Kutukan Mantan Terindah

Kutukan Mantan Terindah

last updateLast Updated : 2025-05-09
By:  SyamwiekUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
13 ratings. 13 reviews
12Chapters
35views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Zain punya segalanya, kecuali cinta. Entah mengapa, setiap pacarnya akan menyelingkuhinya! Puncaknya adalah tunangan Zain juga melakukan hal yang sama! Saat sedang frustasi, Zain teringat akan kesalahannya pada mantan kekasihnya—Aletta. Diputuskan sepihak, gadis itu pernah mendoakannya agar tak bisa bahagia dengan siapa pun! Apakah kutukan itu nyata? Lantas, bagaimana nasib Zain selanjutnya? Spin-Off 'Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya Yang Arogan'

View More

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Kania Putri
eh ketemu lagi sama zura ini wah gak sangka ya ternyata dia tim desain interior perusahaan makin sering ketemu dong nantinya Zain dan zura
2025-05-10 00:59:29
1
user avatar
Kania Putri
wah Zain kamu keren banget bisa pecahkan masalah yg ada ini bikin investor balik lagi dan mau berinvestasi. nah sekarang kamu buktikan ke papimu kalo kamu sukses perusahaanmu juga berjalan dengan baik sukses juga nantinya
2025-05-10 00:54:32
1
user avatar
Kania Putri
makin penasaran pol sama zura ini Siapakah dia ini kenapa kata2 dan motivasi dia selalu membekas di Zain. bener banget sekarang pilihan hidup ada di tanpamu loh Zain
2025-05-10 00:48:30
1
user avatar
Kania Putri
Zain kamu keren banget biar kata udah keluar dr perusahaan tapi kamu tetap mau bantu perusahaan keluarga biar gak pailit ini harusnya kamu bangga loh bara. lah ampun cobaan apa lagi ini sekarang malah perusahaannya sendiri yg kena masalah
2025-05-10 00:42:41
1
user avatar
Kania Putri
harusnya kamu bangga bara sama Zain liat tuh Zain mampu membungkam Adrian kicep kan dia. kedatangan zura di acara ultah perusahaan bawa angin segar ya ini. lah napa ada maretta juga sih bikin badmood sumpah
2025-05-10 00:36:12
1
user avatar
Kania Putri
koq aq curiga sih dengan gagalnya proyek Zain ini ada campur tangan bara gak sih biar Zain kembali lagi ke perusahaannya
2025-05-10 00:29:16
1
user avatar
Kania Putri
berat banget ini memang memulai semuanya dari awal tapi aq yakin kamu mampu ini. duh lagi2 zura ya kata2 kamu mampu membangkitkan semangat Zain ini
2025-05-10 00:23:40
1
user avatar
Kania Putri
makin penasaran aq sama zura ini siapa sih dia astaga kayanya dia mengenal dengan baik siapa Zain ini. kata2 zura bikin kamu tertampar gak sih Zain ya kan
2025-05-10 00:18:03
1
user avatar
Kania Putri
lah ketemu lagi sama zura sebenarnya siapa sih dia ya duh jodoh kali ya. eh papa bara napa kamu menekan Zain biar aja dia menentukan jalan hidupnya tanpa embel2 nama keluarga ini
2025-05-10 00:13:28
1
user avatar
Kania Putri
lepas dari maretta si mami malah mau jodohkan Zain sama aisyah ini duh mam mending Zian langsung yg cari jodohnya ini lagian kalo gagal lagi apa keluarga kalian gak tambah malu. nah Zain cerita tuh sama mamimu ya bisa di bilang karma sih buat kamu ini
2025-05-09 16:55:08
1
user avatar
Kania Putri
bagus mang kudunya batal pernikahan ini udah gak sehat juga hubunganya. eh zura kamu tiap di jodohkan kabur terus ya wkw. mah loh Zain kamu pernah menyakiti siapa ini sampai tuh orang kesel terus ngucap kaya gitu ingat ucapan itu doa loh
2025-05-09 16:49:18
1
user avatar
Kania Putri
ya ampun Zain aq di selingkuhi astaga getok juga ini marreta dah sih tinggalin aja cewe murahan kaya gitu sibuk kamu jadikan alasan mendua ish apa ini. eh ketemu zura ya wah apakah ini jodohnya Zain ini sama2 dipertemukan dalam kondisi yg hampir sama terluka karena cinta
2025-05-09 16:41:46
1
user avatar
Kania Putri
wah cerita baru akhirnya yeayyyy selalu suka sama karya kak syamwiek ini pastinya ceritanya bagus semua
2025-05-09 16:08:42
2
12 Chapters
Pahit
"Ah... Kamu mah..." Mendengar suara familiar, Zain membeku. Lewat celah pintu, dia dapat melihat Maretta—tunangannya—duduk di atas meja kerja. Bajunya setengah terbuka. Dan di hadapannya, seorang pria—Zain tahu betul siapa—Kepala Divisi Produksi, lelaki flamboyan yang dulu pernah dia curigai, tapi selalu ditepis Maretta dengan tawa kecil. Mereka terlalu tenggelam dalam kenikmatan untuk menyadari pintu tak sepenuhnya tertutup. Untuk menyadari tatapan lelaki yang hatinya remuk seketika. Zain menahan napas. Tapi tubuhnya menolak berpura-pura. Tangannya gemetar dan membuat kotak velvet itu terjatuh. Bros berinisial M itu meluncur ke lantai, menimbulkan bunyi kecil—namun cukup membuat Maretta menoleh. “Z-Zain?!” Bahkan, pria di hadapannya buru-buru menarik kembali resletingnya--membiarkan Maretta yang mencoba mengejar Zain. Langkah kaki Zain bergema di koridor lantai lima belas. Napasnya terengah, bukan karena lelah, tapi karena dadanya seperti ditekan batu besar. Suaranya te
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more
Skandal yang Terbuka
Waktu di kafe seolah berhenti berdetak. Zain dan Zura, seperti yang dia sebut dirinya hari ini—sudah tidak sekedar duduk bersama. Mereka larut dalam percakapan. Aneh, sebab tidak ada dari mereka yang biasanya mudah membuka diri. Tapi entah kenapa, dengan orang asing ini, keduanya merasa aman. “Aku baru batal nikah,” kata Zain, enteng. Tapi Zura menangkap nada getir di ujung kalimatnya. Zura menoleh, alisnya naik. “Baru saja batal? Kayak—minggu ini?” Zain tertawa pendek. “Tiga hari lalu. Tunanganku selingkuh di ruang kerjanya.” Zura membeku sejenak. “Kamu lihat sendiri?” Zain mengangguk. “Aku datang bawa kabar kalau fitting baju pengantin dipercepat. Tapi ternyata, dia sudah fitting—emosi dengan pria lain. Di kantor.” Dia menyeringai hambar. “Klasik, ya?” Zura menelan ludah. Ada rasa bersalah tak berdasar. Dia belum bisa percaya pria di depannya bisa bercerita setenang ini tentang luka sedalam itu. “Maaf—” bisiknya pelan. Zain hanya mengangkat bahu. “Udah lewat. ” Zur
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more
Mungkin Karma
Zain duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop yang berisi laporan proyek yang hampir gagal. Dia bukan lagi direktur utama di Juhar Group, perusahaan konstruksi besar milik keluarga. Keputusan itu dibuatnya dua tahun lalu, saat hatinya lebih memilih prinsip ketimbang kekayaan dan kekuasaan yang ditawarkan Papi Barra. Kini, dia memimpin sebuah perusahaan kontraktor kecil yang meskipun stabil, tak bisa dibandingkan dengan kemewahan Juhar Group. Hidupnya terasa datar, seolah berjalan tanpa arah, meskipun di luar sana segala sesuatunya tampak sempurna. Keluarga besar, harta melimpah, dan semua yang seharusnya bisa membuatnya bahagia—kecuali satu hal: dirinya sendiri. Dia merasa terperangkap antara kenyataan yang harus dijalani dan mimpi-mimpi yang perlahan memudar. Tiba-tiba pintu kantornya terbuka dengan keras. Mami Narumi, ibu kandung Zain, masuk dengan ekspresi serius—lebih serius dari biasanya. “Mami, ada apa?” tanya Zain tanpa menoleh, matanya masih terpaku pada layar lapto
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more
Kursi Kekuasaan
“Aku nggak butuh itu, Papi,” ucap Zain, suaranya nyaris seperti gumaman. Tapi cukup tajam untuk menusuk udara yang menegang di ruang kerja megah rumah keluarga Juhar.Papi Barra memijat pelipisnya, menahan amarah yang hampir meledak. “Kamu sudah dua tahun buang waktu dengan perusahaan kecil itu, Zain. Berapa proyek yang kamu garap? Dua? Tiga? Bandingkan dengan apa yang bisa kamu capai di sini, dengan nama Juhar di belakangmu!”Zain mendongak. Matanya tidak gentar. “Justru karena itu, Pi. Aku ingin buktiin, aku bisa tanpa nama itu.”“Kamu ini keras kepala atau bodoh?” Suara Papi Barra meninggi. “Nama besar itu bukan kutukan, itu warisan. Kamu pikir hidup ini cuma soal membuktikan ego?”Zain menghela napas. Dalam-dalam. Nyaris putus asa, tapi tetap tak ingin menyerah. “Kalau aku kembali sekarang, semua yang sudah aku bangun bakal dianggap gagal. Dan aku—akan benar-benar jadi bayangan Mami dan Papi seumur hidup.”Hening beberapa detik.Papi Barra menatap anak sulungnya dengan pandangan s
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more
Takdir Bertemu
“Lucu, ya,” ucap Zain sambil mengaduk mie-nya yang sudah mulai dingin. “Kita dipertemukan lagi di tengah situasi yang absurd.” Zura menyandarkan punggung ke kursi kayu yang mulai aus itu. “Mungkin semesta memang suka bercanda. Atau mungkin kita memang belum kelar.” Zain menatapnya. “Belum kelar?” Zura tidak langsung menjawab. Dia menatap keluar jendela, melihat hujan yang mengguyur trotoar. Ada sekilas murung di wajahnya, tapi cepat dia sembunyikan. “Aku juga kabur dari nama besar keluargaku,” katanya akhirnya. “Tapi aku nggak punya keberanian seperti kamu, ninggalin semuanya.” Zain mengangkat alis. “Kamu tahu soal itu?” Zura menoleh. “Tahu. Kamu nggak sadar, berita soal kamu keluar dari Juhar dua tahun lalu itu sempat viral di kalangan bisnis?” Zain mendesah. “Kupikir setelah keluar dari sana, aku bisa tenang. Ternyata tekanan lebih berat datang dari orang-orang yang harusnya paling ngerti.” “Termasuk Pak Barra?” tebak Zura tajam. Zain menatap gadis di hadapannya dengan mata
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more
Langkah Yang Goyah
Langit siang terasa berat, meski mentari bersinar penuh di atas kepala. Udara kota Jakarta yang padat tak membuat semangat Zain naik sedikit pun. Tangannya menggenggam laporan keuangan dengan wajah muram. Kantor kecil yang dia sewa di bilangan Cipete mendadak terasa sesak, seolah semua beban dunia bertumpuk di atas pundaknya.“Mas Zain,” panggil Niko, asisten merangkap staf keuangan yang setia menemaninya sejak awal membangun usaha ini. “Vendor material dari Bekasi nelpon lagi. Mereka ancam mau stop pengiriman kalau belum ada pembayaran minggu ini.”Zain menghela napas pelan. “Kita udah minta tenggat waktu tambahan minggu lalu, kan?”Niko mengangguk dengan canggung. “Iya, dan mereka udah kasih. Ini udah lewat tiga hari. Kita nggak bisa minta maaf terus, Mas.”Zain menatap angka-angka di laporan itu. Minus. Lagi-lagi defisit. Beberapa proyek kecil yang mereka tangani baru akan cair pembayarannya dua bulan lagi. Sementara cicilan alat berat, gaji karyawan, dan sewa kantor mengejar dari
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more
Tanpa Nama Belakang
Pagi di proyek Bekasi terasa panas meski matahari baru naik sepenggalah. Zain turun dari mobil dengan langkah cepat, sepatu boots-nya langsung disambut tanah berdebu dan aroma semen. Dia langsung mencari kepala tukang. “Pak Rano mana?” tanyanya pada salah satu pekerja. “Di belakang, Pak, lagi cek plesteran,” jawab pria itu dengan suara tergesa. Zain melangkah cepat, menyibak papan-papan triplek dan menyapa para tukang yang bekerja setengah mengantuk. Begitu menemukan Pak Rano, Zain tak langsung marah, tapi nada suaranya tegas. “Kenapa progres lambat? Klien sudah mengeluh. Minggu ini harus ada lompatan signifikan atau kita kehilangan proyek.” Pak Rano, pria setengah baya dengan wajah lelah, menghela napas. “Pak, tukang kita kurang. Yang biasanya ngerjain bagian atas, malah cuti mendadak. Belum lagi bahan baru datang kemarin sore. Nunggu itu bikin kerja mandek dua hari.” Zain mengangguk. “Oke, saya akan kirim tambahan tukang dari proyek lain. Tapi tolong jaga tempo kerja. Jangan n
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more
Di Balik Sorot Lampu
Ruang ballroom hotel bintang lima itu dipenuhi cahaya hangat dan denting gelas kristal. Ornamen megah bergaya klasik menghias langit-langit, sementara alunan musik live jazz mengisi udara dengan atmosfer elegan. Ulang tahun ke-75 Juhar Group benar-benar digelar besar-besaran. Zain datang mengenakan setelan abu gelap tanpa dasi, rapi tapi tidak terlalu resmi, seperti ingin menunjukkan bahwa dia hadir bukan sebagai pewaris keluarga Juhar, melainkan sebagai dirinya sendiri. Banyak mata meliriknya—beberapa dengan rasa ingin tahu, lainnya dengan penghakiman diam-diam. Dia menyusuri ruangan, menyapa beberapa orang yang dia kenal, lalu berhenti di dekat meja minuman. Sekilas matanya menangkap sosok Papi Barra yang sedang berbicara dengan seorang pria berkepala botak, jas mengkilap, dan senyum sinis. Zain mengenalnya: Adrian Yasa, pemilik PT Sentraco, kompetitor lama Juhar, yang pernah tersandung kasus tender proyek rumah sakit. Zain meneguk air putihnya. Entah kenapa firasatnya buruk. Be
last updateLast Updated : 2025-04-24
Read more
Guncangan Tak Terduga
Suasana pagi ini seharusnya biasa saja. Tapi tidak bagi Zain. Kemarin, ia tak berhasil menemukan Zura.Belum lagi, ponselnya berdering berkali-kali sejak fajar, bersamaan dengan satu notifikasi berita berhasil membuatnya kehilangan selera makan: “Proyek reklamasi Juhar Group di pesisir Selatan ditolak! Nilai kerugian diperkirakan mencapai triliunan.” Tanpa pikir panjang, dia mengambil jas dan kunci mobil, lalu meluncur menuju kantor pusat Juhar Group. Tangannya mengepal di kemudi, kepalanya penuh asumsi. “Kenapa Papi nggak bilang? Kenapa baru tahu dari media?” Sampai di gedung Juhar, dia tak peduli pada resepsionis yang mencoba menahannya. “Maaf, Pak Zain, direksi sedang rapat tertutup!” “Tertutup kepala kamu,” gumam Zain. Dia melangkah cepat. Setiap langkahnya penuh desakan emosi. Tangannya mendorong pintu ruang rapat besar, membuat semua kepala di ruangan sontak menoleh. Papi Barra ada di sana, duduk di tengah deretan direksi. Wajahnya lelah, matanya merah. Tapi sorot mata
last updateLast Updated : 2025-04-24
Read more
Hujan di Tengah Kota
Zain berdiri di depan gerai kopi tua di sudut Jalan Cempaka, tangannya sibuk menutupi layar ponsel dari tetesan hujan gerimis. Hari ini benar-benar kacau. Setelah berhasil menyelamatkan wajah Juhar Group, pagi ini dia harus menelan pil pahit—perusahaan kecilnya hampir bangkrut. Investor utama mundur. Klien potensial juga menunda semua proyek. Pukulan bertubi-tubi membuatnya nyaris kehabisan napas.Dia mengangkat wajah. Aroma kopi, roti bakar, dan hujan seolah menariknya masuk ke dalam kedai yang tampak sepi itu. Sebuah pelarian kecil sebelum dia memutuskan langkah besar berikutnya.Dan di sanalah dia.Zura.Duduk di pojok ruangan, mengenakan sweater abu-abu, tangan kanannya memegang buku catatan yang penuh coretan tinta. Kepalanya sedikit tertunduk, rambutnya dikuncir asal-asalan. Tapi wajahnya damai, seperti biasa. Dunia boleh gaduh, tapi Zura seperti tidak pernah terbawa gelombang.Zain ragu beberapa detik sebelum akhirnya menghampiri.“Kamu pengikut cuaca hujan juga, ya?”Zura meno
last updateLast Updated : 2025-04-24
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status