Share

L'Automne DU Coeur/VIII

Author: Veedrya
last update Last Updated: 2021-06-17 23:57:30

Malam ini Granny Louisa berkunjung menggantikan absennya Daddy dan Tante Millgueta yang masih dinas di luar negeri untuk merayakan ulang tahun Corrine. Ya, Richard juga di sana karena Corrine ingin semuanya hadir merayakan hari jadinya. Malam itu, untuk pertama kalinya meja makan yang muat hingg 20 kursi itu penuh tanpa terkecuali. Bukan perayaan besar memang, tapi Corrine mengundang teman dekat dan seluruh pekerja mansion untuk libur dan merayakan ulang tahunnya di sana.

Corrine duduk di kursi utama. Di sebelah kanannya Granny Louisa dan aku di sebelah kirinya. Aku nyaris menarik Brigitte duduk di sebelahku saat tersisa hanya dua kursi kosong dan Richard baru saja masuk membawa wine.

“Mira, anda tidak boleh seperti itu.” Brigitte menasehati dengan geli karena tahu alasanku ingin dia duduk di sampingku.

“Biarkan saja.” Sungutku tak peduli.

Makan malam berlangsung hangat. Granny Louisa tetap seramah biasanya. Bahkan Corrine mengenalkanku pada beberapa temannya sebagai adik sepupu. Yah, aku hanya ingat dua dari lima orang karena namanya yang susah dan gelarnya yang panjang. Aku harus mengakui, kalau malam ini membuktikan bahwa keluarga aristocrat tidaklah sekaku biasanya. Semua yang datang malam ini sama sekali tidak canggung harus bergabung dan makan satu meja dengan sopir, tukang kebun, tukang masak bahkan penjaga istal kuda. Senang rasanya mengetahui mereka tidak membedakan kasta.

Aku menyingkir setelah makan malam. Beberapa ada yang melanjutkan minum kopi di ruang tengah, beberapa lainnya pamit untuk melanjutkan pekerjaan setelah berpamitan pada tuan rumah, dan beberapa lainnya pergi ke halaman belakang sambil membawa kudapan dan alcohol untuk menghangatkan badan. Karena Brigitte menolak untuk kubantu, aku tidak bisa minum kopi karena alergiku, larangan dalam kepercayaanku untuk tidak minum alcohol, dan masih terlalu sore untuk pergi tidur, di sinilah akhirnya aku berada. Di depan perapian, sambil melihat-lihat album lawas keluarga Daddy.

Aku mengguman pelan saat seseorang duduk di sampingku. Masih enggan mengalihkan mataku dari potongan-potongan kehidupan keluarga Daddy.

“Apa yang membuatmu begitu serius?”

Aku kenal suara itu. Tapi nada dan sapaan yang tidak biasa itu yang membuatku menoleh untuk memastikan. Wah,tumben. Aku menjawab sambil mengangkat sebelah alisku sekilas, “Foto?”

“Aku yang bertanya, Mira. Harusnya kau menjawabku, bukan memberiku pertanyaan lainnya.”

Yes, itu Richard! Dan dia memanggil namaku, bukan Mademoiselle! Dia meng-aku-kan dirinya dan meng-kau-kan aku, bukan anda dan saya seperti biasanya! Apakah malam ini ada UFO yang mendarat di sekitar sini? Aku ingin memastikan siapa yang ada di dalam tubuhnya. Jangan - jangan memang benar ada alien yang memanfaatkan tubuhnya.

“A-aku sedang melihat foto.” Jawabku datar dan agak gagap. Masih belum yakin dengan mata dan telingaku.

“Untuk apa? Bukankah kau membenci mereka?” lanjutnya lagi.

C’est vrai. Tapi… “Apakah sebelumnya kau juga mengawal putri Daddy?”

“Kenapa kau bertanya?”

“Well, seharusnya kau menjawabku dan bukannya memberiku pertanyaan lain.” Aku menjiplak perkataan sebelumnya.

“Ya.” Akhirnya dia menjawab setelah jeda singkat tapi… entahlah. Rasanya dia agak enggan memberitahuku.

“Apakan putri Daddy bernama Arlaine?”

Jeda lagi, sebelum dia mengangguk membenarkan.

“Maukah kau bercerita tentangnya?”

Dia menoleh padaku. Tatapannya seperti memohon dan menyayangkan kenapa aku aku memintanya melakukan hal itu. Kenapa? Bukan kenapa dengan diriku, tapi kenapa tatapan matamu sebegitu terluka? Apakah aku membuat kesalahan?

Richard’s POV

Arlaine Romana Goureille, nama yang cantik, pikirku saat pertama kali melihatnya di hari pertama tahun ajaran baru. Terasa baru terjadi kemarin, walaupun ternyata sudah lebih dari 15 tahun yang lalu. Karena tidak ada bangku kosong lain, wali kelas menyuruhnya duduk di sebelahku. Sejak saat itu, takdir seperti mengikat benang merah kami. Segala sesuatu tentangku dan tentangnya tak pernah berhenti bersinggungan.

Menjelang liburan musim panas, Juni 1996.

“Richard, sudah menemukan teman satu kelompokmu?” Aku menggeleng menjawab pertanyaan Ms Mason, guru sastra inggris kami saat itu.

“Well, Amyra, Kendal dan Arlain, kalian bergabung satu kelompok bersama Richard.”

Yes Ma’am.”

“Hei Richard, kita satu kelompok lagi. Incredible ya.” Arlaine tersenyum padaku.

Hari kelulusan, May 2010.

“Richard, aku dengar kau akan ke BIS (Bogaerts International School)

Bogaerts International School, sekolah bilingual Inggris – Perancis yang didirikan pada tahun 1985 yang merupakan kolaborasi antara sekolah menengah Brussel (Brussels School) dan Scandinavian School of Brussels (SSB) sedang sangat diminati saat ini. Tidak mudah masuk ke sekolah tersebut karena mereka selalu memberi prioritas utama bagi lulusan pre elementary dan elementary-nya sendiri.

“Wah, its awesome!” kami berteriak kegirangan saling menyemangati dan memuji satu sama lain.

Satu babak lain dari kehidupanku, kulewati bersama Arlaine.

Hari pertama kuliah, Sorbone University – French, 2006

Hari pertamaku merantau di negeri orang. Bukan yang pertama kalinya memang aku ke Negara ini, tapi ini yang pertama kalinya untuk menuntut ilmu. Dan aku sendirian. Biasanaya, aku berkunjung ke sini mengawal ratu atau keluarga kerajaan yang sedang melakukan kunjungan resmi. Tapi hari ini, c’est vraiment pour une raison privée.

Huft, aku sudah dua kali masuk ke bangunan yang salah. Kampusku adalah Université Paris 1 Panthéon-Sorbonne, Unités de Formation et de Recherche du politics. Saat sedang menikmati hiruk-pikuk asing di sekitarku, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku pelan.

“Arly?”

“Tidak tampak terkejut.” Dia mengerucutkan bibirnya lucu.

Qu’est-ce tu fais ici?” Apa yang dia lakukan di sini?

“Kuliah.” Dia tertawa melihat dahiku yang berkerut. “Hei, Mr Perfect, bukan hanya kau saja yang berhasil masuk di universitas terbesar Paris tahun ajaran ini.”

Je sais, sûrement." Ini kan bukan kampus pribadiku, tentu saja semua orang boleh sekolah disini.

“Aku juga salah satunya.”

Penobatan Pengawal Resmi Kerajaan, October 2011

Aku berhasil masuk menjadi salah satu pengawal resmi kerajaan. Setelah lebih dari setahun menjalani pelatihan, senang rasanya mengetahui usahaku sia – sia. Aku menjadi pengawal resmi. bukan tenaga bantuan yang biasa diminta saat mereka kekurangan orang. Hari ini kami para prajurit kerajaan, sebutan resmi untuk pengawal kerajaan, berkumpul di aula untuk mendapatkan tugas pertama langsung dari sang Ratu. Arlain dan keluarganya juga ada di sana karena status dan jabatan ayahnya.

“Richard Berardi.” Sekertaris Ratu akhirnya memanggil namaku. “Pengawal Elit Kerajaan dan Devisi Politik. Sebagai tugas resmi perdanamu, adalah menjadi pengawal resmi Countessa Arlaine Goureille, hingga kau menerima tugas selanjutnya yang dititahkan Ratu”.

Kami bertemu lagi setelah upacara selesai. Arly menungguku di taman depan istana dengan sebuah bingkisan besar di pangkuannya. Dia melambai bersemangat menyuruhku mendekat dengan tidak sabar.

Pour moi?” Tanyaku heran saat dia menyorongkan bingkisan tersebut kepadaku.

Felicitation, Richard. I know you're the man with the capability.” Dia terkekeh setelah memberiku ucapan selamat, lalu dengan jahil dia menambahkan. “Mulai hari ini, keamanan dan kenyamananku bergantung pada anda, Prajurit Berardi.”

Ah, dan takdir kembali mempertemukan kami. Menautkan dan mendekatkan kami. Lalu akhirnya memisahkan kami. Dan untuk selamanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/ Fini

    Kali ke dua aku naik pesawat. Aku gugup, dan terus menerus ke toilet sejak tadi. Ada satu penjaga yang mengawalku sampai aku boarding nanti. Namun aku menolak untuk terus diikuti sampai Indonesia.Di sini aku memang keluarga kerajaan, tapi di sana aku bukan siapa-siapa. Untunglah Daddy mau mengerti hal ini. Aku sedang menunggu panggilan untuk boarding. Dan lagi-lagi, aku teringat akan alasanku pergi."Stop, Mira. Terima saja. Cinta pertamamu tak berjalan lancar. Kau harus melupakannya."Aku menarik satu kali nafas panjang tepat saat panggilan pertama pesawat yang akan membawaku ke Indonesia terdengar. Aku dan beberapa penumpang pesawat lainnya mengantri untuk verifikasi terakhir sebelum masuk pesawat dan masuk dengan tertib.Tak seperti penerbanganku sebelumn

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXIX

    Granny melarangku untuk berpikir pergi dari sini adalah yang terbaik. Bahkan setelah dua hari berlalu. Dia ingin aku kuat, dan dia meyakinkan bahwa semua yang ada di sini keluargaku. Bahwa aku tak sendirian di sini."Kita bisa mengganti pengawalmu jika kau tak ingin bertemu dengan Richard. Tapi aku tak setuju jika kau pergi meninggalkan kami. Semua keributan ini akhirnya berakhir, dan kita bisa hidup dengan tenang bersama, kenapa kau malah memikirkan untuk pergi?"Dari situ aku sadar, Granny benar. Bagi semua orang, ini adalah kemenangan. Hanya aku yang merasa kalah dalam hal ini, dan itu karena Richard. Aku merasa buruk setelah mendengar hal itu."Maaf, aku jadi egois."Granny Louisa menggeleng. "Kau memang tak bisa kembali ke sana, tapi kau bisa berkunjung sebent

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXVIII

    Richard'sAku menonton berita di televisi dengan tatapan puas. Phillip, ibunya, JJ, Cedric dan anak buahnya yang terbukti membelot sudah diringkus. Pengadilan kasus mereka memang belum ditetapkan kapan, namun, mereka tak akan lepas dari sanksi sosial kali ini. Dulu, Pak Tua terlalu baik hati untuk mengumumkan perbuatan mereka pada media. Namun sekarang tidak lagi."Makanlah dulu. Kau memang sudah tampak sehat, tapi kau masih perlu banyak waktu dan asupan bagus untuk memulihkan tenagamu."Aku mendongak menatap gadis yang beberapa hari terakhir menemaniku di sini. Dia gesit dan telaten mengurusku. Itu hal yang bagus, bukan? Saat terbaring tak berdaya, ada seseorang yang tulus mengurusmu.Betapa beruntungnya diriku?"Lyn.."

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXVII

    Aku meninggalkan Corrine berdua dengan Abe Villich di balkon rumah sakit agar mereka saling berbicara. Semoga saja keputusanku tak salah. Aku sedikit khawatir karena Corrine terlihat amat pucat dan kaget saat melihat Abe ada di sana. Pria itu pasti mengikuti kami tadi saat keluar untuk berbicara.Aku masih berada di balik pintu balkon selama beberapa saat, hanya untuk memastikan bahwa Corrine baik-baik saja. Sungguh. Aku tak berniat menguping. Aku masih ingat apa yang dilakukan Abe pada Corrine dulu hingga membuat Corrine yang biasanya ceria menjadi amat pendiam dan tertekan."Katakan, Corry. Apa yang mereka katakan tentangmu sehingga kau ikut tanpa perlawanan seperti itu." Suara Abe dingin dan tegas. Bahkan aku yang bukan lawan bicaranya saja berjengit, apalagi Corrine.Aku bisa mendengar suara tangis saat ak

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXVI

    “Tak bisakah kita sedikit lebih cepat?” Aku memajukan tubuhku untuk berbicara pada supir dengan nada tak sabar.“Cherie…”Kurasakan tangan Daddy menggengam tanganku dan meremasnya pelan. Mungkin menegur, atau mungkin juga sekedar menguatkanku karena kejadian-kejadian yang terjadi hari ini. Aku hanya menatapnya dengan tatapan putus asa. Namun aku kembali ke kursiku dan duduk dengan rapi. Mencoba untuk tenang meskipun rasanya sudah tak karuan lagi di dalam diriku.Tiga jam lalu kami dihubungi oleh Corrine yang berbicara dengan sangat cepat dan nyaris tak jelas tentang jangan pulang ke istana dan pergi ke tempat lain karena istana tak aman. Dia tak menjelaskan lebih jauh dan hanya terus mengulang kalimat itu. Kami baru saja sampai di istana, namun kami tak masuk dan langsung melanjutkan k

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXV

    Richard’sPolisi dan pasukan tambahan datang tepat waktu untuk menyelamatkan kami. Seperti dugaanku, ada beberapa orang dari pasukan Cedric yang membelot dan berkhianat dengan pria itu. Hal itu membuat pasukan yang kubawa menjadi kalang kabut dan kami sempat terpukul mundur karena bingung siapa lawan dan kawan di sini.Untungnya, polisi ada yang membawa senapan paintball sehingga kami bisa menandai siapa saja yang berkhianat dengan peluru cat merah di punggungnya. Ini membantu kami mengidentifikasi siapa yang berada di tim kami dan tim lawan.Corrine sempat di bawa ke ruangan lain oleh Phillip, tapi aku berhasil mengejarnya setelah menumbangkan Cedric dengan mematahkan bahunya.“Sorry, Pal, tapi kau pantas mendapatkannya. Ibi bahkan tak setimpal dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status