Share

L'Automne Du Coeur/III

Penulis: Veedrya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-14 21:16:19

Mademoiselle Mira, anda sudah bangun“ Suara Brigitte yang serak dan khawatir menyambutku saat aku membuaka mata. Hari sudah nyaris gelap. Pasti aku pingsan cukup lama. “Anda tidur selama 4 jam, Mira. Richard terlihat panik saat membawa anda pulang.”

Aku berusaha bangun, namun rasa sakit di belakang kepalaku menghentikanku. Bau amis darah juga masih terasa kental di hidungku. 

“Anda harus minum obat, Mira. Dokter Giusseph sudah memberikan resep dan sudah ditebus Richard tadi siang. Saya akan menyiapkan bubur untuk mengisi perut anda.” Pamitnya sebelum menghilang di balik pintu.

Sepeninggal Brigitte, aku beranjak tertatih - tatih menuju koper besar di sudut ruangan yang belum kubongkar sejak aku datang. Hanya sebanyak itu barang yang bisa kubawa dari rumah saat berangkat ke Belgia. Sambil menahan nyeri yang semakin lama terasa menusuk di belakang kepalaku, aku membongkar kotak kecil di sudut koper. Aku hanya perlu meminum dua butir kapsul tersebut untuk merasa lebih baik saat ini.

Dengan agak tergesa, kutelan dua butir kapsul bening tersebut. Sejenak menikmati rasa lega dan ringan yg memang merupakan efek dari obat ini. Obat ini adiktif dan sangat kuat efeknya. Itulah mengapa dokter hanya memperbolehkannya diminum saat darurat seperti ini dan bukannya rutin seperti mengkonsumsi obat pada umumnya.

Aku bersandar di sudut kamar masih dengan koper yang terbuka. Masih lemas dan malas untuk kembali mengemasi koper dan beranjak dari sana. Aku bahkan masih tetap memejamkan mata dengan damai saat seseorang masuk ke dalam kamarku.

Mademoiselle, ça va?”

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Richard bahwa aku baik - baik saja. Tidak benar seperti itu, tapi aku bisa menjanjikan aku tak akan pingsan lagi. Tiba - tiba kurasakan tubuhku melayang dan mendarat di tempat yang empuk dan nyaman.

“Anda harus makan. Ada obat yang harus anda minum“

“Letakkan saja. Aku akan memakannya nanti, setelah merasa lebih baik.”

Excusez-moi. Saya tidak tahu bahwa anda alergi dingin." 

“Wah, mengejutkan untuk ukuran orang yang serba tahu. Kukira, sampai jumlah rambut di kepalaku saja kau tahu.” Sindirku lemah.

Richard diam menanggapi kesinisanku. Sebaliknya, dia malah menjawab dengan kata-kata tak terduga. “Monsieur, Madame dan Nonna Guireille sedang dalam perjalanan pulang ke Chateau. Sebentar lagi mereka sampai“

Apa?? “Bukannya kalian bilang mereka sedang dalam tugas kerajaan?”

“Betul. Mereka pulang segera setelah mengetahui keadaan anda.”

Sh*t!! Dengan kondisi menyedihkan dan memalukan seperti ini, aku masih harus menghadapi mereka?? Thanks God, you’re so Kind! 

“Pergilah. Aku ingin istirahat lagi.” 

***

Well ini dia formasi lengkap Guireille; my Daddy of course, tante tercinta adik Daddy satu-satunya Tante Millgueta, dan anak gadisnya yang usianya kira - kira lima tahun di atasku, The ambassador Mademoiselle Corrine Guireille. What a perfect family. Aku jadi mulai penasaran dengan mendiang istri dan anak Daddy yang meninggal tahun lalu di kecelakaan pesawat. Apa seperti ini juga bentuknya? Setegak tiang, sekaku bendrat dan sedingin es? 

Richard masih di berdiri di sudut kamar sejak mereka datang berbasa - basi menanyakan keadaanku. Pertanyaan mereka yang aneh dan janggal kutanggapi singkat dan acuh. Hei, aku harus bersikap cuek kan di sini sebagai korban? Kalau keadaannya jadi canggung begini, jangan suruh aku mencairkannya. Bukan aku yang ngotot dan minta diseret untuk berada di rumah ini.

“Sudah kau minum obat dari dokter, Mireille?” Daddy bertanya setelah, dengan suasana janggal dan canggung yang terasa sekali, terdiam cukup lama.

“Menunggu Brigitte menyiapkan makan malam.”

“Ah, benar. Apa kau ingin makan di kamar malam ini?”

“Kalau aku bisa keluar, untuk apa aku masih di sini saja?”

“Benar. Kalau begitu, kami akan datang lagi setelah makan malam untuk melihat keadaanmu“

“Tidak usah repot - repot. Aku sudah tidur saat itu.”

“Ah,” diam kehabisan kata. “baiklah kalau begitu.”

“Kau juga boleh pergi.” Kataku pada Richard tanpa melihatnya.

Aku menghembuskan nafas kuat - kuat setelah sendirian. Entah mengapa, sesaat tadi rasanya sungguh menegangkan dan nyaris tak terkontrol. Untuk apa aku di sini? Nyaris saja kuteriakkan pertanyaan itu kepada Daddy. Alasan apa yang membuat Oma memaksaku menerima tiket ke Belgia ini tepat sebulan setelah kematian Mama. Bahkan aku tidak sempat berpamitan dengan orang-orang yang kukenal walaupun hanya seorang; Shinta. Orang yang kuakui dekat denganku, kubiarkan mengerti diriku dan dengan senang hati kuakui sebagai sahabatku. Ponselku bahkan tidak berguna di sini. Ah, email! Kenapa tak terfikirkan sebelumnya? Tapi aku tidak punya portable atau PC di kamar ini. Aku enggan kalau harus menggunakan satu yang ada di perpustakaan. Brigitte bilang itu tempat favorit Daddy,  pasti akan sering di sana saat di rumah.

“Hhhh….” Lagi - lagi hanya helaan nafas dalam penuh frustasi yang kuperdengarkan.

***

Hawa dingin yang menyerbu saat aku membuka jendela kamarku membuat nafasku sesak dan terbatuk. Segera kututup kembali daun jendela dan kembali meringkuk di balik selimut karena lagi - lagi dadaku terasa sakit. Hhh, aku bisa mati kedinginan di sini. Tak peduli sehangat apa pakaian yang kupakai, efeknya pasti terasa cepat atau lambat. Dan hari ini adalah hari pertamaku di ARBA. Quelle parfait!

Mademoiselle, waktunya anda sarapan sebelum berangkat.”

Kuraih mantel tebal yang serasi dengan topi bulu yang berhasil kutemukan di lemari pakaian dan segera keluar menemui Richard. “Berhenti mengasihaniku. Aku bukan gadis lemah seperti yang kau pikir!” sentakku saat matanya mengernyit melihat hidungku memerah menahan dingin. Cuaca sialan, kenapa semakin terasa dingin?

Sejak kejadian kemarin, kurasakan sikap Richard agak berbeda. Walaupun tetap cool dan cuek, dia tidak lagi judes dan semenyebalkan dulu, bukan berarti sekarang sudah tidak menyebalkan lagi.

“Hai, Mira. Merasa lebih baik hari ini?” Corrine menyapaku di ruang makan. Aku mengangguk, walaupun heran karena dia memanggilku dengan sapaan akrab, aku toh diam tidak bertanya. "Brigitte yang memberitahuku untuk memanggilmu Mira." Seolah mendengar gaung otakku, dia menjawab. Well, pastinya. Karena yang memanggil aku Mira hanya Brigitte. Dan Richard kalau aku nekad memasukkannya dalam hitungan, mengingat dia jarang memanggil namaku dan hanya Mademoiselle. “Mama dan Uncle sudah berangkat pagi buta tadi ke kerajaan. Semoga tidak keberatan sarapan denganku.” Ah, mencoba mengakrabkan diri rupanya.

“Santai saja. Jangan sungkan karena aku.”

Kami sarapan dalam keheningan berdua saja. Richard yang menolak dengan halus saat diajak sarapan bersama menghilang entah kemana. Brigitte pun sudah tidak muncul lagi dari dapur untuk mengantarkan sesuatu.

“Kau benar - benar mirip ibumu. Walaupun aku tidak mengingatnya dengan jelas“

“Kau… tahu tentang Mama?” tentu saja aku kaget. Mama hanyalah salah seorang wanita di kehidupan Daddy yang dulu.

“Mama selalu membawaku kemanapun beliau pergi waktu itu. Membuatku bertemu dengan banyak orang, termasuk Ibumu. Dan aku juga sering melihatnya di rumah.” Dia tertawa melihat alisku yang naik karena ketidakpercayaan dan prasangka. “Tidak semua yang kau tahu mengandung kepahitan. Kuharap, kau mau membaginya denganku suatu saat nanti. Sebagai teman, kalau tidak mau dianggap sebagai sepupu. By the way, aku harus pergi sekarang. Semoga harimu menyenangkan, Mira.”

***

Hari berlangsung lumayan. Yah, sangat not bad sekali dibandingkan dengan keadaanku yang really bad. ARBA’s really awesome! Untuk saat ini, selain fakta bahwa aku tidak punya tempat kembali di Indonesia, keluarga yang tak kukenal, lingkungan yang 180 derajat terasa asing, ARBA adalah penghiburanku. Seandainya Richard tidak muncul dan menyuruhku segera pulang untuk berustirahat, aku pasti betah berlama - lama dengan pensil dan kanvas gambarku.

Aku penasaran, kapan aku akan dibiarkan sendirian di sini. Bukannya sok tahu dan sebagainya, hanya aku tidak biasa dikawal. Sejak kecil aku terbiasa sendirian karena Mama harus banting tulang untuk kami. Dan lagi masih ada Oma yang harus kurawat dan kujaga karena usianya. Tapi sekarang, malah aku yang diperlakukan seperti balita. How bored!

“Apa pekerjaanmu sebenarnya?” Aku basa - basi membuka percakapan. Mau tak mau aku penasaran, apa benar tugasnya hanya untuk menjagaku? Sepenting itukah aku?

“Polisi khusus kerajaan.” Jawabnya pendek.

“Khusus kerajaan? Bukannya tugas mereka untuk mengawal keluarga kerajaan?”

“Benar.”

“Lantas, kenapa malah menjagaku? Aku kan bukan anggota kerajaan.”

“Mungkin anda bukan, tapi Monsieur jelas anggota dewan kehormatan. Dan saya dikirim khusus oleh Ratu untuk menjamin keselamatan anda Mira."

“Menjaga keselamatanku. Bukan menjaga agar aku tidak kabur“ Dengusku. “Tenang saja, selain rumah yang kita tuju, aku tidak memiliki tempat lain untuk pergi.” Terima kasih pada seseorang karena telah membuat Oma - ku, satu - satunya keluarga yang aku punya di Indonesia mengusirku dan menolak keberadaanku.

Mama, seumur hidupku aku tak pernah mengeluh, tak pernah merasa takut dan kesepian. Tak pernah, hingga saat ini. Je t’ai besoin, Mama.I need you, Mama

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/ Fini

    Kali ke dua aku naik pesawat. Aku gugup, dan terus menerus ke toilet sejak tadi. Ada satu penjaga yang mengawalku sampai aku boarding nanti. Namun aku menolak untuk terus diikuti sampai Indonesia.Di sini aku memang keluarga kerajaan, tapi di sana aku bukan siapa-siapa. Untunglah Daddy mau mengerti hal ini. Aku sedang menunggu panggilan untuk boarding. Dan lagi-lagi, aku teringat akan alasanku pergi."Stop, Mira. Terima saja. Cinta pertamamu tak berjalan lancar. Kau harus melupakannya."Aku menarik satu kali nafas panjang tepat saat panggilan pertama pesawat yang akan membawaku ke Indonesia terdengar. Aku dan beberapa penumpang pesawat lainnya mengantri untuk verifikasi terakhir sebelum masuk pesawat dan masuk dengan tertib.Tak seperti penerbanganku sebelumn

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXIX

    Granny melarangku untuk berpikir pergi dari sini adalah yang terbaik. Bahkan setelah dua hari berlalu. Dia ingin aku kuat, dan dia meyakinkan bahwa semua yang ada di sini keluargaku. Bahwa aku tak sendirian di sini."Kita bisa mengganti pengawalmu jika kau tak ingin bertemu dengan Richard. Tapi aku tak setuju jika kau pergi meninggalkan kami. Semua keributan ini akhirnya berakhir, dan kita bisa hidup dengan tenang bersama, kenapa kau malah memikirkan untuk pergi?"Dari situ aku sadar, Granny benar. Bagi semua orang, ini adalah kemenangan. Hanya aku yang merasa kalah dalam hal ini, dan itu karena Richard. Aku merasa buruk setelah mendengar hal itu."Maaf, aku jadi egois."Granny Louisa menggeleng. "Kau memang tak bisa kembali ke sana, tapi kau bisa berkunjung sebent

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXVIII

    Richard'sAku menonton berita di televisi dengan tatapan puas. Phillip, ibunya, JJ, Cedric dan anak buahnya yang terbukti membelot sudah diringkus. Pengadilan kasus mereka memang belum ditetapkan kapan, namun, mereka tak akan lepas dari sanksi sosial kali ini. Dulu, Pak Tua terlalu baik hati untuk mengumumkan perbuatan mereka pada media. Namun sekarang tidak lagi."Makanlah dulu. Kau memang sudah tampak sehat, tapi kau masih perlu banyak waktu dan asupan bagus untuk memulihkan tenagamu."Aku mendongak menatap gadis yang beberapa hari terakhir menemaniku di sini. Dia gesit dan telaten mengurusku. Itu hal yang bagus, bukan? Saat terbaring tak berdaya, ada seseorang yang tulus mengurusmu.Betapa beruntungnya diriku?"Lyn.."

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXVII

    Aku meninggalkan Corrine berdua dengan Abe Villich di balkon rumah sakit agar mereka saling berbicara. Semoga saja keputusanku tak salah. Aku sedikit khawatir karena Corrine terlihat amat pucat dan kaget saat melihat Abe ada di sana. Pria itu pasti mengikuti kami tadi saat keluar untuk berbicara.Aku masih berada di balik pintu balkon selama beberapa saat, hanya untuk memastikan bahwa Corrine baik-baik saja. Sungguh. Aku tak berniat menguping. Aku masih ingat apa yang dilakukan Abe pada Corrine dulu hingga membuat Corrine yang biasanya ceria menjadi amat pendiam dan tertekan."Katakan, Corry. Apa yang mereka katakan tentangmu sehingga kau ikut tanpa perlawanan seperti itu." Suara Abe dingin dan tegas. Bahkan aku yang bukan lawan bicaranya saja berjengit, apalagi Corrine.Aku bisa mendengar suara tangis saat ak

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXVI

    “Tak bisakah kita sedikit lebih cepat?” Aku memajukan tubuhku untuk berbicara pada supir dengan nada tak sabar.“Cherie…”Kurasakan tangan Daddy menggengam tanganku dan meremasnya pelan. Mungkin menegur, atau mungkin juga sekedar menguatkanku karena kejadian-kejadian yang terjadi hari ini. Aku hanya menatapnya dengan tatapan putus asa. Namun aku kembali ke kursiku dan duduk dengan rapi. Mencoba untuk tenang meskipun rasanya sudah tak karuan lagi di dalam diriku.Tiga jam lalu kami dihubungi oleh Corrine yang berbicara dengan sangat cepat dan nyaris tak jelas tentang jangan pulang ke istana dan pergi ke tempat lain karena istana tak aman. Dia tak menjelaskan lebih jauh dan hanya terus mengulang kalimat itu. Kami baru saja sampai di istana, namun kami tak masuk dan langsung melanjutkan k

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXV

    Richard’sPolisi dan pasukan tambahan datang tepat waktu untuk menyelamatkan kami. Seperti dugaanku, ada beberapa orang dari pasukan Cedric yang membelot dan berkhianat dengan pria itu. Hal itu membuat pasukan yang kubawa menjadi kalang kabut dan kami sempat terpukul mundur karena bingung siapa lawan dan kawan di sini.Untungnya, polisi ada yang membawa senapan paintball sehingga kami bisa menandai siapa saja yang berkhianat dengan peluru cat merah di punggungnya. Ini membantu kami mengidentifikasi siapa yang berada di tim kami dan tim lawan.Corrine sempat di bawa ke ruangan lain oleh Phillip, tapi aku berhasil mengejarnya setelah menumbangkan Cedric dengan mematahkan bahunya.“Sorry, Pal, tapi kau pantas mendapatkannya. Ibi bahkan tak setimpal dengan

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXIV

    Aku terbelalak tak mempercayai mataku. Di depan kami, muncul dua orang yang sama sekali tak kuduga akan kutemui di sini. Mereka yang menjadi dalang penculikan Corrine? Kenapa?!“Cedric? JJ?” Aku mengucap dengan nada tak percaya. “Why?! Kenapa kalian melakukan ini?”“Apakah itu belum jelas, mademoiselle?”JJ menjawab sembari berjalan melenggang mendekat pada Putra Mahkota… bukan. Richard memanggilnya Phillip, karena dia sudah bukan lagi Putra Mahkota. JJ mendekat pada Phillip dan mereka mulai menempelkan tubuh mereka satu sama lain. Pemandangan yang langsung membuatku mual! Rupanya JJ adalah partner sesama jenis Phillip?! Bukankah…“Oh, maafkan, kami terlalu larut dalam dunia kami yang penuh cinta. JJ. Kekasih

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXIII

    Richard’s“Akhirnya kalian datang juga. Aku terkesan.”“Kau…”“Apa maksudnya ini?!”Pertanyaan Mira dan pak Tua saling bersahutan saat melihat pemilik rumah yang dan sandera yang mereka cari sedang duduk sambil bermain catur di ruang baca. Aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tinjuku erat. Mencoba menahan amarahku yang meperti mengancam ingin menelanku bulat-bulat.Aku sudah memiliki kecurigaan sejak menemukan lokasi di mana Corrine berada. Tak banyak yang tahu bahwa rumah ini bukan lagi milik Abe Villich. Namun aku dan Cedric adalah sedikit di antara orang-orang yang tahu bahwa sejak Arlaine meninggal. Rumah ini dibeli oleh Abe Villich sebagai hadiah pernikahan untuk Arlaine

  • L'Automne Du Coeur (Autumn's Heart)   L'Automne Du Coeur/CXXXII

    Granny Louisa menangis tersedu mendengar cerita tentang Corrine dariku.Pada akhirnya, aku tak punya pilihan untuk tidak mengatakannya. Lagi pula, mengenai hal ini, aku juga butuh berdiskusi tentang beberapa hal. Tentang apa peranku di sini. Aku sama sekali tak tahu apa yang harus kulakukan jika penjahatnya benar-benar tertangkap. Atau bagaimana caranya agar penjahatnya tertangkap dan Corrine kembali pada kami dengan selamat.Betul kata Daddy. Aku tak tahu apa yang seharusnya kulakukan di saat seperti ini. Betul kata Madame Villich, aku hanya boneka di sini yang tak akan bisa menggantikan posisi siapa pun. Aku muncul hanya karena panggung terlalu sepi."Richard sedang mencarinya, Granny. Aku yakin dia pasti akan berusaha dengan seksama dan membawa Corrine pulang dengan selamat."

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status