, dia malah merengek ingin kembali. Huh, terbuat dari apa hatinya itu sama sekali tidak memikirkan perasaanku. Tidak, aku tidak akan kembali pada Adam sekalipun dia harus menangis darah. Jijik bila mengingat video memadu kasih mereka di kantor. Mungkin bukan saja di kantor melainkan tempat lain seperti di hotel. Lamunanku tersentak kala ponsel berdering, tadinya aku acuh saja pasti Adam lagi. Hingga tiga kali memanggil, akhirnya aku kesal tanpa melihat di layar langsung mengangkat. "Apalagi sih, Mas?" tanyaku ketus. "Ra, kamu kenapa?" Mendengar suara bariton yang berbeda di seberang sana membuatku terhenyak. Lelaki yang mengisi hatiku belakangan ini pasti kaget. "Maaf, Randy! Aku kira tadi Adam," jawabku sembari menghela napas. "Kenapa sama Adam sampai kamu kesal begitu?" "Biasa, Randy! Dia tadi nelpon bilang kalo Nilam sudah mengaku selingkuh dan ingin kembali padaku." "Lalu

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Rayuan Adam

    Pov Adam "Adam nggak mau, Bu! Adam jijik melihatnya sudah disentuh laki-laki. Kalo ibu mau cucu, ibu aja yang hamil!" ucapku ketus lalu masuk ke kamar dan membanting pintu. "Adam!" pekik ibu yang tidak aku gubris. Ibu terus menggedor pintu tapi aku sudah malas menanggapinya. Kepalaku pusing memikirkan semua, belum menemukan pekerjaan sekarang ditambah Nilam selingkuh. Aku menatap langit-langit kamar, meratapi nasibku yang terus sial sejak berpisah dengan Rara. Ya, seharusnya aku tidak gegabah dengan permintaan ibu yang ingin cucu. Akan tetapi, saat itu aku juga tidak bisa menolak kehadiran Nilam yang piawai menggodaku. Tadinya aku mengira Nilam mencintaiku dengan tulus. Nyatanya semua hanya topeng agar dia bisa menikmati kemewahan yang ada padaku. Dia tidak tau bahwa semua pemberianku itu adalah milik Rara. Tiba-tiba aku teringat kalo aku belum menjatuhkan talak pada Rara. Itu berarti aku masih punya kesempatan untuk kembali padanya. Lebih baik aku rayu saja Rara mulai sekarang.

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   POV Adam

    Pov Adam Aku tidak menyangka Nilam akan selingkuh di belakangku. Hatiku panas saat Rara, mantan istriku itu mengirim beberapa foto perselingkuhan Nilam dengan pria bule. Tadinya aku ingin menjebak Rara yang ketahuan berjalan bersama lelaki lain. Namun, malah aku yang dikejutkan dengan foto tersebut. Gegas aku pulang ke rumah untuk menanyakan kebenarannya pada Nilam. "Nilam ... Di mana kamu?" teriakku begitu masuk ke dalam rumah. "Ada apa sih, Dam? Pulang-pulang malah teriak," celetuk ibu keluar dari kamar. "Mana Nilam, Bu?" "Nggak tau, coba lihat di kamar kalian!" Aku membuka pintu kamar, lalu masuk lebih dalam tetapi tidak ada Nilam di kamar. Kemudian berjalan menuju dapur dan halaman belakang juga nihil. Huft, karena lelah aku jatuhkan badanku di sofa ruang tamu. Tanganku memijat pelipis yang pusing. Ibu yang sedari tadi diam memperhatikanku berlalu lalang pun heran. Mengambil ponsel di saku kemudian mendial nomor Nilam. Tersambung namun tidak diangkat, hingga sepuluh kali

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Pesan dari Adam

    Sambil menunggu Randy, aku membuka ponsel. Ada pesan masuk yang belum terbaca[Ra, ternyata kamu sama aja. Kita belum resmi bercerai tapi kamu udah dalam dekapan laki-laki lain] Aku mengernyitkan dahi membaca pesan itu. Apakah Adam yang mengirim? Lantas tau dari mana dia, aku pun celingukan ke sana kemari melihat apakah Adam ada di sekitar taman. [Nggak usah cari, Ra. Kamu nggak akan bisa menemukan aku, kamu tau kalo kamu juga selingkuh maka perceraian kita batal] ditambah emoticon menyeringai. [Terserah kamu bilang apa, Adam. Yang pasti aku akan tetap gugat cerai, ingat kesalahan kamu bukan satu tapi kamu juga korupsi di perusahaan kan!] balasku ingin menjebaknya. [Mana buktinya, Ra? Kamu jangan omong kosong, kalo aku korupsi pasti perusahaan nggak akan bertahan lama] [Kamu mau bukti, Adam? Ada kok, yang aku tau kamu korupsi demi Nilam kan. Oh ya bagaimana kabar Nilam sekarang? Apa dia udah hamil?] kutambah emoticon mengejek. [Kamu nggak perlu tau, Ra! Hubungan kami juga baik d

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Mendatangi pengacara

    Randy menghentikan mobilnya begitu tiba di depan kantor pengacara. Terlihat jelas papan nama di depan kantor, Pengacara hukum Michael Wibawa. "Halo Michael!" sapa Randy menjabat tangan sahabatnya. "Halo juga Randy, how are you?" tanyanya dengan logat kebarat-baratan. "Alhamdulillah, aku baik. Oh ya ini Rara yang kuceritakan itu," ucap Randy menunjuk diriku. "Beautiful, jadi ini wanita yang kamu cintai sekian lama? Apa kabar?" tangan Michael terulur ke arahku. Kulihat Randy jadi malu dan kikuk, aku juga kaget ternyata Randy menceritakan hal ini pada sahabatnya. Aku pun menyambut uluran tangan Michael. "Alhamdulillah, aku baik!" "Mari duduk dulu, aku siap mendengar kamu curhat!" Michael terkekeh. Setelah aku dan Randy duduk, Michael menghidangkan teh hangat. "Silahkan minum dulu, biar fresh pikiran," tawarnya. Ternyata pengacara ini ramah dan tau cara membuat orang nyaman. Pantas saja Randy memilih yang terbaik untukku. Tidak di ragukan lagi kemampuannya, selain cerdas Michael

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Nilam selingkuh

    "Ra, kenapa? Melihat siapa?" tanya Randy heran yang segera mengikuti pandanganku. "Kamu lihat, Randy. Itu rubah betina," jawabku tersenyum menyeringai. "Siapa rubah betina? Masak di restoran ada rubah?" Randy celingukan terus karena kaget aku mengatakan rubah betina. Aku tentu saja tertawa melihat Randy tak mengerti yang kumaksudkan. Randy semakin heran karena aku menertawakannya. "Maaf, rubah betina itu wanita loh. Dialah wanita yang sudah merebut Adam dariku," kataku menjelaskan. Randy manggut-manggut, lalu menelisik yang mana rubah betina itu. Saat mata Randy tepat melihat wanita yang kutunjukkan, barulah dia tau. "Wanita itu yang dinikahi Adam? Padahal kamu lebih cantik dari dia, Ra. Entah kenapa Adam bisa mencampakkanmu karena wanita itu," ucap Randy menggeleng tak mengerti. "Ya, karena aku belum hamil juga. Makanya ibunya terus mendesak ingin menggendong cucu, tapi tak disangka dia malah menikahi sahabatku," kataku geram. "Dia sahabatmu? Bagaimana mungkin seorang sahabat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status