Tentu saja, masalah akan selalu datang dalam hidup sebagai pewarna kehidupan. Masalah berat akan terasa ringan saat ditanggung bersama, saat ada orang yang mau memberikan dukungan meski hanya dengan keberadaannya. Dan, itulah yang terjadi pada hidup Kyra semenjak ia bertemu dengan Raka. Dulu, rasanya ia bisa mengakhiri hidupnya kapan saja. Tapi, kini ia memutuskan untuk terus bertahan dan berjuang karena ia sudah memiliki orang-orang yang berharga. Raka sebagai suaminya, Arden sebagai anaknya dan Raka, sang bunda yang sudah berubah, dan kedua mertuanya yang selalu perhatian.Semenjak Mahesa Group bergabung di baqah D'Kratos, ada banyak sekali perubahan yang sangat baik yang membuat Mahesa Group yang sempat menurun akibat kasus Pratama pun bisa kembali naik dengan sangat cepat. Dalam waktu 1 tahun saja, semua sudah kembali stabil. Kyra bahkan bisa melakukan pekerjaan remot dari jarak jauh. Ia pun punya banyak waktu yang bisa ia habiskan bersama Arden dan Raka. "Babe." Kyra menoleh dan
Langit terlihat mendung berat. Udara di Bandung pun terasa semakin dingin. Meski sudah memakai jaket tebal, Kyra masih bisa merasakan dinginnya udara yang menembus jaket hingga ke tulang-tulangnya. Ia harus segera pulang sebelum hujan turun. Ia tak bawa payung, padahal ia harus berjalan kaki 15 menit untuk tiba di apartemennya.Ojek online? Tidak, Kyra lebih memilih untuk jalan kaki sehari-harinya. Baginya, itu buang-buang uang, sekalipun membayar 15-20 ribu tak akan membuatnya mendadak miskin. Menurutnya, jalan kaki lebih sehat."Loh, Neng Kyra."Langkah Kyra terhenti, padahal baru lima langkah ia keluar dari gedung fakultas. Ia menoleh ke arah suara datang, mendapati sejumlah lelaki berkumpul. Kyra mengenal semuanya, meski mereka adalah senior-seniornya. "Halo, Aa-Aa," sapa Kyra sambil menebarkan senyumnya. Bukan karena ia perempuan kegatelan yang suka tebar pesona sana-sini, tapi ia memang seramah itu pada semua orang. Semua juga tahu bahwa Kyra seramah itu.
Daripada disebut Dewi Matahari, perempuan itu lebih pantas disebut sebagai Dewi Perang Athena. Ia memang cantik, tubuhnya indah meski tidak begitu tinggi seperti seumurannya dan termasuk dalam kategori sangat kurus untuk tingginya. Melihat Dewi Matahari itu mampu melawan preman-preman itu hampir sendirian, hanya itu yang bisa Raka pikirkan.Saat Raka sibuk tercengang melihat betapa indahnya melihat Dewi Matahari bertarung di kegelapan, Raka menyadari seorang preman hendak menyerang Dewi Matahari dengan sebuah tongkat yang entah datang dari mana. Tubuh Raka spontan mendekati arena pertarungan itu, bermaksud untuk membantu Dewi Matahari, bukan menolong. Ia tahu bahwa Dewi Matahari tidak membutuhkan bantuan dirinya.Buagh!!Setelah menahan tongkat yang diayunkan itu yang hampir menghancurkan kepala Dewi Matahari, Raka menghantamkan tinjunya tepat di tengah wajah preman itu. Ia bahkan dapat merasakan tinjunya telah meretakkan tulang hidung preman itu. Ia lupa mengurangi
Kyra memang orang yang mudah akrab dengan orang baru, dan ia juga pandai mencairkan suasana. Meski sepanjang perjalanan mereka Raka tidak banyak bicara, namun Kyra merasa suasana di antara mereka tidaklah canggung. Bahkan, menurutnya, Raka cukup asing diajak bicara. Ada banyak topik yang sama-sama mereka suka, karena itulah suasananya cukup baik.Raka mengantarnya sampai di depan unitnya, bahkan menunggunya sampai masuk ke dalam unit. Kyra masih dapat melihat Raka dari lubang intip di pintu untuk beberapa saat sebelum lelaki kikuk itu pergi. Baru kali ini ada lelaki yang begitu bersikap baik dengan tulus padanya. Selama ini, Kyra hanya bertemu laki-laki yang mendekatinya karena fisik dan sifatnya untuk menjadikannya target pacar. Pertemuan dengan Raka tidak akan ia lupakan. Mungkin, baru kali ini Kyra merasa nyaman bersama seorang laki-laki.Kyra menjatuhkan tubuhnya di sofa dan berbaring di sana dengan kedua kaki diangkat ke atas lengan sofa. Ia pusing sampai kepalanya
Hasil pemeriksaan bulanan kali ini tidak bagus, bahkan termasuk yang paling buruk yang pernah Kyra dapatkan. Ia hanya bisa menghela nafas sepanjang perjalanan kembali dari rumah sakit. Ia merasa tak punya muka untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Mereka akan sangat marah. Bukan, bukan karena mengkhawatirkannya. Mereka memang tak pernah menyukai dirinya yang telah menjadi kelemahan untuk keluarganya, terutama ayah dan perusahaan sang ayah.Sebenarnya, kalau tidak diminta pulang, Kyra memilih untuk langsung kembali ke Bandung atau menginap di hotel barang semalam untuk sekedar stay-cation sambil meratapi hasil pemeriksaannya. Tapi, kali ini ia harus pulang ke rumah kedua orang tuanya, karena ini sebuah perintah. Ia tak punya hak untuk melawan dan membantah, ia hanya memiliki kewajiban untuk menuruti kedua orang tuanya.Ia tidak tahu masalah apa lagi yang telah ia perbuat sampai ayahnya meminta langsung padanya untuk pulang. Ia yakin dirinya tak habis melakukan kesalah
Urusan persiapan sidang untuk minggu depan sudah selesai, jadi Raka memutuskan untuk pulang ke Tangerang dan bersantai sejenak sebelum kembali ke Bandung untuk berperang agar dapat lulus. Kebetulan, Vino juga pulang ke Jakarta, jadi Raka tak perlu sendirian di apartemen.Tiga hari lalu, saat Raka baru tiba di rumah, ia langsung diberitahukan oleh papa mamanya bahwa ia harus ikut pada acara pertemuan dengan keluarga Presiden Mahesa Group, yaitu pasangan Pratama Mahesa dan Nirmala Ambarawati. Raka tidak tahu tujuannya, tapi ia tahu pasti bahwa ia diajak mungkin untuk dikenalkan sebagai calon penerus perusahaan. Tapi, pagi tadi, saat mereka sekeluarga sarapan bersama, Raka pun diberitahu tujuan sebenarnya pertemuan itu."K-Kyrana?!" seru Raka spontan kala melihat perempuan cantik berbalut gaun selutut itu berdiri di antara Pratama Mahesa dan Nirmala Ambarawati. Raka sudah cukup dibuat terkejut dengan pemberitahuan papa-mamanya bahwa ia dijodohkan. Dan, ia semakin terkejut
"Ky-Kyra..."Kyra benci hidup diatur-atur. Sejak kecil, hidupnya selalu diatur. Ia tidak bisa bebas menentukan apa yang dia mau. Ia didoktrin oleh Pratama dan Nirmala. Hal itu membuatnya stres. Ia beberapa kali berpikir untuk bunuh diri, tapi ia selalu takut untuk melakukannya. Perjodohan kali ini pun sama. Ia tak menyangka bahwa jodoh sehidup-sematinya akan ditentukan oleh orang tuanya, bukan Tuhan. Padahal, ia selalu menginginkan yang namanya cinta pertama dan terakhir."Aku nggak suka dijodohin. Aku capek jadi bonekanya Ayah dan Bunda," sebut Kyra. Ia pun menatap Raka dengan tatapan dalam. Tak ada senyum di sana, hanya ada kesuraman. "Kakak mau dijodohin kayak gini?"Raka tak langsung memberikan jawaban. Kyra tahu bahwa Raka ragu, seakan ia takut memberikan jawaban yang salah. "Tujuan perjodohan ini adalah kerja sama bisnis. Jika perusahaan kami bisa bekerja sama dengan Mahesa, kami akan diuntungkan. Mahesa juga akan diuntungkan dengan kerja sama ini. Aku terima
Tok. Tok. Tok.Kyra membuka pintu unit apartemennya. Ia yang sebelumnya sedang sibuk di dapur untuk membuat sarapan sampai terburu-buru dan tak sempat melihat ke lubang intip di pintu. "Ya?" Ia tercengang begitu melihat siapa yang berdiri di depannya. "Kak Raka?!" serunya.Raka telah kembali pada penampilan berantakannya, seperti saat Kyra bertemu dengannya pertama kali. Kyra sebenarnya tidak peduli dengan penampilan Raka, tapi ia tetap tak menyangka bahwa Raka bisa menjadi dua orang yang berbeda dengan kepribadian yang berbeda juga tergantung dengan penampilannya. Saat ini, Raka telah kembali menjadi Dewa Kegelapan yang suram dan vibes yang terasa negatif."Ka-Kakak ngapain?" tanya Kyra terbata saking terkejutnya. Meski sudah tiga hari berlalu semenjak mereka dipertemukan untuk diperkenalkan, tapi Kyra tetap belum terbiasa dengan keberadaan Raka di dekatnya. "Ini masih jam 6 pagi, loh.""Laper. Ayo, beli sarapan," ajaknya."Eh?" Kyra tercengang tak percaya.