Share

Chaptire 8

"Duduk manis di sana, biar Bunda masak." Aku langsung menyuruh anak-anak karena meminta dengan tidak sabar ingin makan sushi roll crispy. Aku sudah melihat resep dan cara membuatnya juga gampang. 

Sebisa mungkin aku menuruti permintaan anak-anak karena laki-laki sial itu berhasil mencuri hati anak-anakku dan mereka sudah suka padanya. Anak-anak jadi suka membandingkan dirinya denganku yang tegas pada mereka. 

Aku mengocok telur ingin membuat telur dadar terlebih dahulu. Saat memotong sosis kecil-kecil si sialan itu masuk ke dapur. Saat pulang ke rumah, aku melarang dirinya untuk menginjak kaki di rumah ini tapi dia anak-anak yang mengundang. Mereka sangat kompak membuatku hanya bisa mengelus dada. Dasar ayah dan anak nyusahin! 

"Dapur kamu rapi ya." Aku berhenti memotong dan masih memegang pisau. Jika pisau ini menancap di dadanya akan membuatku puas sekali. 

"Sebenarnya aku nggak sudi kau masuk dalam rumahku! Suami aku pasti marah besar!" Dia menarik napas panjang. 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Danish's POV

Pemilihan kata suami begitu menganggu. Entah kenapa rasanya hatiku dipanah ribuan jarum hingga berdarah-darah. Entah kenapa aku tidak ikhlas Anna punya suami. Apa aku egois? 

Aku memperhatikan Anna yang begitu telaten mengurus anak-anaknya. Benar kubilang, Anna akan jadi ibu yang luar biasa dan dia membuktikan itu. Anak-anaknya begitu lucu. Walau dia sudah punya suami tapi Anna itu seperti magnet yang menarikku begitu kuat dan tak bisa dilepaskan. Dia seperti magnet kutub utara dan dan aku magnet kutub selatan bertemu. Pasti tidak bisa dilepaskan. Apa aku bisa berharap seperti itu? 

Kuperhatikan jari-jari tangannya yang polos. Dari tadi mataku juga mencari foto pernikahan dan siapa suaminya, tapi tidak ada figura itu. Aku sedikit menaruh harapan walau rasanya mustahil. Aku sudah membayangkan menyematkan cincin di jari manis Anna dan berjanji di hadapan Tuhan untuk membangun keluarga impian bersama. 

Saat bulir-bulir keringat itu keluar rasanya aku ingin menghapusnya, melihat leher jenjangnya, rasanya aku ingin menjejalkan mulutku di sana dan memberi tanda cinta di lehernya. Atau bercinta di dapur sekarang, Anna memegang pinggiran meja dan aku menusuknya dari belakang. Shit! Kenapa otakku tak pernah bekerja dengan benar jika menyangkut Anna? Dia pasti menganggapku laki-laki bejat, brengsek yang hanya peduli pada selangkangan, padahal bagiku Anna lebih dari itu. Wanita itu segalanya. 

"Aku muak lihat kau!" Nadanya ketus, tapi aku malah tersenyum. Ingin mengecup bibir mungil dengan warna merah alami, tenggelam dalam lidahnya mengabsen setiap mulutnya dan tak ingin melepaskan ciuman itu, sampai bibir Anna mati rasa. Shit! Aku menatap iba pada adikku yang sudah berdiri kokoh! 

Bukan sekarang, Tiger. Tiger sudah tidak sabar, mengulang kegiatan panas di hotel tempo hari, saat Tiger mengisi milik Anna sangat sempit dan menggigit. 

Aku menarik napas panjang, mencoba menghilangkan semua pikiran mesum. 

Aku mencoba mendekatinya, aku suka aroma tubuhnya, tidak berubah walau tahun-tahun berlalu. 

"Jangan mendekat!" Anna menunjukku menggunakan pisau. Aku malah tersenyum dan semakin mendekat, dia jadi waspada memotong sosis dan fokus ke arahku. 

"Aku bilang jauh-jauh." Semakin dia melarang, aku semakin mendekat. 

"Awhhhh!!!" Benar saja tangan Anna langsung teriris, sedikit darah merembes mengenai alas potong, dia meringis. Aku mengambil jadi telunjuknya menatapnya dalam, dia diam. Aku sangat mencintai wanita ini. Sekarang yang tersisa hanya penyesalan, dan rasa cinta yang semakin membumbung tinggi. 

Aku langsung menghisap darah Anna dia menahan napasnya, aku tersenyum ke arahnya. Saat darah itu habis, aku mengemut tangannya. Semakin mendekat langsung memeluk pinggangnya dengan posesif, Anna hanya mendongak melihatku. Aku menatapnya dalam penuh kerinduan, sedangkan dia hanya menatapku polos. 

Aku mengeluarkan jari tangannya dan mendekatkan wajahku ke arahnya, Anna menutupi matanya. Aku tersenyum lagi, dia suka dengan sentuhan yang aku berikan. Aku jadi curiga apa benar Anna sudah punya suami? Sedangkan miliknya masih begitu sempit. Sepertinya kami bisa mengulanginya malam panas tersebut. 

Bibirku menyentuh bibirnya, dia dengan pasrah membuka bibirnya, dan lidahku tanpa permisi masuk dan mengemut bibir bawah Anna, dia malah memelukku, pelukan di pinggangnya semakin posesif. Aku meraup sebanyak mungkin, rasa rindu dan cinta yang masih tertanam kuat untuknya kusalurkan, dia mengeluh aku tersenyum di sela ciuman itu. Wanita ini selalu tak pernah berdaya di bawah kuasa. 

Jari-jari tanganku mencari ujung kaosnya ingin mengelus-elus kulitnya yang halus. Anna sadar, dia mendorongku. 

PLAKKK!!

Bunyi tamparan itu begitu kuat. Tapi aku tidak merasakan sama sekali, Anna mengepalkan tanganku, aku hanya tersenyum ke arahnya. Anna menatapku tajam, penuh permusuhan tapi aku terus tersenyum. 

"Aku benci sama kamu!" Aku hanya tersenyum. 

"Bunda! Lama kali." Kami bahkan melupakan anak-anak. 

"Beli makanan aja. Bunda mau mandi." Anna langsung keluar dari dapur. 

Anak-anak Anna langsung cemberut. Mereka anak-anak yang begitu manis. Semuanya cantik seperti ibu mereka, dan mengemaskan. Aku yakin, Anna jadi seorang ibu yang bangga dengan semua anak-anaknya. Aku penasaran dengan suami Anna. 

Sebenarnya kenyataan ini begitu menamparku telak, Anna sudah punya anak bersama laki-laki lain, dan kesempatan buatku untuk kembali bersama Anna hampir mustahil kecuali suami Anna meninggal dalam tugasnya. Jahat kah diriku jika mengharapkan suami Anna meninggal? 

Semalaman aku tak bisa tidur memikirkan Anna punya anak. Aku penasaran dengan anak-anak Anna dan sedikit simpati karena Ayah mereka pergi jauh. Mereka pasti membutuhkan sosok Ayah, dan kesempatan ini bisa kugunakan untuk mengambil kembali hati Anna. Katakanlah aku brengsek, tapi aku ingin Anna menjadi milikku, berhubungan dengan wanita itu aku menjadi egois! 

"Okay, Om masak dulu." Mereka menatapku polos. Kenapa mereka seperti memiliki magnet membuatku ingin terus mendekat ke arah mereka. 

Celine dan Celena merusuh sedangkan aku meneruskan pekerjaan Anna yang tertunda. Aku jadi membayangkan membangun keluarga impian bersama Anna. Apa aku harus menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh suami Anna? Atau meracuni suami Anna dengan mengirimkan makanan akhirnya dia tewas dan aku bisa memiliki Anna kembali. Yeah, lagi-lagi aku bersifat pengecut dan jadi laki-laki brengsek di semua orang. 

"Ayah kalian kapan pulang?" 

"Kata Bunda, Ayah kerja jauh." Sosok suami Anna terus mengganggu diriku. Sepertinya aku harus mengatur strategi agar suami Anna tidak pernah pulang, seperti membajak pesawat yang ditumpangi laki-laki itu dan membuangnya di Segitiga Bermuda. Baiklah! Jangan hiraukan pemikiran konyol yang terakhir. 

"Om sudah selesai, kalian bisa panggil Bunda buat makan." Mereka tersenyum dan langsung berlari ke kamar Anna. 

Sepertinya aku harus jadi laki-laki brengsek dan seorang psikopat berdarah dingin agar Anna jadi milikku kembali. 

Aku menata makanan itu, dan menunggu Anna. 

Dia adalah wanita yang paling berharga dan aku ingin hanya wanita itu tempat aku menghabiskan masa tua bersama. 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Sial! Sial! Sial! 

Anna seperti sengaja ingin menguji imanku yang hanya setipis kulit bawang. Bagaimana mungkin dia hanya memakai kimono berwarna pink dengan rambut basah. Leher jenjang dan bibir ranum itu begitu menggoda. Dadanya yang terlihat begitu bersih dan bukit kembar yang menyembul malu-malu ingin menyapa diriku. Berkali-kali aku mengumpat dan minum air, jangan sampai aku nekat, menerjang Anna dan memperkosa di meja ini. Shit!

"Bunda, kenyang loh." Anna menggosok tangannya dan melihat ke arah makanan sederhana yang aku masak. 

"Bunda tadi bilang lapar." Aku menggodanya, Anna memutar bola matanya dan menatapku penuh permusuhan walau yang aku tangkap dia seperti seekor kelinci berwarna putih mengemaskan, kelinci binal yang memang diciptakan khusus untukku. Shit! 

Entah sudah berapa banyak gelas air kuminum. Anak-anak malah pergi ke depan TV. Sepertinya aku harus mempelajari suami Anna dan benar-benar meracuni laki-laki itu dan aku bisa menikahi Anna. Saat pertama kali melihat anak-anak Anna aku seperti memiliki keterikatan dan magnet yang menarik begitu kuat. Aku dari dulu tak pernah suka dengan anak kecil. Anak kecil itu monster dan menyebalkan tapi pengecualian untuk anak-anak Anna. Yeah, aku harus meracuni suami Anna. 

"Besok jangan masuk ke rumah aku lagi! Haram! Suami aku akan marah besar! Jangan dekat dengan anak-anakku, Ayah mereka tak suka mereka dekat dengan orang asing." 

"Nikah sama aku, jadi halal." Aku berkata dengan santai. Anna menatapku malas. Tapi aku menikmati semua ekspresi yang dia tunjukkan. Rasanya aku ingin menenggelamkan milikku dalam mulut mungil itu hingga mencapai puncak, atau Anna berbaring tak berdaya di atas meja dan aku bebas mengulum payudara miliknya yang sempurna itu. 

Sial! Sial! 

"Besok aku panggil polisi." Lihat! Dia semakin mengemaskan, kelinci binal kesayangan aku. Bagaimanapun wanita ini harus jadi milikku. Persetan dengan suami Anna. Laki-laki itu tidak berhak, Anna adalah belahan jiwaku yang sudah digariskan oleh takdir. 

"Celine! Celena! Cepat makan!" Anna berteriak. Otak mesumku malah berpikir ketika dia berteriak puas saat mencapai puncaknya dan terbaring tak berdaya di ronde ketiga percintaan kami yang panas. Rasanya aku ingin nekat, menyeret wanita ini menuju kamar dan membuka kain penghalang sialan itu dan aku bebas mengeksplor seluruh tubuh Anna. 

"Tapi ...." Aku menjeda kalimatku. Anna menatapku sekilas. "Kalau kamu sudah punya suami, malam itu kami nggak mungkin mau bercinta dengan aku, bahkan kamu mencegahku pakai pengaman!" Wajahnya memerah. Ya Tuhan, aku sudah tidak tahan. 

"Itu aku mabok! Dan kau sialan yang memanfaatkan orang mabuk." Aku tersenyum miring mengejeknya? Benarkah? Mulut dan bahasa tubuh Anna tidak singkron sama sekali. Mulutnya berkata tidak, tapi gesture itu mengatakan semuanya, dia memohon untuk disentuh. 

"Oh, benar saja. Di saat ada orang mabuk yang meracau masih mencintai mantannya di saat dia sudah punya suami!" Anna mengepalkan tangannya, dan langsung beranjak dari kursi. 

"Sia-sia ngomong sama orang sial!" Aku malah terhibur dengan semua caci maki tersebut. 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

"Om, Celine dan Celena dijemput Buna. Buna mau ajak mandi bola." Aku hanya mengangguk. Anna sudah masuk ke kamarnya, anak-anak sudah pergi. Aku hanya melambaikan tanganku ingin pulang juga. Besok aku harus kesini lagi, aku tidak akan kendor. Mencari celah bagaimana Anna masuk lagi dalam hidupku! 

Aku masih menyusui figura yang dipajang di ruang tamu. Tidak ada laki-laki di sana. Ada foto Anna di sana saat dia wisuda dulu. Itu saat aku baru saja bertolak ke Amerika. Anna tersenyum sangat cantik. Wanita itu memang tak pernah gagal membuatku terkagum akan keindahan Tuhan. Tuhan menciptakan Anna saat Tuhan sedang jatuh cinta, membuatku jatuh cinta padanya setiap detik. 

Apa aku harus menyewa detektif untuk tahu siapa seluk beluk suami Anna? Dan aku menyewa pembunuh bayaran? 

Tidak ada foto pernikahan Anna. Setiap hari aku harus ke sini agar melihat laki-laki itu lagi. 

"Kamu memang tak punya otak! Kenapa dari dulu tak pernah punya urat malu?" Anna begitu murka. Tapi aku menikmati semua amarah itu. Dia belum berganti baju, masih memakai kimono sialan itu. Aku melihat keadaan sekeliling, anak-anak Anna tidak ada, bisa kugunakan kesempatan ini untuk bercinta dengan panas bersama Anna. Shit! 

"Aku benar-benar curiga, apa kamu memang punya suami?" Wajahnya langsung gelagapan dan dia seperti seorang pencuri yang baru saja tertangkap basah. 

"Bukan urusanmu, sialan!" Anna langsung mendorongku, saat dorongan yang begitu kuat membuat ikatan kimono itu melorot. Sial! Dia tidak pakai apa-apa di dalamnya. Anna mematung, kesempatan itu langsung kugunakan untuk mendekat. Tanganku menyusuri kulitnya yang mulus, Anna buru-buru mengikat kimono itu. Telat! Aku menahan kimono tersebut dan langsung meremas bukit kembar itu. Hal yang ingin kulakukan sedari tadi. Aku menghirup aroma sabun yang masih tertinggal begitu segar! 

Aku mengecup buah dada itu. Anna diam, aku tersenyum penuh kemenangan! 

Dia galak tapi sepertinya haus dengan sentuhan. Apa suaminya yang bodoh itu tak bisa memuaskan Anna? Shit! Bodoh sekali dia! 

Aku meremas pelan, Anna menggigit bibirnya, dia tidak sadar jika aku sudah menuntun Anna menuju sofa, aku terus menggoda Anna. Saat matanya terbuka dan sadar aku sudah mendorong Anna dan langsung membungkam dengan ciuman. Dia bergerak tidak menerima, tapi saat lidahku menyapa dan menggoda miliknya, dia terbuai. Persetan dengan norma! Persetan dengan suami Anna yang bodoh itu! 

Aku melebarkan kaki Anna dan jari-jariku menyusupi perut Anna dan menuju celah sempit yang sudah basah. Aku menggodanya, terseyum puas mengangkat jariku dan menjilatinya. 

"Kamu selalu siap untukku!" Aku berkata dengan penuh kemenangan! Dia haus dengan sentuhanku. 

Wajahku mencium perut ratanya dan lidahku langsung menusuk benda sensitif Anna yang membuat dia menggelinjang tak berdaya. 

"Kau ingin aku berhenti?" 

"Please!" bisik Anna. Aku langsung meniup telinganya, Anna langsung menggigil. Jari-jari tanganku keluar masuk saat Anna merapatkan kakinya tak ingin jari-jari tanganku pergi. 

"Kamu akan segera mendapatkannya, Sayang." bisikku sensual, saat aku membuka gesper celana milikku. Aku dan Anna akan bergerak seirama dan melolong keras penuh kenikmatan sore ini. Aku akan mengajak Anna ke langit tujuh bercinta di segala sudut rumah Anna. Kalau boleh, aku ingin bercinta di depan foto suami Anna. 

Aku harus mengajak Anna ke kamarnya dan memeriksa siapa suaminya. 

Aku memberi servis terbaik pada Anna, hingga dia melupakan siapa suaminya, dan dia hanya mengingat namaku dan hanya menyebut namaku ketika dia mencapai puncak miliknya. 

Mari kita berpesta!

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Aduh, otak polos emak tercemar! Mesum bangat si Danish πŸ˜‘πŸ˜‘πŸ˜‘. 

mak : Gue sunat punya lu nantiπŸ˜‘πŸ˜‘. 

Anna : Dih, Mama. Mana boleh itu punya aku. 

(Danish tersenyum puas melihat miliknya yang masih membengkak, sepertinya Anna tak bisa jalan besokπŸ€ͺπŸ€ͺπŸ€ͺ) 

Semoga terhibur 😍😍😍. 

See you😘😘😘. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status