Dan, tanpa menunggu lama, Latifah pun mulai mengaji. Lantunan ta'awudz dan basamallahnya saja demikian merdu dan sedap di telinga. Surah yang ia lantunkan adalah Arrahman.
Subhanallah, lagi-lagi Zoelva dibuat terkesima, bukan karena hanya oleh keindahan suaranya sang bidadari, tetapi karena sang bidadari melantunkan ayat-ayat suci itu dengan menghafal. Lagu dan tadwidnya demikian fasih dan pas, menurut Zoelva yang awam. Ia sampai memejamkan mata untuk menikmati dan menghayatinya. Ia seolah-olah terbawa ke suatu alam fantasi yang demikian mendamaikan jiwanya.
Belum cukup ia membawakan Surah Arrahman, ia pun lantas melanjutkannya dengan melantunkan Surat Al Waaqi'ah. Lagi-lagi subhanallah. Kembali Zoelva memejamkan mata untuk meresapi dan menikmatinya, sampai tak sadar kemudian Latifah telah selesai mengajinya.
Keesokan harinya, Latifah mengirimkan pesanmessengeruntuk mengucapkan selamat pagi dan selamat beraktifitas kembali kepada Zoelva. Saat itu Zoelva sedang berada di cabang garainya yang di daerah Depok. "Ya, terima kasih, bucant buat ucapannya. Ucapan yang sama ya buat bucant," balas Zoelva. "Iya terima kasih, Dik Ganteng. Saat ini saya sedang ada undangan di sekolahnya Syifa, putrinya sayA." Latifah mengirimkan fotonya yang sedang duduk dalam sebuah ruangan kelas bersama para orang tua murid lainnya. "Oh, dalam rangka apa, nih?" "Rapat pembahasan dana BOS, Dik Zoel." "Oh begitu? Saat ini saya sudah di tempat ker
Latifah pun kembali menyembunyikan tawanya dengan ujung hijabnya. "Tentu saya masih istri sahnya seorang laki-laki yang menjadi ayah dari anak saya, setidaknya hingga saat ini," ujarnya kemudian. "Mas Arief adalah pilihan pertama dan berharap sekaligus dalam hidup saya. Tapi...haramkah jika saya mengalamatkan rasa kagum dan kangen kepada laki-laki lain?" Wah, Zoelva dibuat kelabakan oleh pertanyaan sulit itu. Sungguh ia tak tahu jawabannya. Lebih-lebih rasa kangennya wanita cantik di dalam layar hapenya itu kepadanya itu jenis dan rasanya seperti apa? Zoelva terdiam seribu basa. "Boleh Mbak bertanya sesuatu?" tiba-tiba Latifah berkata. "Ya, silakan. Jaka Tarub siap menjawab jika bisa," seloroh Zoelva. Latifah
Oh My God! Zoelva mengusap wajahnya dengan kedua tapak tangannya. Ternyata, sebaik-baiknya dan selembut-lembutnya wanita, tetap jua tidak pernah rela jika suaminya jatuh ke dalam pelukan wanita lain! "Saya tak mampu melukiskan bagaimana sakitnya perasaan Mbak Ifah sekarang. Kalau memang suaminya Mbak Ifah ingin membalas dendam, harusnya kan bukan justru dengan mengorbankan Mbak Ifah dan anaknya. Di sini saya sama sekali takconnectdengan pemikiran suaminya Mbak Ifah. Malah terdengar aneh sekali," ucap Zoelva, tanpa bermaksud menyudutkan suaminya sang bidadari. Hanya mengungkapkan perasaan empati saja. Zoelva tetap tau batas di situ. Karena bagaimana pun, laki-laki yang bernama Arief itu masih sah sebagai suaminya Latifah. "Sejak kariernya mula
Zoelva mengangkat wajahnya. Ia menghela nafas panjang. "Dalam hal bercinta, ternyata dia jauh lebih berpengalaman dibandingkan dengan saya. Dia benar-benar mengajarkan terjemahan cinta secara lengkap. Dia membawa saya ke jenjang kedewasaan sejati seorang laki-laki. Ya, saya mau melakukannya, karena saya sangat mencintai dia. Tapi kenyataannya, ya seperti itu...!” Zoelva mengangguk dengan merapatkan bibirnya. Ada kesedihan yang nyata tampak di wajah gantengnya. "Ternyata pengalaman Akhi pun tak kalah menyakitkan, ya? “ Latifah mengamati perubahan wajah cowok tampan di layar hapenya yang seolah-olah tiba-tiba tertutup mendung tipis. “Tetapi menurut saya,” lanjut Zoelva, “perih yang dirasakan oleh kaum laki-laki akibat dikhianati oleh wanitanya itu jau
Mirdas lantas menceritakan seluruh info dan hasil temuannya tentang Latifah. Zoelva pun mendengarkannya dengan seksama. Dan apa yang diceritakan oleh Mirdas tak jauh berbeda dengan yang Latifah sendiri ceritakan padanya. Artinya, apa yang wanita itu pernah ceritakan kepadanya tidaklah mengada-ada, tetapi memang menurut fakta yang sesungguhnya seperti bagaimana yang ia alami. Kecuali hal-hal yang memang belum pernah diceritakan oleh Latifah kepadanya, seperti misalnya tentang kondisi kehidupan Latifah dalam hal membesarkan kedua anaknya selama pisah tinggal dengan suaminya, sejak setahun yang lalu. Menurut Mirdas, Latifah tinggal di sebuah rumah dengan tipe sederhana dengan status kredit di sebuah komplek perumahan. Di situ ia membuka toko sembako kecil-kecilan. Suaminya sudah amat jarang datang menjenguknya dan kedua anaknya bahkan sejak sebelum suaminya itu mendapat musibah d
Dan pada hari itu juga Zoelva mentransfer uang yang dijanjikannya ke rekeningnya Latifah. Jumlahnya cukuplah untuk memperbesar dagangannya, Zoelva kira. Latifah langsung meneleponku untuk mengucapkan terima kasih. "Tapi ini banyak sekali, Akhi. Mengapa Akhi ikhlas membantu saya, padahal kita belum lama saling kenal?" "Apa mengulurkan bantuan kepada sesama itu harus mengenal dulu, Mbak Ifah?" Latifah bukannya menjawab pertanyaan Zoelva, malah terisak. Zoelva pun memilih untuk pamit dan mengucapkan salam. Tepat di bulan ke empat usia pertemanan dan kontaknya dengan Latifah di dunia maya, Zoelva mencoba tidak mengaktifkan nomor WA-nya selama satu minggu. Otomatis ia dengan Latifah tidak bisa saling ko
Aku kira Latifah akan tersinggung dengan ucapanku itu. Dia malah menanggapinya dengan tersenyum dan berkata, "Saya juga kan tidak muda-muda amat lagi kan, Akhi? Saya juga sudah seorang ibu-ibu, hehehe. Lagi pula saya sudah paham karakter cowok-cowok ganteng didumay, makanya saya tak pernah berminat untuk menjadikan mereka sebagai teman curhat. Tak sedikit di antara mereka yang tidak tulus dalam pertemanan dengan saya. Saya ngeri mendengar cerita dari teman-teman saya yang pernah tertipu dan dikecewakan oleh jenis brondong ganteng yang dikenalnya di dumay. Sementara sejak semula Akhi orang yang baik. Dan nyatanya benar-benar baik." Spontak Zoelva merogoh saku celana dan kantong bajunya sembari bekata, “Receh, mana receh?” Latifah tertawa melihat tingkahnya. “Iih, saya tuh berkata y
"Cinta kan tak selalu bisa diraih melalui rayuan, Mbak cantik?! Dulu pada mantan saya, saya langsung mengungkapkan cinta, dan kebetulan juga pada dasarnya juga suka sama saya. Maka jadilah. Setelah saya merasa sudah sangat cocok dengan dia, saya bermaksud melamar dia. Tapi dia selalu ada saja alasan yang dia berikan untuk menghalangi keinginan saya. Ternyata...selama ini saya dibohongi. Di kotanya dia sesungguhnya telah memiliki kekasih, bahkan tunangan. Saya akhirnya sadar, bukan dia yang menghianati saya, tetapi dia yang menghianati kekasihnya itu.” Zoelva lantas tertawa dan menggeleng-geleng. Menertawakan keperihan hatinya. Menertawakan pengalamannya yang sama sekali tak lucu. "Hm, miris juga ya, Akhi? Mangnya yang mantan terakhir itu pacar Akhi yang keberapa? Maksud Mbak, sebelum dengan dia Akhi pernah punya pacar?”