Share

Bukti perselingkuhan

 "Aku bisa memaafkan semua kesalahanmu, tapi tidak dengan pengkhianatan. Apa kamu itu bodoh atau nggak tau diri, Mas. Selama ini Papa dan aku sudah banyak berkorban untuk keluargamu. Rumah Mas dibangun Papa menjadi megah, bahkan perusahaan ini pun dipercayakan Papa padamu. Namun, ini semua balasan yang kamu beri untukku? Dengan menikahi sahabatku sendiri dengan dalih ingin punya anak, kamu tega merampas kebahagiaanku." Akhirnya kata-kataku meledak di depannya. 

Biar Mas Adam tau, tidak bisa berbuat seenaknya. Agar dia ingat siapa dulu jati dirinya yang dari miskin menjadi kaya. 

"Tapi Mas terpaksa, Ra! Ibu mengancam akan pergi kalo Mas nggak mau menikahi Nilam, saat itu kenapa kamu menyetujui Mas menikah kalo akhirnya menyesal," sergah Mas Adam mulai emosi. 

"Aku hanya ingin menguji kamu, Mas. Ingin melihat sampai di mana kesetiaanmu padaku. Tapi, yang aku lihat justru kamu yang menyerah dan ingin menikah," ucapku membela diri. 

"Sudahlah, sekarang aku tak ingin mendengarkan apa-apa lagi darimu, Mas. Aku akan menyiapkan surat perceraian kita, kamu tinggal tanda tangan aja." Aku keluar dari ruangan rapat meninggalkan Mas Adam yang masih terpekur sedih. 

Memasuki kantor yang sudah bersih, kini yang terpampang di meja adalah namaku. Aku segera memanggil Pak Budi lewat telepon. 

"Permisi, Bu," kata Pak Budi begitu masuk. 

"Duduk!" 

"Sekarang Pak Budi mau gimana, masih mau bekerja atau tidak?" tanyaku. 

Pak Budi orang kepercayaan Mas Adam, sebenarnya aku ingin mengganti dirinya menjadi asistenku. Namun, aku ingin memberinya kesempatan. Kalo memang bisa dipercaya akan tetap menjadi asisten, jadi aku memberinya waktu. 

"Saya masih ingin bekerja, Bu. Saya membutuhkan pekerjaan ini demi keluarga saya," jawab Pak Budi gugup. 

"Pak Budi sudah lama bekerja dengan Mas Adam, apa saya bisa mempercayai kamu menjadi asistenku dan tidak menyeleweng?" kataku tegas. 

"Pak Budi pasti tau konsekuensinya jika menyeleweng. Saya minta jadikan Pak Adam itu sebagai contoh, sebagai suami sendiri saya tak segan memberinya pelajaran apalagi kamu!" ancamku menakuti Pak Budi agar dia bisa berubah memihakku. 

"I-iya Bu. Saya akan setia pada ibu, saya mohon jangan pecat saya!" ujarnya ketakutan. 

Sebenarnya aku juga tak ingin menjadi orang jahat yang menakuti semua orang. Namun, berada di perusahaan ini harus tegas agar tidak ada lagi yang buat ulah. Perusahaan ini juga di bangun Papa dengan susah payah, jadi aku ingin perusahaan ini terus berdiri. 

"Bagus, pegang perkataan pak Budi. Sekarang berikan saya data perusahaan selama dipimpin Adam," titahku. 

Pak Budi segera membawa berkas map semua data dan proyek kerjasama. Sebagian ada di selipan barang Adam, setelah minta izin Pak Budi mengambil berkas laporan itu. 

"Oh, ya Pak. Saya mau tanya, apa perusahaan kita sedang butuh pekerja entah itu satpam atau cleaning servis?" tanyaku. 

"Ada, Bu. Cleaning servis bagian membersihkan kantor ini belum ada. Pak Adam tidak mengizinkan siapapun membersihkan kantornya, kecuali satu orang, Bu," kata Pak Budi pelan hampir berbisik. 

"Oh, siapa dia. Pria atau wanita?" tanyaku keheranan. Mas Adam ternyata banyak menyimpan rahasia. 

"Wanita, Bu. Namanya kalo nggak salah saya dengar Lam ...." 

"Nilam?" potongku cepat. 

Pak Budi mengangguk, "Iya, itu Bu. Nilam nama wanita itu. Dia sering datang ke kantor ini. Pak Adam melarang saya untuk lapor pada ibu," kata Pak Budi gugup takut aku marah lagi. 

"Kurang ajar, ternyata selama ini diam-diam Mas Adam telah selingkuh di belakangku," ucapku geram tanpa peduli kalo Pak Budi masih di situ. 

"Trus, apa aja pekerjaan yang dilakukan wanita itu di sini?" tanyaku ingin mengorek lebih dalam lagi. 

"Selain membersihkan kantor, Pak Adam melarang tiap hari jam satu siang siapapun tidak boleh mengganggunya di kantor. Tapi Pak Adam tidak sendiri, Nilam selalu berada di dalam. Saya tidak tau, Bu apa yang mereka lakukan di dalam. Namun, banyak pegawai yang mendengar suara desahan dari kantor Pak Adam." 

"Kenapa Pak Budi tidak melapor pada saya, hah?" Aku menjadi emosi. 

"Maaf, Bu. Pak Adam melarang katanya akan memecat saya kalo saya melapor," ujarnya gugup kembali. 

"Ya sudah, kembalilah bekerja. Oh ya, panggil Adam kemari," kataku memberinya perintah. 

Pak Budi segera keluar, aku dengan gesit mengecek seluruh ruangan kantor ini. Ingin mendapatkan bukti atas perkataan Pak Budi tadi. Setengah ruangan sudah aku geledah tapi semua bersih, lalu mataku tertuju pada tong sampah. Untunglah belum sempat dibuang Pak Budi tadi. 

Aku pijak bagian bawah tong sampah hingga tutupnya terbuka sendiri. Di dalamnya banyak sampah kertas dan plastik, tapi tunggu ada yang ganjil. Di bawah tumpukan sampah ada seperti benda karet mirip stoking. 

Lalu dengan menggunakan sarung tangan, aku mengambil benda itu. Terkejut aku melihatnya, ternyata benda itu adalah kond*m. Pasti ini yang telah di pakai Mas Adam selama ini dengan Nilam. 

Begitu jauhnya hubungan mereka, sebelum menikah sudah melakukan perbuatan terlarang. Kamu lihat saja Mas, aku akan buka semua kelakuanmu. 

Secepatnya kumasukkan benda itu ke tong sampah. Sebelum Mas Adam masuk, aku akan berpura-pura tidak tau. Selain benda itu apalagi bukti yang harus kucari, aku berpikir sambil mendongak ke atas. Terlihat sebuah CCTV, ya pasti perbuatan mereka terekam juga. 

Segera kubuka laptop dan mencari data rekaman CCTV. Semua terekam dari tanggal sekian, karena penasaran aku buka mulai dari enam bulan yang lalu. 

Terlihat di rekaman itu, Nilam masuk ke ruangan Mas Adam membawa rantang makanan. Pasti dari sini Nilam sudah merayu Mas Adam, lalu tanpa malu Nilam mendekati kursi Mas Adam. Tangannya menggerayangi tubuh lelaki yang masih berstatus suamiku. 

Aku sangat jijik melihat kelakuan Nilam dan tidak menyangka sahabatku begitu rendah sampai menggoda suami orang. Lalu rekaman berikutnya terlihat perkembangan, Mas Adam mulai tertarik dan menerima pancingan Nilam. 

Di situ Nilam mulai menghasut Mas Adam dan memutar balikkan fakta curhatanku padanya. Hingga rekaman sampai yang terakhir, perkataan Pak Budi benar. Aku melihat sendiri, Mas Adam dan Nilam berzina di kantor ini. 

Sungguh tidak tau malu mereka, berbuat seperti itu di kantor dan banyak yang mendengar. Ya Allah, untung saja aku sudah berpisah dengannya sebelum semuanya jatuh ke tangan Mas Adam. 

Terdengar pintu kantor diketuk, setelah kupinta masuk terlihat Mas Adam yang masih lunglai. 

"Duduk, Mas!" 

"Kamu bilang masih mau bekerja di sini 'kan, oke aku izinkan. Kamu hanya menjadi cleaning servis, tapi cuma membersihkan kantor ini aja. Paham, Mas?" kataku dengan dada menahan gemuruh akibat mendapat kejutan tadi. 

Mas Adam mengangguk lesu dan pasrah. Aku tidak menghiraukannya, sudah bagus dia kuberi pekerjaan daripada menjadi gembel. 

"Sekarang Mas mulai pekerjaan, buka jasmu dan buang sampah di tong ini," titahku padanya.

Dia lalu membuka jas dan dasi, kini hanya tinggal kemeja. Digulung hingga sampai siku, lalu beranjak menuju tong sampah. Setelah itu akan keluar tapi kucegah. 

"Tunggu, keluarkan semua sampah di lantai itu. Barangkali ada data yang terbuang," ujarku beralasan untuk menjebak dan membuatnya terkejut. 

Mas Adam mematuhi perintah dan segera mengeluarkan sampah. Aku coba ikut memeriksa, lalu saat menggasak sampah aku mengambil kond*m tadi. Kuacungkan ke atas tepat di depan wajah Mas Adam.

"Ini apa, Mas?" kataku mendelik. Terlihat wajah Mas Adam pucat pasi. 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Harumi Aina
Parah banget ini lakinya, ceraikan aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status