Sang Raja yang baru saja terbangun dari tidurnya terkejut mendapat laporan dari prajurit jaga. Wajahnya langsung pucat pasi."Kau bilang pasukan Galuh yang dipimpin Rahyang Amara?" tanya Raja memastikan."Betul, Gusti!" jawab prajurit jaga yang menjura di luar pintu kamar. Setelah melihat isyarat tangan sang Raja, dia segera berbalik meninggalkan tempat persemayaman raja.Sang Raja menoleh pada permaisuri yang juga tampak keheranan bahkan sampai terlihat cemas. Untuk apa Putra Mahkota Galuh itu sampai datang dengan membawa pasukan?"Aku akan lihat ke depan, Dinda kerjakan saja kegiatan seperti biasa," kata sang Raja.Tanpa membersihkan badan terlebih dahulu, hanya berganti pakaian saja dengan yang lebih resmi. Sang Raja bergegas ke halaman depan istana.Di sana sudah ramai para pejabat lain yang menunggu kehadirannya. Hampir semua wajah menunjukkan raut keheranan.Sang Raja menyeruak maju hingga berada paling depan. Sejenak dia memperhatikan Rahyang Amara yang juga berdiri di depan pa
Selama dekat dengan Saka, ternyata Nari Ratih bukan cuma menyukai calon suaminya itu. Dia juga tertarik ingin memiliki kepandaian silat.Saka tidak keberatan mengangkat gadis itu jadi muridnya. Mengajari jurus-jurus dan ilmu baik itu berasal dari gurunya -Ki Aswani- atau dari kitab Sapta Wujud.Yang lebih mencengangkan buat Saka, ternyata si gadis memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Sehingga bisa menguasai jurus-jurus atau ilmu dalam waktu singkat.Saka juga membuatkan senjata untuk Nari Ratih. Yaitu berupa pedang yang bilahnya lentur sehingga bisa melengkung bagaikan sabuk.Kini Nari Ratih sudah layak disebut pendekar.Singkat cerita kini Saka Sinting dengan Nari Ratih sudah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan mereka dilangsungkan secara sederhana saja di kediaman Menteri Teja Sarwa.Semua pejabat hadir, kecuali keluarga Jarantaka. Mereka merasa malu karena sudah sering menghina Menteri Teja Sarwa.Selanjutnya karena jiwa Saka adalah petualang, maka sang istri juga ingin ikut
Si gadis bernama Parwati acungkan pedang. Siap bertarung seandainya mereka memaksa. Hatinya sudah bulat dengan keputusannya apapun yang akan terjadi."Aku tidak akan pulang sebelum membatalkan perjodohan!""Tapi ayah sudah berjanji, dan tidak mungkin mengingkari. Ini akan merusak nama baiknya!" Lelaki yang bicara ini sepertinya saudara Parwati. Tepatnya kakaknya."Demi nama baik, kenapa harus mengorbankan aku?" teriak Parwati wajahnya mengkelam. Dia merasa beban di pundaknya sangat berat. Apakah memang begini nasib anak perempuan, selalu dijadikan tumbal untuk sebuah nama baik."Itu karena Raksana yang memilihmu!""Seenaknya saja memilih, memangnya siapa dia?""Parwati, ingat ayah berutang banyak pada Juragan Somara!""Kalau begitu aku yang akan melunasi, tapi tidak dengan cara menikahi laki-laki itu!""Keras kepala!"Tiga orang ini bergerak hendak meringkus Parwati. Namun, si gadis putar pedang untuk m
Di dalam kedai cukup ramai dan kebetulan laki-laki semua. Melihat kedatangan Nari Ratih, semuanya mendadak terdiam. Pandangan mereka seolah tak ingin lepas dari sosok cantik nani indah itu.Nari Ratih tidak peduli, dia melangkah mendekati tempat pemilik kedai untuk memesan beberapa makanan. Dia bilang makanannya mau dibawa ke dalam kereta kuda.Ketika si cantik yang sudah jadi istri Pendekar Mabuk ini hendak kembali setelah mendapatkan dan membayar pesanannya, dua orang lelaki menghadangnya."Gadis cantik, Juragan pasti mau, kau harus ikut kami!" Salah satunya hendak menarik tangan, tapi Nari Ratih segera mundur."Siapa kalian, kenal juga tidak tapi seenaknya saja mau bawa-bawa orang!"Dua lelaki ini tertawa keras, tapi wajah mereka sengaja dibuat garang bermaksud menakuti. Nyatanya Nari Ratih masih bersikap datar."Tidak perlu tahu siapa kami, kau sudah memasuki desa ini dan kebetulan kau cantik. Maka kau harus diserahkan ke Jur
Wajah yang merupakan seorang pemuda ini tampak terkejut. Lalu dia buru-buru mengajak Saka masuk. Beberapa lama kemudian Saka keluar, kali ini bersama pemuda yang tadi.Masalah datang lagi ketika mereka sampai di pertigaan jalan yang tadi. Orang yang tadi menghadang lagi dengan seringai licik dan satu tangan memegang gagang golok di pinggangnya."Ada apa lagi?" tanya Saka."Sepertinya kau orang kaya, maka peraturannya berubah!"Mendapat satu koin emas yang sangat berharga membuat orang-orang di sini berkesimpulan setidaknya Saka seorang saudagar sehingga dia tidak takut diintimidasi bahkan dengan mudah memberikan apa yang diminta."Maksudnya?" Saka sudah tahu arahnya."Agar kau bisa selamat keluar dari desa ini, maka serahkan seluruh harta yang kau bawa!""Peraturan atau perampokan?" tukas Saka. Sikapnya yang tetap tenang membuat anak buah Raksana ini heran. Karena menurut penglihatan mereka, Saka sama sekali tidak memili
Serangan pertama ini hanya mengenai udara. Nari Ratih mampu menghindar saat tapak itu hampir mengenai wajahnya. Posisi si gadis belum bergeser sedikitpun saat serangan susulan tiba.Sampai tujuh serangan dalam tiga kejap, Nari Ratih mampu mengelak tanpa menggeser kedua kakinya. Tubuhnya meliuk indah.Anak buah Raksana sampai terpana melihatnya. Apalagi Raksana yang berhadapan langsung. Dia harus menahan hasratnya."Sebenarnya aku ingin langsung menghadapi ayahmu yang katanya orang paling sakti di desa ini!" pongah Nari Ratih memancing sambil terus menghindar."Melawanku saja belum tentu kau mampu!" dengkus Raksana meningkatkan kecepatan serangan. Kejap kemudian dia merasa salah berucap. Wajahnya bersemu merah."Apa tidak terbalik? Sudah berapa jurus kau keluarkan tapi tidak mampu menyentuhku?"Raksana geram. Yang dikatakan si gadis memang benar, dia belum sekalipun menyentuhnya dengan serangan. Padahal sudah meningkatkan tenaga d
Di ruang depan, Ki Somara memasang raut muka dingin. Sebelum Raksana kembali dengan membawa luka. Beberapa anak buahnya melaporkan tentang seorang lelaki yang kebal senjata, bahkan mampu mematahkan golok.Menurut mereka orang itu bukan warga desa sini. Mereka curiga dia membantu orang-orang Ki Wardana yang masih berkeliaran di luar, karena pemuda ini menjemput salah satu warga desa."Gadis yang melukai Raksana dan lelaki kebal, apa mereka ada hubungannya?" pikir Ki Somara.Lelaki paruh baya ini sempat berpikir ingin meminta bantuan gurunya, tapi dia akan malu nantinya. Masa menghadapi mereka saja sampai meminta bantuan?Tapi mengingat luka yang diderita anaknya, juga laporan anak buahnya telah membuatnya membayangkan betapa hebatnya kekuatan dua orang itu.Sementara tak mungkin laporan anak buahnya dibuat-buat karena sebelumnya dia tidak menerima laporan tentang kegagalan. Mereka selalu membawa kabar memuaskan sebelum hari ini.A
Parwati tak bisa menahan tangisnya begitu melihat kondisi kakaknya yang mengenaskan. Dia memeluk erat Utari yang belum juga sadar. "Aku tidak akan puas sebelum mencabik-cabik durjana itu!" geram Parwati. Hatinya begitu terguncang. Dia merasa sangat bersalah. Kakaknya bisa jadi begini karena ulahnya yang egois. Begitulah yang ada dalam benaknya. Saka segera meminumkan tuak ke mulut Utari agar kondisinya segera membaik. Nari Ratih menerangkan kalau dia sudah membuat pemuda itu mandul. Bahkan tidak bisa menggunakan benda keramatnya lagi. Saka tersedak mendengarnya. Melihat keadaan Utari yang malang begini, wajar saja kalau istrinya emosi lalu melampiaskan dengan cara seperti itu. Tak terbayangkan seandainya dirinya yang mengalami seperti itu. Tiba-tiba di luar kereta ada suara memanggil. Saka membuka pintu. Walau gelap tapi masih bisa melihat dua orang berdiri. Kantadalu dan yang satunya sudah pernah melihat, mungkin kakaknya Parwati. "Akhirnya kutemukan juga!" ujar Kantadalu. Se