Share

Jejak dalam Kabut

Auteur: Syamwiek
last update Dernière mise à jour: 2025-05-10 18:00:48

Di ruang rapat lantai dua gedung Juhar Group, Zain berdiri menghadap papan presentasi digital yang memuat jadwal proyek “Altavira Tower”, salah satu proyek prestisius perusahaan yang selama enam bulan terakhir justru berubah menjadi beban besar. Anggaran membengkak, kontraktor mundur, dan progres hanya berjalan tiga puluh persen.

"Site engineer-nya mundur tiga minggu lalu. Project manager-nya malah cuti mendadak dan belum kembali," lapor Niko yang duduk di ujung meja, membuka catatan di tabletnya. “Dan—ada indikasi beberapa vendor fiktif yang disisipkan sejak awal tender.”

Zain menarik napas pelan. “Berarti ada permainan kotor di dalam,” gumamnya, setengah pada dirinya sendiri.

Semua kepala di ruangan diam. Beberapa menunduk, yang lain pura-pura sibuk melihat berkas.

Zain mengalihkan pandangan. “Bu Retno, saya minta data lengkap semua transaksi keluar masuk untuk proyek Altavira sejak awal penandatanganan. Hari ini.”

Wanita setengah
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (8)
goodnovel comment avatar
Odelia HerRa
bagus zain, buanglah mantan pada tempatnya, jgn pernah memberi celah untuk maretta masuk dan mengacaukan hidupmu lagi,
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
ada apalagi maretta menghuhungi zain ngajak balokan setelah pengkhianatan
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
keren zain kamu emang cerdas ehh tapi setahu aku emang banyak hantunya si proyek itu zain bukan hal yg baru tapi kamu pinter menyelesaikannya zain proud of you zain
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Kutukan Mantan Terindah   Kabut yang Menepi

    Sinar pagi menyelinap lewat celah tirai ruang rapat gedung Juhar. Tak ada hujan, tak ada terik. Hanya langit mendung yang menggantung diam—seolah menunggu sesuatu. Seperti perusahaan ini, yang selama sebulan terakhir berdiri di ambang batas antara kejatuhan dan kebangkitan.Zain berdiri di depan layar proyektor, dasinya sedikit longgar, lengan kemeja digulung rapi. Di belakangnya, grafik pertumbuhan proyek Altavira terpampang jelas. Angka-angka yang dulu stagnan kini menunjukkan kemajuan signifikan. Tak hanya itu, laporan keuangan juga bersih, transparan—hasil kerja keras tim investigasi internal yang dibentuk sejak krisis tercium."Per hari ini, semua vendor fiktif sudah ditindak. Tiga kepala divisi yang terlibat sudah mengundurkan diri, dan proses hukum sedang berjalan," ujar Zain, tenang namun mantap.Ruang sunyi. Para direksi mendengarkan dengan wajah serius, sementara Papi Barra duduk di ujung meja, menatap putranya tanpa menyembunyikan rasa bangga.

  • Kutukan Mantan Terindah   Rumah yang Kupilih

    Hujan turun pelan-pelan malam ini. Gerimis seperti tirai tipis yang menggantung di antara langit kelabu dan bumi yang basah. Di dapur rumah mungilnya yang penuh dengan aroma coklat, Zura tengah menyeduh teh sambil melirik ponselnya yang terus bergetar sejak tadi pagi. Nama "Amma Gista" terpampang berkali-kali di layar. Dia tahu apa yang akan dibicarakan.Dan kali ini, Zura tak bisa lagi menghindar.“Zura, pulanglah, Nak,” suara Amma Gista terdengar lembut tapi tegas lewat sambungan telepon. “Saudaramu semakin sering menanyakanmu. Rumah ini terlalu sepi tanpa kamu.”Zura diam, menatap jendela kaca kecil yang mengarah ke halaman belakang. Hujan masih turun, menetes di atas seng yang berderit pelan.“Amma, aku bukannya nggak kangen,” jawab Zura pelan, “Tapi rumah ini—tempat ini, aku bangun sendiri. Setiap bata, setiap lukisan di dinding, setiap lembar cicilan—itu bagian dari perjuanganku.”Amma Gista terdiam sejenak di seberang. “Kamu nggak

  • Kutukan Mantan Terindah   Tangan yang Saling Menguatkan

    Di pagi buta, Zain tiba di lokasi proyek Altavira Tower. Cuaca cerah, tapi hatinya tetap dipenuhi awan kekhawatiran. Investigasi yang dia lakukan bersama tim audit internal menemukan lebih banyak celah daripada yang diperkirakan. Material yang tidak sesuai spesifikasi, laporan pembelian ganda, hingga dokumen pengadaan yang tak bisa dilacak. Skandal ini bisa mengguncang fondasi kepercayaan publik pada Juhar Group.Saat langkahnya memasuki area kantor lapangan, matanya menangkap sosok yang kini mulai akrab di hati dan pikirannya.Zura sedang berdiri di depan dinding contoh interior mock-up, helm putih menyembunyikan sebagian wajahnya, sementara tangannya sibuk mencatat sesuatu di tabletnya. Tatapannya serius, bahkan sinar matahari pun tampak segan menyentuhnya.“Zura,” sapa Zain, suara baritonnya menelusup lembut.Zura menoleh. Wajahnya langsung mengembang senyum saat mengenali siapa yang memanggilnya. “Zain. Sudah dari tadi di sini?”“Baru

  • Kutukan Mantan Terindah   Antara Harapan dan Luka Lama

    Zain memasuki gerbang rumah utama keluarga Juhar. Rumah megah bergaya klasik modern itu berdiri anggun, seolah tak pernah tersentuh krisis apapun. Tapi di dalamnya, ada riak-riak halus yang mulai menggema lagi—tentang masa depan, tentang pilihan, dan tentang luka yang belum selesai.Mami Narumi sudah menunggu di ruang keluarga dengan secangkir teh hijau favoritnya dan camilan yang biasanya hanya dikeluarkan saat tamu penting datang.“Zain,” sambutnya hangat, “akhirnya kamu datang juga.”Zain mencium tangan Maminya, lalu duduk di sebelahnya. “Maaf baru sempat mampir, Mi. Tadi rapat audit sampai malam.”“Tak apa. Mami bangga sekali kamu bisa mengendalikan rapat sebesar itu. Papi kamu cerita, semua orang akhirnya mendengarkan kamu.”Zain hanya tersenyum kecil. Matanya lelah, tapi mendengar nada bangga dari Maminya sedikit meredakan penat.Mami Narumi menepuk pelan punggung tangan putranya. “Kamu tinggal saja malam ini. Kamar kamu ma

  • Kutukan Mantan Terindah   Titik Nol

    Ruang rapat tampak dingin, meski suhu ruangan pas. Bukan karena AC, tapi karena suasananya yang tegang. Beberapa staf dan manajer proyek duduk tegak, sebagian menghindari tatapan Zain yang berdiri di ujung meja.“Terima kasih sudah hadir,” suara Zain terdengar tenang tapi berlapis baja. “Kita langsung ke pokok masalah: proyek Altavira Tower. Audit internal menemukan sejumlah kejanggalan laporan keuangan dan progres kerja.”Semua menoleh ke layar. Zain menekan remote, menampilkan grafik perbandingan antara dana yang keluar dan kemajuan di lapangan. Ada gap besar—terlalu besar.“Saya ulangi pertanyaannya yang sudah saya kirim sejak kemarin,” lanjutnya. “Siapa yang menyetujui pembelian material tiga kali lipat harga pasaran?”Sunyi.Wajah Zain tak berubah. “Pak Roni?”Manajer lapangan, Pak Roni, menelan ludah. “Itu vendor pilihan divisi logistik, Pak Zain. Kami cuma eksekusi.”“Kalau begitu, kepala logistik mana?”

  • Kutukan Mantan Terindah   Jarak yang Menghilang

    Kedai Kopi Tua di Sudut KotaPukul 18.45 WIBAroma kopi arabika dan kayu manis menyambut Zain ketika dia membuka pintu. Suasana kedai kecil itu hangat dan tenang, jauh dari hiruk-pikuk proyek dan tekanan keluarga. Di salah satu sudut dekat jendela, duduk seorang perempuan dengan rambut dikuncir rendah, menunduk menatap laptopnya.Zura.Zain berjalan mendekat, mengetuk meja pelan. “Sudah pesan?”Zura mengangkat kepala dan tersenyum kecil. “Sudah. Aku pesankan es kopi hitam buat kamu.”Zain duduk di seberangnya, meletakkan map kerja di kursi sebelah. “Kamu mulai hafal, ya?”“Kamu terlalu gampang ditebak, Zain.”Zain tertawa lirih. “Gitu ya?”Zura menutup laptopnya. “Tapi aku heran, kamu ngajak ketemu bukan di kantor atau site project. Aneh.”“Aku cuma—pengen ngobrol. Bukan sebagai project manager dan desain interior. Tapi sebagai Zain dan Zura.”Zura diam sejenak. Lalu mengangguk. “Baiklah. T

  • Kutukan Mantan Terindah   Di Balik Pilar Altavira

    Altavira Tower – Proyek Juhar Group Langit Jakarta belum sepenuhnya cerah ketika Zain tiba di lokasi proyek Altavira Tower. Angin pagi membawa aroma semen basah dan suara bising alat berat yang sudah mulai bekerja. Helm proyek telah terpasang di kepalanya, rompi kuning mencolok membalut tubuh tegapnya. Niko, sang asisten, menyusul dengan map dokumen di tangan. “Mas Zain, ini dokumen deviasi anggaran bulan lalu. Ada dua vendor yang belum kasih laporan lengkap.” Zain menerima map itu tanpa berkata apa-apa, matanya menelusuri setiap sisi proyek megah yang pernah digadang-gadang sebagai “permata masa depan Juhar Group.” Tapi dibalik kemegahannya, ada rasa ganjil yang terus mengusik. “Yang aneh,” lanjut Niko, “Vendor interior sempat ganti subkontraktor tanpa pemberitahuan. Dan progres pekerjaan di lantai 12–15 sangat lambat dibanding lantai lainnya.” Zain mengangguk. “Aku mau lihat langsung ke atas. Siapkan safety harness, kita naik ke la

  • Kutukan Mantan Terindah   Jejak dalam Kabut

    Di ruang rapat lantai dua gedung Juhar Group, Zain berdiri menghadap papan presentasi digital yang memuat jadwal proyek “Altavira Tower”, salah satu proyek prestisius perusahaan yang selama enam bulan terakhir justru berubah menjadi beban besar. Anggaran membengkak, kontraktor mundur, dan progres hanya berjalan tiga puluh persen. "Site engineer-nya mundur tiga minggu lalu. Project manager-nya malah cuti mendadak dan belum kembali," lapor Niko yang duduk di ujung meja, membuka catatan di tabletnya. “Dan—ada indikasi beberapa vendor fiktif yang disisipkan sejak awal tender.” Zain menarik napas pelan. “Berarti ada permainan kotor di dalam,” gumamnya, setengah pada dirinya sendiri. Semua kepala di ruangan diam. Beberapa menunduk, yang lain pura-pura sibuk melihat berkas. Zain mengalihkan pandangan. “Bu Retno, saya minta data lengkap semua transaksi keluar masuk untuk proyek Altavira sejak awal penandatanganan. Hari ini.” Wanita setengah

  • Kutukan Mantan Terindah   Pertemuan di Lantai Beton

    Debu tipis menari bersama angin siang di tengah lokasi proyek pembangunan gedung perkantoran di kawasan pusat kota. Suara dentuman palu, mesin bor, dan suara keras pekerja saling bersahutan membentuk harmoni khas dunia konstruksi. Zain berdiri di dekat papan denah proyek sambil menekuk lengan. Kemeja putihnya sudah ternoda sedikit debu, tapi tak mengurangi wibawa yang terpancar dari sikap tenangnya. Dia sedang berbincang dengan salah satu site manager ketika matanya terpaku pada sosok wanita di kejauhan. Gadis itu mengenakan helm putih dan rompi safety berwarna oranye terang. Rambutnya yang diikat rapi dan langkahnya yang penuh percaya diri begitu akrab. Dan ketika sosok itu menoleh— “Zura?” ucap Zain, nyaris tanpa sadar. Zura menoleh dan matanya sedikit membulat. “Zain? Kamu ngapain di sini?” “Aku yang harusnya tanya begitu,” jawab Zain sambil menghampiri. “Kamu ngapain di tengah-tengah proyek kayak gini?” Zura terse

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status