Home / Horor / LAILA / PRIA MISTERIUS

Share

PRIA MISTERIUS

Author: Bias Sastra
last update Last Updated: 2021-06-05 16:34:12

Malam itu aku melihat seorang remaja laki-laki sedang asyik bermain-main dengan sepedanya. Siangnya aku melihatnya sedang melukis di taman kota. Sorenya aku melihatnya sedang memotret lukisan alam di hutan kota. Ya, akhir-akhir ini aku melihatnya.

Sebenarnya hanya setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu aku melihatnya di luar sekolah. Karena hari-hari itu hari dimana aku les bahasa inggris. Setiap aku berangkat menuju tempat lesku aku selalu melewati tempat ia bermain-main menekuni hobinya, yaitu  di depan sebuah perumahan, taman kota, dan hutan kota. Awalnya aku menganggap ini hal biasa, tapi tidak ketika aku terus memperhatikannya. Di mana beda waktu aku melihat, beda tempat juga dia berada.

Siapa sebenarnya dikau sebenarnya laki-laki misterius ini? Sebenarnya dirinya yang memasuki alam hidupku atau diriku yang memasuki alam hidupnya. 

“Laila!” panggilan Ibuku menghamburkan susunan lamunanku yang sudah tersusun rata. 

“Ia, apa Bu?” balasku. 

“Sayang, anak teman Ibu ada yang mau dikirim ke luar negeri loh. Tau nggak kenapa?” 

"Memang kenapa Bu?”  

“Dia pinter banget ngegambar. Apa pun dia bisa. Tapi yang kali ini dia dikirim karena mau ikut lomba bikin poster internasional.” 

“Terus Bu, apa hubungannya sama aku. Ibu mau aku ikut lomba poster internasional itu maksudnya?” kataku mengernyitkan dahi.

“Ya, enggak lah sayang. Kebetulan kan kamu juga mempunyai bakat menggambar yang cukup besar. Ibu mau kamu ketemu Damar anak temen Ibu, mungkin kamu bisa belajar banyak dari dia?” 

"Damar bu?" tersentak aku mendengar nama itu.

"Iya kenapa? Kamu mengenalnya?" tanya Ibu.

“Ahh, Ibu ada-ada aja. Di sekolahku memang ada anak yang namanya Damar, tapi yang satu ini orangnya sangat cuek dan menyebalkan.” kataku sambil mengerutu.

"Benarkah? Siapa tahu itu memang benar dia." 

"Aku rasa tidak mungkin Bu." kataku tegas.

***

Memangnya Damar itu sehebat apa sih? Kalau Damar yang kukenal di sekolah bisa melihat makhluk gaib juga sama sepertiku. Aku terus memikirkannya, tapi itu semua nggak penting. Yang penting sekarang anak laki-laki misterius itu. Setelah beribu-ribu pemikiranku, mungkin lebih baik aku mengikuti kemana pun anak itu pergi. Hari pertama yaitu Selasa di awal bulan November. Aku menyuruh Ayah untuk tidak mengantarku ke tempat les.  Hari ini dia sedang bermain meloncat-loncatkan sepedanya di depan sebuah rumah mewah. Aku terkejut ternyata lelaki itu Damar, aku dapat melihatnya dari jarak yang cukup dekat. Rambut hitamnya yang sedikit panjang, kulitnya yang putih, hidungnya yang lumayan mancung, poros mata tajamnya, serta gaya berpakaian santai yang sangat unik. Sangat menggambarkan seorang cowok yang sangat cool..!! Aku memperhatikannya sungkan untuk menyapanya. Melihatnya bermain sepeda, menggambar sebuah pohon, dan memotret bunga-bunga di pohon. Semua yang dilakukannya sangat berhubungan dengan seni. Ini cowok yang kucari-cari, sama denganku pecinta seni sejati. Tapi hatiku mendadak ciut ketika mencoba menyapa dan bertanya tentangnya. Nanti aku malah di cuekin lagi olehnya.

Di sore hari yang dingin, dimana saatnya aku melihatnya membawa kamera. Ia hilang begitu saja. Ini sangat aneh, tidak seperti biasanya. Tiba-tiba sebuah tangan panas menyentuh pundaku dari belakang, lalu berkata dengan angkuhnya “Sebenarnyaa apa sih maumu?"

"Mau kenalan?” tanyanya sambil marah. Tenyata itu Damar. 

“Eh..eh…enggak kok…” aku tersentak seraya mundur beberapa langkah kebelakang.

“Please ya jangan ikuti aku lagi! Aku bosen tahu gak kamu ikutin terus, rasanya gak nyaman. Emang nama kamu siapa?"

"Kamu tidak tahu namaku? Padahalkan kita teman sekelas." kataku gugup.

"Teman?" dia menghentikan perkataannya seraya mengernyitkan dahi. "Aku tidak perlu mengingat nama orang-orang di sekolahkan. Itu tidak penting." lanjutnya dengan angkuh.

“Laila..… Namaku Laila.” Lalu Damar pergi meningalkanku,

“Heii, bisa kamu jelaskan apa yang kamu lihat waktu itu di sekolah?” Dia hanya memalingkan wajahnya dan berlari sambil membawa kamera kesayangannya. Ini adalah kejutan yang sangat luar biasa. Dia mau menyapaku, tapi juga menyebalkan karena masih belum mau menjawab pertanyaanku yang membuatku semakin penasaran dengannya.

Keesokan harinya kucoba untuk menghampirinya, tapi di sekolah ia seperti menghindariku. Di perumahan, taman dan hutan kota juga tak kutemukan. Dimana dia? Daripada menunggunya sampai keriting, mendingan aku pulang. Saat akan memasuki rumah, kulihat ada banyak sekali pasang sepatu di halaman. Memangnya siapa yang datang? Paling-paling mereka teman-teman Ibu dan Ayahku. 

Kucoba mengintip pintu masuk rumahku. “Sayang!” seru mama. “Ini loh Damar yang Ibu ceritain.” 

Apa? Damar? Dia kan anak laki-laki misterius itu.  Haahh… aku nggak percaya. Baru saja kemarin sore dia marah-marah. Mendadak aku jadi patung. Tiba-tiba Damar mengulurkan tangannya, ya terpaksa aku menerimanya. Dan kami berkenalan. Aku juga menyalami Ibunya Damar, dia orang yang sangat cantik dan kelihatan pintar. Kelihatannya Damar mirip Ibunya!!

Aku masih enggak percaya! Makannya tadi waktu aku coba mencari dia nggak ketemu. Gimana mau ketemu? Sekarang dia ada di rumahku!

Malam itu, Damar mengajakku berbicara di halaman luar. “Maaf ya, buat yang kemarin.” Serunya. “Aku yang seharusnya minta maaf, karena ngikutin kamu terus. Aku Cuma penasaran aja sama kamu. Abis kamu gak pernah ngubah jadwal kegiatan sehari-harimu. Setiap hari kamu melakukan hal yang sama. Kamu itu cowok unik, satu-satunya cowok yang bisa buat aku ngorbanin waktu lesku. Padahal les bahasa Inggris itu juga hobiku loh.." Belum sempat aku selesai berbicara, dia sudah memotong.

“Bukan kamu yang ngikutin aku, tapi aku yang ngikutin kamu." Ternyata dugaanku selama ini salah, aku terheran dengan pernyataannya.

"Sejak kapan kamu ngikutin aku dan untuk apa?" tanyaku dengan penasaran.

"Ketika itu aku tidak sengaja melihatmu berlari keluar dari kamar mandi sekolah. Aku pun penasaran apa yang menyebabkanmu ketakutan seperti waktu itu. Dan aku mengeceknya sendiri, sosok itu aku melihatnya, melewatiku tapi langsung menghilang ketika aku coba mendekatinya. Dan beberapa hari ini aku juga memperharikanmu ketika melihat sosok itu di kantin dan lapangan sekolah." jelas Damar.

"Jadi benar ya, kamu bisa melihatnya juga." lirih aku.

Damar mengangguk pelan, "Sebenarnya kamu ada masalah apa dengan makhluk-makhluk itu?" tanya Damar.

"Sebenarnya aku tidak tahu, mengapa mereka selalu menggangguku?"

"Tidak mungkin, jika tidak ada masalah. Tidak mungkin mereka mengganggumu?" 

"Aku sungguh-sungguh, semenjak aku pindah ke rumah ini. Aku bisa melihat sosok itu." kataku dengan tegas.

"Hem..." Dari tempatnya duduk Damar mulai memperhatikan keadaan sekitar rumahku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Sepertinya ada yang salah dari rumah ini? Atau mungkin orang tuamu yang pernah berurusan dengan para makhluk gaib ini." Damar mengira-ngira seperti layaknya seorang yang memiliki kemampuan di masa lampau saja.

Sebenarnya aku tidak suka dengan percakapan seperti ini, bahkan sangat muak dengan hal mistis yang selama ini aku alami. Tapi rasanya, jika seumur hidup aku harus diganggu hal seperti ini sungguh aku tidak akan suka.

"Rumah ini peninggalan Kakek dan Nenekku, aku sudah berulang kali menceritakan hal ini pads orang tuaku. Tapi, mereka tidak percaya dengan yang kukatakan. Bahkan seperti acuh dengan hal ini." jelasku.

"Kamu harus mencari tahu, apa masalahnya? Kalau tidak kamu bisa diganggu terus oleh mereka." katanya.

"Bagaimana caranya? Aku tidak tahu."

"Hem..." Damar berpikir.

Tak lama sebelum Damar memberikan solusi untukku Ibunya memanggil karena hari sudah semakin malam dan mereka ingin pulang. "Damar! Ayo kita pulang Nak," 

"Iya Bu," sahut Damar.

"Bagaimana kau sudah tahu caranya?" tanyaku.

"Sebaiknya kita lanjutkan nanti, aku akan coba membantumu." katanya.

Kami pun beranjak menghampiri Ibu kami yang sedang menunggu di depan pintu.

"Kami, pulang dulu ya Bu. Terimakasih atas undangannya." ucap Ibunya pada tuan rumah.

"Iya Bu, sama-sama. Saya tidak nyangka kalau anak kita sudah saling kenal. Satu sekolah lagi, Damar! Lain kali kamu main ke rumah tante lagi ya. Kamu kan jadi bisa ngajarin Laila melukis." kata ibuku.

"Oh Iya Tante itu Pasti kok," balas Damar.

"Mari Bu," Mereka pun pergi. Damar sesekali melirikku seakan khawatir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LAILA   KEMBALINYA SOSOK YANG HILANG

    Di balas dengan amarah oleh Yasi, " Aku menemukan Embun saat diperintah Ken alias Igo mencari penolongnya Ago. Saat aku di depan rumah Ago aku mendapati Embun yang pingsan dengan luka kecil di kepalanya. Tetangga Ago bilang karena benturan saat Embun jatuh. Saat tetangga Ago membawa Embun ke rumah sakit, aku pergi mengabari Igo. Dan di rumah sakit kami diberitahu Embun tewas dengan alasan gegar Otak oleh pihak rumah sakit. Kami yang ingin menjenguknya dengan rasa tepukul harus membawa jasadnya untuk dikuburkan... ... Kami juga mendengar penjelasan tetangga Ago bahwa Ago menyumbangkan tubuhnya sebagai penelitian di rumah sakit itu, Igo meminta mengambil jasad Ago. Karena saat itu Igo bekerja di kepolisian, kami diizinkan... ...Ketika kami bawa tubuh Ago dan Embun, mereka sama-sama mempunyai berat badan yang ringan. Aku memeriksa keadaan tubuh Embun dan ternyata penuh jahitan. Kami yakini organ tubuh Embun diambil. Igo mendatangi rumah sakit dengan amarah, tapi pihak r

  • LAILA   KEBAIKAN DI BALAS KEJAHATAN

    Sebelum di bawa ke markas polisi, Igo meminta untuk menjenguk seseorang yang penting dalam hidupnya. Mengira Igo akan menunjukan Bos yang memerintahkan membunuh, Polisi lalu menyetujuinya. Indi juga di bawa sebagai saksi. Mobil polisi yang membawa Igk dan Indi berhenti dipemakaman. Polisi kaget. Tapi karena sudah terlanjur. Lalu membiarkan Igo melihat orang penting baginya. Igo berjalan duluan dengan tangan diborgol. Indi meminta izin berada di samping Igo pada polisi, "Dia sudah diborgol dan anda mengawasinya. Tidak apa jika saya ada didekatnya. Saya ingin menanyakan beberapa hal kenapa dia tega menyakiti saya."Kedua polisi berdiskusi dan memperbolehkan Indi dengan alasan memudahkan mereka menggali informasi dari Igo. Indi lalu berjalan di samping Igo. Mereka dikawal dua polisi bersenjata di belakang. Mereka lalu mendatangi dua makam yang saling berdampingan. Indi kaget melihat nama pada papan nisan, dia lalu mendekati Igo dan bertanya pelan ke Igo, "Ago

  • LAILA   KEBAIKAN DI BALAS KEJAHATAN

    Sebelum di bawa ke markas polisi, Igo meminta untuk menjenguk seseorang yang penting dalam hidupnya. Mengira Igo akan menunjukan Bos yang memerintahkan membunuh, Polisi lalu menyetujuinya. Indi juga di bawa sebagai saksi. Mobil polisi yang membawa Igk dan Indi berhenti dipemakaman. Polisi kaget. Tapi karena sudah terlanjur. Lalu membiarkan Igo melihat orang penting baginya. Igo berjalan duluan dengan tangan diborgol. Indi meminta izin berada di samping Igo pada polisi, "Dia sudah diborgol dan anda mengawasinya. Tidak apa jika saya ada didekatnya. Saya ingin menanyakan beberapa hal kenapa dia tega menyakiti saya."Kedua polisi berdiskusi dan memperbolehkan Indi dengan alasan memudahkan mereka menggali informasi dari Igo. Indi lalu berjalan di samping Igo. Mereka dikawal dua polisi bersenjata di belakang. Mereka lalu mendatangi dua makam yang saling berdampingan. Indi kaget melihat nama pada papan nisan, dia lalu mendekati Igo dan bertanya pelan ke Igo, "Ago

  • LAILA   RUANG KEMATIAN

    Senyuman Indi hilang seketika, saat menyadari Igo fokus mengawasi ruangan yang terdapat Aliya di sana. Saat Indi ingin marah, Igo bicara yang membuat Indi ketakutan, "Aku ingin memasak untuk Aliya jadi aku membutuhkanmu!" Sambil melihat tubuh Indi.Hal itu membuat Indi jatuh dari kursi karena kaget. Sambil ngesot menjauhi Igo yang mendekatinya, Indu bicara, "Kamu ingin memasak tubuhku untuk kamu hidangkan ke Aliya! Kejam." Ucapnya sambil menangis.Igo mengulurkan tangannya ke arah Indi yang duduk terpojok, "Kamu kebanyakan baca Creepy horror di grup facebook atau di buku, jadi berpikiran ngeri mulu!"Mendengar itu Indi tercengang. Sambil menyambut tangan Igo dan berdiri, Indi bertanya, "Kamu tahu dari mana, aku member grup itu?"Igo kembali ke tempat duduknya dan menjawab, "Aku satu grup denganmu. Saat kamu mengomentari cerita di sana dan melihat fotomu, aku tertarik dan mencari tahu semua tentangmu!"Takut dirasakan Indi karena telah dimata-matai tapi dia

  • LAILA   MELAWAN TAKDIR YANG DII GARISKAN

    Saat Igo menyeret tubuh ketiga pria yang tergeletak, Indi dengan wajah cemas mencegahnya. Indi memegang tangan Igo yang terluka karena digunakan untuk melindungi wajah saat dipukuli tadi, "Bagaimana bisa kamu membunuh mereka tanpa senjata apapun?"Igo melihat ke arah Indi, "Saat mereka memukuliku, aku menggunakan jariku untuk mematahkan tulang rusuk mereka hingga menusuk paru-parunya."Mendengar itu, Indi melepaskan tangan Igo. Lalu Igo membuang tubuh ketiga pria satu persatu ke jurang samping jalan.Hal itu kemudian dikomentari Indi kembali, "Kamu membuat kematian mereka seakan-akan karena kecelakaan?"Igo menghampiri Indi yang terlihat berkeringat karena takut, "Mulut mereka tercium bau Alkohol. Anggap saja mereka berjalan dalam keadaan mabuk sehingga terjatuh ke jurang. Artinya mereka yang mencelakai diri mereka sendiri!"Indi gemetar, "Aku akan menganggapnya begitu. Tapi kamu memang cowok baik karena telah menyelamatkanku dengan mengalahkan pria jahat itu.

  • LAILA   KUBURAN KOSONG

    Suasana kamar yang terang tiba-tiba gelap saat siang hari membuat Aliya dan Indi cemas. Mereka secara bersamaan melihat ke arah Igo. Terlihat Igo sudah terbangun dan tubuhnya menghalangi cahaya matahari di Jendela. Aliya segera berdiri dan bergegas pergi ke luar untuk pulang. Melihat itu, Igo berusaha beranjak dari tempat tidur untuk mengejar Aliya. Tapi dia justru ambruk dan terjatuh di lantai. Dengan sigap Indi menghampiri Igo, "Kamu belum pulih Igo!" Ucap Indi sambil membantu Igo berdiri.Igo sambil memegangi kepalanya yang pusing bicara, "Aku membutuhkan Aliya!"Tentu itu membuat Indi kesal, "Jadi kamu tidak membutuhkanku lagi?"Igo menjawabnya, "Aku tidak butuh kamu!"Seketika ucapan Igo membuat Indi benar-benar terpukul. Indi tetap membantu Igo hingga duduk di kasur kembali. Melihat ada yang aneh pada Indi, Igo mengomentarinya, "Kenapa kamu sesegukan kayak gitu? Abis nangis ya!"Indi senang Igo memperhatikannya dan kembali tersenyum, "Iya, aku me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status