Share

Pergi Dalam Damai

Penulis: Syamwiek
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 11:16:19

Setiap kabar baik selalu diikuti dengan kabar buruk—begitulah kenyataan yang harus diterima Zura pagi ini.

Zain baru saja kembali dari luar kota. Wajahnya lelah, tapi ada secercah lega terpancar dari matanya. Dia menatap Zura yang duduk di teras belakang rumah, ditemani secangkir teh yang uapnya masih menari perlahan di udara pagi.

“Zura,” ucap Zain sambil menarik kursi dan duduk di sampingnya. “Ada kabar baik.”

Zura menoleh, alisnya terangkat. “Apa?”

Zain tersenyum kecil, lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan berita dari media online. Judulnya jelas: Evelin Valley Ditangkap Polisi Atas Dugaan Penipuan, Pemalsuan Dokumen, dan Penggelapan Dana.

Zura membaca cepat, lalu menutup mulutnya dengan tangan. Matanya membelalak, lalu pelan-pelan berubah jadi senyum—senyum yang melebar seiring dengan air matanya yang mengalir.

“Akhirnya—” gumamnya lirih. “Akhirnya, dia ditangkap juga.”

Zain mengangguk. “Semua bukti yang kita kumpulkan selama ini cukup kuat. Dia nggak bisa menghindar lagi.”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
ah kasihan zura... berita bahagia seakan ga seberapa dibanding kan dengan berita meninggalnya Aisha
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
disini serapuh-rapuhnya zura yang selalu mengalah, sebenernya lebih rapuh lagi si aisha. dulu mungkin selalu dihantui dan di banding2an dengan sang kakak, akibatnya timbul rasa iri, benci dan terobsesi untuk bisa mengalahkan sang kakak.
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
ya ampun nyesek ga sih? pasti zura bakal selalu di hantui rasa bersalah karna kemarin melaporkan sang adik yang berujung masuk RSJ dan akhirnya meninggal. padahal itu semua bukan salah dia.semua ini kerjaan evelin dan andrian.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kutukan Mantan Terindah   Isi Surat Aisha

    Kak Alletta Kenzura Valley—Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi aku ingin kau tahu, aku menulis ini bukan untuk mencari pembelaan. Hanya ingin jujur—untuk pertama kalinya.Aku lelah jadi bayanganmu. Setiap orang selalu membandingkan aku denganmu. Mereka bilang kamu lebih lembut, lebih pintar, lebih disayang. Dan yang paling menyakitkan, orangtua kita pun melihatmu lebih daripada aku.Aku sendiri bahkan lupa kapan terakhir kali Amma mendengarkan curhatku tanpa menatap layar ponselnya. Appa hanya tahu memerintah dan berteriak. Sementara kamu? Kamu punya Kak Zain. Sejak kecil. Dia selalu ada. Selalu membuatmu tertawa. Dan aku… hanya iri.Iri sampai marah. Marah sampai benci. Aku bahkan sempat berpikir: andai kamu tidak ada. Mungkin aku bisa bahagia. Mungkin Kak Zain bisa melihat aku. Mungkin semuanya akan lebih adil.Aku ingin kamu tahu… ya, aku pernah berniat mencelakai kamu. Aku ingin merebut Kak Zain hanya agar kamu tahu rasanya kehilangan. Tapi aku juga ingin kamu tahu: aku me

  • Kutukan Mantan Terindah   Camping Keluarga

    Ketika suara deru mobil terdengar dari halaman depan, Zura langsung menyunggingkan senyuman. “Zain pulang,” gumamnya sambil menoleh ke arah Amma Gista.Tak lama, pintu terbuka. Zain melangkah masuk dengan kemeja putih yang sudah sedikit kusut dan rambut yang tampak diacak angin. Tatapannya langsung mencari sosok Zura, tapi kemudian terhenti pada wanita yang duduk di samping tunangannya.“Amma Gista?” Zain tersenyum lebar, menghampiri. “Senang akhirnya bisa ketemu lagi.”Amma Gista berdiri dengan kikuk, namun menyambut uluran tangan Zain. “Amma juga senang akhirnya bisa bertemu kamu, Nak. Terima kasih sudah menjaga Zura selama ini.”Zain Mengangguk. “Dan kalau Amma belum ada agenda malam ini, kami semua akan camping di taman belakang. Ikut, ya. Pasti seru.”Amma Gista menggeleng kecil sambil tersenyum sopan. “Wah, rasanya nggak enak. Amma pasti akan mengganggu waktu kalian.”Zura langsung menoleh. “Amma, ikut, ya? Camping ini bukan cuma tentang aku dan Zain. Tapi tentang kita. Keluarga

  • Kutukan Mantan Terindah   Kebahagiaan Beruntun

    Cuaca Jakarta hari ini begitu cerah, seolah ikut menyambut sesuatu yang penting. Zura kini sedang berada di ruang tamu kediaman keluarga Juhar, mengenakan blus putih sederhana dan celana kulot krem. Rambutnya dikuncir rapi, wajahnya tanpa riasan berlebih—namun justru di sanalah letak kecantikannya terpancar.Sejak siang tadi, dia sudah merasa harinya akan berbeda. Mungkin karena akan camping dibelakang rumah dengan Zain—agenda yang terus menerus tertunda. Atau mungkin juga karena hatinya memang sedang dalam keadaan paling ringan setelah perjalanan penuh kejutan dan haru di danau bersama Ayah Ravi dan Papi Barra.Tepat menjelang senja, suara mobil terdengar di pelataran rumah. Beberapa langkah kaki terdengar dari luar, lalu pintu dibuka oleh salah satu asisten rumah tangga.“Zura, Ayah datang—”Zura menggerakan kursi rodanya. Dan saat melewati ambang ruang tamu, dia berhenti. Matanya langsung menangkap sosok wanita cantik berbalut setelan warna dusty rose, rambut sebahu yang kini mulai

  • Kutukan Mantan Terindah   Kejutan Hampir Gagal

    Zura menggigit bibirnya, seolah ragu harus berkata apa. Matanya melirik ke danau, lalu kembali menatap kedua pria paruh baya yang masih berdiri mematung dengan sorot tak percaya. Detik itu, dia tahu tidak bisa menyembunyikannya rahasianya lebih lama lagi.Dengan nafas tertahan, dia menurunkan tongkat pancing perlahan, lalu berdiri lebih tegak. “Aku udah bisa jalan, Ayah, Papi,” ucapnya pelan. “Sudah hampir dua minggu, sebenarnya.”Ayah Ravi nyaris terjatuh ke belakang kalau saja tidak sempat berpegangan pada bangku lipat di sampingnya. “A-a-a—apa? Dua minggu?”Zura menunduk, seperti anak kecil yang ketahuan menyimpan rahasia besar. “Aku sengaja nggak bilang siapa-siapa. Bahkan ke Zain pun enggak.”Papi Barra mengerutkan kening. “Kenapa disembunyiin, Sayang? Ini kabar luar biasa, Zura! Ini mukjizat!”Zura mengangguk pelan. “Iya, aku tahu. Makanya aku mau jadikan ini kejutan. Buat Zain. Buat kita semua, sebenarnya. Tapi terutama buat dia—di hari pernikahan kami nanti.”Dia menatap merek

  • Kutukan Mantan Terindah   Tuan Putri Zura

    Selesai sarapan, Zura baru saja hendak kembali ke kamarnya ketika Papi Barra muncul sambil membawa jaket dan topi miliknya. Di belakangnya, Ayah Ravi sudah berdiri dengan kunci mobil di tangan, wajahnya penuh semangat seperti anak kecil yang mau jalan-jalan ke taman hiburan.“Kita pergi sekarang,” kata Ayah Ravi, matanya menyipit nakal ke arah Zura.“Ke mana?” tanya Zura bingung, bahkan belum sempat menyentuh lip balm yang biasa dipakainya sebelum keluar rumah.“Rahasia,” jawab Ayah Ravi sambil melirik Papi Barra.Papi Barra menepuk pelan bahu Zura. “Pokoknya kamu bakal ngerasain sesuatu yang belum pernah kamu rasain selama ini.”Zura mengerutkan kening. “Zain ikut juga?”Pertanyaannya langsung dibalas gelengan kepala dari Ayah Ravi. “Tidak. Zain lembur hari ini.”Zura melongo. “Hari Minggu?”“Justru itu,” sahut Papi Barra dengan senyum penuh konspirasi. “Biar dia nggak ganggu misi kita.”Zura akhirnya tertawa kecil, setengah tak percaya tapi juga tak ingin membantah. Rasa penasaranny

  • Kutukan Mantan Terindah   Kabar Dari Ayah Ravi

    Setelah kematian Aisha, hubungan Zura dengan kedua orangtuanya semakin renggang. Bukan karena Zura menjauh, tapi karena Appa Gio dan Amma Gista yang memilih pergi jauh. Mereka tidak lagi tinggal di Indonesia. Appa Gio kembali ke Dubai, tanah kelahirannya. Amma Gista ikut menetap di sana beberapa waktu sebelum akhirnya berpindah ke London untuk urusan pekerjaan. Zura sempat berusaha mempertahankan komunikasi. Mengirim pesan, video call, bahkan mengirimkan bingkisan kecil saat ulang tahun mereka. Tapi usahanya tak membuahkan hasil. Balasan makin jarang, panggilan sering tak dijawab, dan setiap percakapan terasa dingin. Seolah mereka semua sedang pura-pura baik-baik saja padahal sudah ada retakan yang tak bisa disembunyikan. Namun, Zura tidak lantas merasa kehilangan arah. Karena di tengah kehampaan itu, ada keluarga baru yang mencintainya tanpa syarat. Mami Narumi yang cerewet tapi hangat, Papi Barra yang tenang dan penuh kasih, bahkan Zivanya yang meski kadang jahil tapi selalu ada. M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status