Aku menghalau sinar matahari, yang terasa begitu membakar kulit. Merasa seperti vampire. Berjalan terburu-buru, aku langsung masuk ke dalam mobil.
Membuka kardigan, karena terlalu panas. Aunty Ilene menyambutku dan tersenyum. Hari ini, kami akan pergi ke dokter untuk memeriksa kandungan. Yeah, setelah berkabung sekitar dua bulan, benar-benar mengurung diri, tak pernah keluar rumah, yang membuatku seperti takut dengan matahari. Terkadang, ada saat aku merasa tidak berguna sama sekali, aku hanya jadi beban bagi orang tuaku, bagi Aunty Ilene dan suaminya.
Aku telah berhasil melewati masa-masa trimester pertama yang melelahkan, dan hari ini kami akan periksa kandungan, sekalian mengecek jenis kelamin. Siap tak siap, tapi sedikit perasaan membuncah yang membuatku tak sabar untuk melihat anakku. Aku akan berpijak kuat pada dunia, untuk membela anakku, tidak ada yang boleh menyakiti dirinya.
Aku melihat ke jalanan. Sedikit perasaan sedih membuatku ter
SAMBUNGAN CHAPTIRE 25!Danish's POVKalian pikir aku akan bodoh? Aku akan mengikuti sandiwara murahan tersebut? Tidak! Sejak awal, aku sudah tahu jika itu adalah anak-anakku. Walaupun, tanpa bukti yang aku temukan, aku tetap akan mengenali anak sendiri. Sebenarnya, aku sangat menyesali, setan apa yang merasuki diriku agar membuang para berlian ini?Aku merasa jadi bajingan paling beruntung ketika mengetahui fakta itu. Tinggal bagaimana membujuk Anna untuk menikah denganku, kami pernah gagal menikah, dan sekarang aku ingin menunjukan padanya keseriusan dan menikah, menikah untuk terakhir kalinya.Wanitaku.Aku hanya mengikuti mobilnya yang menuju rumahnya, dan akan kujadikan rumahku selanjutnya, aku dan Anna harus tinggal dalam satu atap.Ketika melihat kecantikannya yang tak pernah memudar, ketika Anna keluar dari mobil dan menyusul Celine dan Celena. Entah kebaikan apa yang pernah kulakukan di masa lalu, hingga Tuhan
Ayah memintaku untuk menemuinya segera, tapi aku punya alasan yang lebih urgent. Aku tahu, apa yang mau dibicarakan Ayah.Setelah pulang kerja, aku akan menemui Mommy si sialan. Misi dimulai sekarang. Jadi, begini kira-kira skenarionya. Aku sudah menghire seorang mahasiswa yang butuh uang. Jadi, dia akan berpura-pura mengaku sebagai kekasih Danish brengsek, dan punya anak kembar. Aku akan membawa anak-anakku, aku ingin buat ibunya serangan jantung. Ya, sedikit jahat tidak masalah, karena anak mereka dasarnya tak punya otak.Aku sedang bersemangat untuk berdandan, tampil secantik mungkin, aku ingin menunjukkan aku sudah bangkit, tinggal balas dendam saja.Aku memulas mata dengan eyeshadow berwarna abu-abu, tinggal lipstik. Merasa begitu cantik, dan tampil percaya diri.Berpikir, saat menemui kata-kata hasutan apa yang membuat ibunya jadi membenci anaknya sendiri. Walau aku tahu, Mommy si sialan itu berhati lembut. Menarik napa
Danish's POV.Bayangan tentang pernikahan menari-nari di kepalaku, berserta banyak kesebelasan anak berlari di segala sudut ruangan.Dengan langkah yang mantap, aku masuk ke dalam rumah, selangkah lagi aku akan membawa Anna dalam dekapan hangat, dan tidak akan pernah bisa dilepaskan lagi.Sambil bersiul, aku memainkan kunci mobil. Berpikiran untuk resign dari G00gle, dan bekerja di cabang G00gle demi Anna, dan anak-anakku."Danish, kamu sudah punya anak?" Langkahku terhenti, karena pertanyaan Ayah. Aku tersenyum, dan merasa bangga sebagai seorang ayah. Merasa sebagai seorang pahlawan, walau terlambat."Ya. Ayah sudah tahu? Padahal aku rencananya mau buat kejutan." Aku mencoba memperjelas, di saat wajah Ayah mengeras.Bugh!Dalam sekali pukulan, kepalaku langsung berputar, aku mencoba meludah sebentar, dan berdarah. Pukulan itu tidak main-main."Kamu benar-benar bajingan! Kamu mau
Kalian pernah berpikir seandainya kata penyesalan itu tidak pernah terciptakan? Seandainya, perasaan menyesal itu tak ada mungkin aku tidak akan sekalut ini.Aku benar-benar merenungi nasibku, memandang ke jalanan, ditambah suasana yang seperti terus menghukum diriku, sekarang hujan turun tak begitu deras, tapi tidak juga gerimis, dan intens. Seperti perasaanku yang teriris, dan menangis, karena penyesalan.Aku melihat jam yanga melingkar pergelangan tangan, sedang menunggu Raja. Hanya ingin berbagi, walau mungkin dia akan menertawakan kebodohanku. Sungguh, aku sanggup menyebut kata 'menyesal' hingga jutaan kali, demi Anna memaafkan diriku.Aku menatap bangku kosong di depanku, dan membayangkan Anna tersenyum manis ke arahku. Ah, wanita itu. Sekarang dia sangat membenci diriku. Entah apalah arti diriku tanpa Anna. Wanita itu adalah orang hebat di belakangku, hingga aku sampai pada tahap ini, dan menyakiti dirinya semakin dalam.Ann
Aku tak tahu sejak kapan Mommy menjadi keras kepala seperti ini, tapi Mommy mengikuti diriku menuju rumah Anna. Aku sudah berkali-kali melarang, dan menolak, tapi wanita yang selalu memanjakan aku begitu ngotot ingin ikut. Aku tahu, Mommy menaruh harapan besar, dan juga senang, karena punya dua cucu, karena Mommy dari dulu ingin punya anak lagi, tapi tak lagi diizinkan. Akhirnya, Mommy hanya menaruh harapan padaku, dan Mommy sangat menyayangi Anna, Mommy selalu berpesan hanya Anna yang boleh jadi menantunya. Aku hanya menggeleng, dengan permintaan aneh orang tua ini. "Anna masih menaruh dendam pada kita." Aku mencoba memperingatkan, di saat Mommy hanya menggeleng. "Mommy akan melakukan apa saja agar kalian bersatu." Sekarang gantian aku menggeleng, punya dua wanita tersayang yang sama-sama keras kepala. Aku memutar musik slow, mengisi. Mommy hanya tersenyum, dia saat aku sedikit khawatir Anna tidak akan menyukai kehadiran kami
Aku hanya mengamati pemandangan di depanku, dengan perasaan dongkol luar biasa. Rasanya, ingin melempar pasir ke wajah mereka satu-persatu.Suara ombak bergulung-gulung, saling bersahutan. Menghela napas, aku memalingkan wajahku ke arah lain. Mau bagaimana lagi, alam seolah selalu membuatku berakhir di sini.Walau tak ada perasaan tak ikhlas di sini.Anak-anakku tertawa dengan puas sambil berenang, dengan memakai masing-masing pakaian renang, dan pelampung bebek dengan mulut jelek. Huh, aku masih kesal, begitu kesal.Danish sialan itu begitu membujuk anak-anakku, aku sudah menolak mati-matian, tapi anak kecil selalu meminta sesuatu dengan tangisan, akhirnya aku menghela demi anak-anakku. Dasar Danish sialan, perayu ulung!Laki-laki sial itu sedang berenang bersama anak-anakku, ditambah ibu dan ayahnya ikut dalam trip kali ini. Aku tahu, mereka semua mau mencoba menarik perhatian anak-anakku, sebenarnya aku tak ikhlas sam
"Anna, kami tahu ini memang tak mudah. Ya, pernah ada kesalahan di antara kita. Tapi, sebagai keluarga besar, kita pernah saling mengenal sebelumnya. Tentu, tidak bijak jika kita saling bermusuhan, karena ini. Kami meminta maaf, dan akan menebus semuanya."Aku mengembuskan napas panjang, sambil menatap pada Ayah Danish. Aku tak tahu kenapa, orang tua Danish selalu saja merendahkan harga diri mereka, demi anak sebiji mereka yang brengsek!Aku kembali mengarahkan pandangan ke arah Danish. Dia selalu berpijak pada orang tuanya, dia sudah berbulu, bukan lagi anak kecil. Aku benci laki-laki ini. Dia bersikap seenaknya, dan sekarang orang tuanya harus mengemis-ngemis seperti ini? Binatang seperti apa Danish itu?"Bahkan, Danish bisa melakukan semuanya sendiri. Kenapa di sini terkesan Danish cuci tangan, dan menyuruh orang tuanya? Di saat dia bisa melakukan sendiri!""Kami tahu. Dari keluarga besar Danish, kami meminta maaf pada apa yang pernah
"Cucu aku yang cantik-cantik."Senyum terpaksa akhirnya kuulas, dan terlihat bahagia, walau mungkin beneran bahagia."Aku nggak bawa apa-apa, Mommy." Aku berkata dengan jujur. Saat masih di kantor, Ibunda Zyan, Mommy Danish meminta aku membawa anak-anakku, sebenarnya aku tak enak hati menolak, tapi tidak akan mengizinkan mereka dekat dengan anak-anakku, jika aku tak bisa mengawasi langsung. Setelah pulang kantor, aku langsung membawa ke dua anakku ke sini. Dan untuk pertama kalinya, Celine dan Celena datang ke sini.Anak-anakku selalu bersemangat melakukan apa saja, mereka mengelilingi rumah, dan bertingkah pernah ke rumah ini sebelumnya. Aku hanya berdiri, memperhatikan rumah yang sudah lima tahun tidak ke sini."Aku kira tadi nggak ingat lagi jalannya." Aku berkata untuk mencarikan suasana, keadaan masih sama, belum banyak yang berubah, kecuali mungkin TV yang makin lebar, warna sofa yang diganti, aku bisa menebak sofa ini digant