Pemuda desa cemara itu masih berusaha untuk mengendalikan dirinya, tapi Timpu Rereng tidak memberi kesempatan kepada pemuda itu.
Timpu Rereng bergerak cepat, lalu meletakan ujung tombaknya tepat leher lawannya. "Menyerahlan!"
Pemuda itu terlihat merah, dia mungkin sedang marah, tapi sekarang dia tahu diri bahwa saatnya untuk mengaku kalah.
Menarik nafas panjang, pemuda itu kemudian mengangkat tangan, "Aku menyerah!"
Sorakan dari Desa Ranting Hijau terdengar lebih riuh dari pada Desa lain. Timpu Rereng keluar dari arena pertandingan dengan dada sedikit membusung.
Dia mendekati Coyo Wigoro dengan bangga, "Kakak, bagaimana menurutmu jurus tombak yang kumiliki tadi?"
"Hehehe ...kau memang hebat, Tumpu Rereng, selain kalian berdua," Coyo Wigoro menunjuk Tumpu Rereng dan Lila Sari kemudian berkata, "tidak ada pemuda desa kita yang lebih baik."
Coyo Wigoro tersenyum kecil, menatap Lanting Beruga yang masih duduk di tanah seorang diri.
Bagi teman-teman mohon bantuan untuk mempromokan Lanting, agar author semangat buat capter yang lebih banyak.
Lila Sari tidak terima dengan perlakuan Lanting Beruga. Bagaimana bisa pemuda cacat ini melukai tubuhnya, dan lebih jauh lagi Lanting Beruga seakan menunjukan rasa kasihan kepada gadis itu. Hanya dengan potongan pedang, Lanting Beruga bisa menekan Lila Sari, gadis terbaik di desa Ranting Hijau. Omong kosong macam apa ini. "Lanting, aku akan membalas perlakuan dirimu!" teriak Lila Sari, kembali mengayunkan pedangnya. Namun segala usaha yang dilakukan oleh Lila Sari tidak berhasil menggores tubuh Lanting Beruga, meskipun hanya sedikit. Coyo Wigoro tidak berkata apapun saat ini, pemuda itu tampak terkejut. Dari raut wajahnya, Coyo Wigoro sepertinya memiliki banyak pertanyaan yang sulit dijawab. Sementara di sisi lain lagi, para pemuda desa Ranting Hijau bungkam seribu bahasa. Mereka tidak pernah bisa menang melawan Lila Sari, gadis itu cukup tangguh, tapi bagaimana bisa pemuda cacat yang selalu mereka hina bisa mengimbangi semua gerakan Lila Sari
Coyo Wigoro hampir mendaratkan pukulan ke wajah Lanting Beruga, jika bukan karena batu hitam di tangannya menyala, dan terangkat."Siapa lawan Coyo Wigoro?" tanya beberapa peserta yang tersisa."Lihatlah, dia yang akan jadi lawan pemuda itu!"Semua orang menatap ke atas, pada sosok pemuda yang ikut melayang dan masuk ke dalam arena lebih dahulu.Dia adalah Kurung Ludro, salah satu dari tiga murid terbaik Sekte Pedang Perak, dan perwakilan desa Bunga Mekar."Apakah kekuatan Coyo Wigoro memang pantas berhadapan dengan Kurung Ludro?" tanya Rudra Pati. "Pemuda itu sepertinya telah mengembangkan tenaga dalamnya beberapa bulan terakhir.""Tidak masalah," ucap Raka Prama. "Tujuanku tidak berubah, Sunta Wira adalah lawanku."Di sisi lain Timpu Rereng mencibir Raka Prama, "Pemuda itu tidak akan selamat di tangan Coyo Wigoro, bagaimana dengan dirimu kelak?"Sementara itu, Coyo Wigoro mulai masuk ke dalam arena pertandin
Pertarungan masih terus berlangsung, menyisakan orang-orang yang kuat. Lanting Beruga sendiri sudah dua kali masuk ke dalam pertarungan, dan semuanya dia menangkan hanya dalam satu jurus saja. Ya, bukankah dia hanya memiliki satu jurus dasar saja?Hingga sekarang yang tersisa hanya, Raka Prama, Rudra Pati, Kurung Ludra, Sunta Wira, Tumpu Rereng dan juga Lanting Beruga.Situasi pertandingan mulai tampak sedikit lebih tegang dari sebelumnya. Bagaimana tidak, yang tersisa hanyalah orang-orang hebat saja.Di sisi lain, Pimpinan Desa Ranting Hijau sudah kehilangan cahaya wajahnya semenjak Coyo Wigoro yang dia unggulkan kalah melawan Kurung Ludro.Dua pemuda yang tersisa mungkin tidak akan bertahan lama pula, Lanting Beruga dan Tumpu Rereng. Menurut Pimpinan Desa, dua orang itu jauh dibawah Coyo Wigoro.Sementara di sisi lain, Pimpinan Desa Cemara begitu bersemangat. Dia yakin Kurung Ludro mampu mengalahkan Sunta Wira.Beberapa saat kemudian, batu
Mengaku kalah? Tidak mungkin, kenapa Rudra Pati mengaku kalah, pikir banyak orang. Apa yang terjadi sebenarnya? "Apakah Lanting telah melakukan perjanjian dengan Rudra Pati, seperti memberinya sumber daya pelatihan atau koin emas?" "Maksudmu pemuda cacat itu telah menyuap dirinya?" "Tentu saja, apa kau pikir Rudra Pati kalah begitu saja melawan manusia lemah?" "Tapi darimana dia mendapatkan uang untuk menyuap Rudra Pati?" Semua orang terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan itu. Jika benar Lanting Beruga menyuap Rudra Pati, paling tidak pemuda itu harus memiliki banyak harta. Masalahnya Lanting adalah pemuda miskin. "Apa yang telah terjadi pada mereka berdua?" tanya para penonton. Rudra Pati tersenyum kecil, lantas memberi hormat kepada Lanting sebelum kemudian turun dari arena pertarungan. Di sisi lain, tanpa diketahui orang lain hanya Raka Prama yang memahami hal tersebut. Menurut pemuda itu, tindakan yang diambil oleh R
Kurung Ludro telah tiba di antara Sunta Wira dan Raka Prama. Namun tentu saja dia bukan untuk membantu Raka Prama. Bahkan batu di tangannya belum menimbulkan cahaya.Kurung Ludra berbalik badan, menoleh ke arah Raka Prama dengan pandangan yang merendahkan. "Orang lemah tidak layak di atas arena."Setelah mengatakan hal itu, Raka Prama ditendang keluar dari arena, tanpa kasihan.Itu bukan tendangan biasa, tendangan barusan mengandung tenaga dalam yang tidak sedikit. Raka Prama muntah darah, tapi sebelum tubuhnya terhempas di tanah, Lanting Beruga menyambar pemuda itu."Hoi, Prama kau baik-baik saja? Prama?"Raka Prama membuka matanya dengan perlahan, luka dalam yang di dapatkan oleh pemuda itu tidak ringan.Serangan pertama dilakukan oleh Sunta Wira, dan serangan ke dua didapatkan dari Kurung Ludra."Elang ...Api," Raka Prama kehilangan kesadarannya."Siapapun, tolong Raka!" ucap Lanting Beruga, sedetik kemudian bawa
Pada saat yang sama, cahaya batu di tangan Lanting Beruga bersinar begitu terang, lebih terang dari milik Sunta Wira, dan itu membuat orang-orang menjadi sedikit kaget.Beberapa saat kemudian, batu itu kembali bersinar redup, dan mengangkat tubuh Lanting Beruga menuju arena pertandingan.Untuk beberapa saat semua tampak diam, memperhatikan Lanting Beruga dari jauh. Kenapa dia dijuluki sebagai Elang Api oleh Rudra Pati? kenapa?Dari segi apapun tidak ada yang istimewa dari sosok pemuda itu. Pimpinan Desa Ranting Hijau tidak berani mendongakan pandangan, dia tidak kuasa melihat rasa malu yang akan diterimanya setelah Lanting Beruga dihajar habis-habisan oleh Kurung Ludro.Sementara di sisi lain lagi, Angga Nurmeda menyipitkan matanya. Dia tidak tahu kenapa Lanting Beruga dijuluki sebagai elang api, burung legenda yang dianggap mitos oleh sebagian orang."Lanting Beruga ..." Eyang Sabat Saketi berbicara pelan dan lembut. "Belum terlambat
Tidak ada yang paham kenapa tubuh pemuda itu bisa mengeluarkan uap, dan tentu saja kulitnya berwarna merah seperti udang rebus. Angga Nurmeda yang paling kuat di sini, bahkan tidak menemukan penjelasan yang masuk akal.Beberapa orang mencoba merasakan tekanan tenaga dalam Lanting Beruga, berpikir jika sebenarnya pemuda itu mungkin saja tidak cacat, tapi pada akhirnya mereka tidak menemukan tekanan tenaga dalam itu.Rudra Pati tersenyum di luar arena, dia berkata, "Lihatlah bagaimana Elang Api bertindak!""Rudra Pati, dari tadi kau selalu mendukung pemuda itu, apa kau tahu sesuatu?" tanya beberapa peserta yang lain."Aku tidak tahu banyak, yang aku tahu cuma satu hal, ketika dia seperti itu, tidak ada yang bisa menghentikan dirinya.""Sekuat itukah dia?""Tidak, tapi dia cepat!"Di dalam arena, Kurung Ludra bersiap-siap menggunakan jurus pembalik cakra, masih mengira jika kekuatan yang ada di dalam tubuh Lanting Beruga bersumber
5 Hari kemudian Raka Prama datang menemui Lanting Beruga di gubuknya. Dia datang dengan membawa sumber daya pelatihan."Besok aku akan pergi ke Sekte Macan Giok," ucap Raka Prama. "Kedatanganku kesini, hanya untuk mengucapkan terima kasih kepada dirimu, karena telah memberikan sesuatu yang harusnya menjadi hakmu, kepada diriku.""Hehehe ... aku tidak melakukan apapun," jawab Lanting Beruga. "Itu adalah keberuntungan dirimu."Raka Prama sepenuhnya tahu bahwa orang yang layak masuk ke dalam Sekte Macan Giok adalah Lanting Beruga, dia adalah pemuda terbaik di desa ini. Hanya saja Angga Nurmeda tidak tertarik kepada pemuda yang tidak jelas asal-usul kekuatannya."Ini, ambilah!" Raka Prama menyodorkan beberapa sumber daya pelatihan yang dapat memperkuat otot pendekar, "Anggap saja sebagai tanda terima kasihku kepada dirimu," Lanting Beruga terdiam cukup lama, dan itu membuat Raka Prama menjadi murung, "Kau tidak menyukainya, kalau begitu buang saja-"