Share

LIKA-LIKU HIDUP MAMAN
LIKA-LIKU HIDUP MAMAN
Penulis: Ram Tadangjapi

Bab 1

Waktu masih menunjukkan jam satu pagi, Maman merasakan tubuhnya begitu lelah namun tidak mampu membuatnya tenggelam dalam lelap. Maman sangat ingin tidur namun entah apa yang membuatnya begitu susah untuk menemukan lelapnya tidur. Dengan gusar Maman bangun dari tempat tidur, ia lalu menyalakan sebatang rokok sambil keluar dari kamarnya. Ruang tengah sudah gelap begitu pula di ruang tamu dan dapur, satu-satunya tempat yang masih terang di teras itupun hanya diterangi lampu pijar.

Perlahan Maman membuka pintu menuju teras, jalan raya sudah mulai lengang dari lalu lalang kendaraan. Maman duduk bersandar di salah satu tiang rumah sambil menghisap dalam-dalam rokoknya, ia menikmati kepulan asap yang keluar perlahan dari mulutnya seakan mengikuti arah pikirannya yang menerawang entah kemana.

Tak terasa waktu berjalan seakan lebih cepat dari perkiraan Maman, di halaman beberapa puntung rokok berceceran sementara masih ada sebatang lagi yang terselip di bibir Maman. Dari kejauhan suara radio dari mesjid mulai terdengar yang menandakan sebentar lagi waktu sholat subuh. Maman menghela nafas panjang lagi-lagi ia melewatkan malam tanpa menikmati tidur.

Selesai sholat dan mandi Maman kemudian langsung bersiap untuk menuju ke tempat kerja, meskipun matanya terasa berat karena sisa-sisa kantuk masih berkutat di matanya namun ia tetap memaksakan diri berangkat. Sesekali ia memicingkan mata agar rasa kantuknya berkurang, ia tetap fokus pada laju kendaraannya agar bisa tiba ke tempat kerja dengan selamat.

Maman bekerja sebagai seorang data control di sebuah perusahaan plywood yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumahnya, dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic ia menempuh perjalanan menuju dan pulang dari tempat kerjanya yang ia lakoni selama empat tahun ini. 

"Matamu merah...begadang lagi ya?"

Simon teman sekerjanya langsung menanyakan tentang matanya sesaat setelah Maman selesai memasukkan kartu hadirnya ke dalam mesin absensi. Simon anak rantau asal Toraja Sulawesi Selatan bisa dibilang salah satu dari sedikit teman akrab Mamat, sama-sama di bagian data control membuat keduanya cukup akrab, hanya saja Simon sedikit lebih luwes dalam pergaulan sehingga banyak dikenal para karyawan apalagi dikalangan kaum hawa.

"Tiap hari begadang...sama saja" jawab Maman sambil mengucek matanya yang mulai perih dan berat karena efek mengantuk. Sepertinya seharian ini Maman akan berjuang sekuat tenaga untuk tetap terjaga saat bekerja.

Waktu menunjukkan pukul 11.30 siang ditandai dengan bunyi sirine berdurasi satu menit. Artinya waktu istirahat dimulai, dengan sigap Maman merapikan lembaran data yang selesai dikerjakan, kantuk yang menyerang Maman mulai mereda sehingga ia bisa sedikit segar. Ia berencana untuk memesan kopi di kantin nanti, saat Maman hendak beranjak meninggalkan lokasi kerjanya tiba-tiba seseorang memanggil namanya.

"Maman...kamu ditunggu di ruangan pak Burhan sekarang!".

Maman mengangguk pasti, pak Burhan adalah kepala produksi sekaligus atasannya langsung. Hubungan Maman dan pak Burhan tidak terlalu bagus karena beberapa kali Maman memprotes kepemimpinan pak Burhan yang dianggapnya hanya bisa memerintah tanpa bisa memberi solusi. Maman bergegas menuju ke tempat pak Burhan, meskipun perutnya sudah mulai lapar namun ia harus menemui pimpinannya itu. Ruangan pak Burhan ada di bagian atas atau yang biasa disebut ruangan staff/pimpinan, dari lokasi kerja Maman ke ruangan tersebut hanya membutuhkan waktu paling lama lima menit untuk sampai kesana.

Maman telah sampai di depan ruangan pak Burhan, dari tempatnya berdiri ia bisa melihat jelas dua orang yang ada di ruangan tersebut yaitu pak Burhan dan pak Sumardi. Dengan perlahan Maman mengetuk pintu tiga kali, sesaat kemudian suara pak Burhan jelas terdengar.

"Masuk...!"

Ruangan yang dimasuki Maman sebenarnya hanya ruangan yang berisi satu meja kerja, satu kursi kayu berukir, dua kursi plastik, dan satu lemari berisi bundel-bundel dokumen yang beberapa diantaranya sudah terlihat berwarna kecokelatan karena pengaruh suhu ruangan. Selama ini ruangan itu difungsikan sebagai tempat pak Burhan menjalankan tugasnya sebagai kepala produksi. Pak Burhan menatap dingin Maman, justru pak Sumardi menyambut Maman dengan penuh keramahan.

"Ayo duduk Man...kita ngobrol-ngobrol dulu"

"Maaf ada apa pak? Apa ada tugas saya yang kurang bagus?" Tanya Maman sesaat setelah ia duduk di sebuah kursi plastik yang berhadapan langsung dengan pak Sumardi. Karena jabatan pak Sumardi sebagai manajer lebih tinggi dari jabatan pak Burhan, maka pak Sumardi duduk di kursi yang seharusnya untuk pak Burhan, sementara pak Burhan sendiri duduk diantara Maman dan pak Sumardi.

"Tenang Man semua aman...kamu pasti belum istirahat Khan?" Tanya Pak Sumardi.

"Belum pak...saya baru saja mau ke kantin waktu ada perintah untuk kesini"

"Baiklah...supaya kamu bisa segera istirahat saya persingkat saja tujuan kamu di panggil kesini"

Pak Sumardi terdiam sejenak sambil menatap lekat Maman sementara ekspresi pak Burhan terlihat datar namun tetap sinis. Maman menanti lanjutan perkataan pak Sumardi sambil sesekali tertunduk.

"Mulai besok kamu sudah bukan data control lagi...kamu diangkat menjadi koordinator data control" 

Maman cukup kaget mendengar info tersebut, bukan apa-apa, jabatan koordinator data control itu merupakan posisi impian para karyawan yang bertugas sebagai data control terutama yang sudah terhitung senior. Posisi tersebut memang lowong beberapa hari ini sejak pejabat yang lama pensiun, seharusnya jabatan ini diberikan ke para data control yang menjalani posisi tersebut diatas lima tahun sementara Maman baru dua tahun lebih ditugaskan sebagai data control, hal itulah yang membuat Maman terkejut atas penunjukan dirinya.

"Saya pak...!?"

"Iya siapa lagi...masak pak Burhan??? Berarti dia turun jabatan dong...hehehe" Jawab pak Burhan sambil bergurau untuk meredakan keterkejutan Maman.

"Tapi masa' saya pak!?...bukankah masih banyak anggota data control yang lebih senior dari saya!?"

"Kamu ini dikasih posisi bagus malah banyak pertanyaan!, Gak bersyukur banget kamu!" Cetus pak Burhan tiba-tiba, nada bicaranya terdengar sinis. Maman memandang sekilas ke wajah pak Burhan yang menampakkan ekspresi yang aneh bagi Maman.

"Sudah...sudah...saya percaya sama kamu Man, kamu yang paling pas menduduki posisi itu dan mulai besok kamu sudah bisa langsung menjalankan tugasmu sebagai koordinator data control, untuk urusan administrasi ke HRD tentang perubahan gaji dan sebagainya nanti saya yang urus" pak Sumardi menengahi keadaan sambil berdiri, ia lalu menjulurkan tangan ke arah Maman.

"Selamat ya Man..."

Maman menyambut uluran tangan pak Sumardi.

"Terima kasih pak..."

Pak Sumardi beranjak keluar meninggalkan ruangan diikuti pak Burhan dan Maman di belakangnya, tepat setelah pak Sumardi keluar dari ruangan di depan pintu pak Burhan berbalik ke arah Maman lalu memandanginya dengan raut dingin sambil berkata

"Saya tidak pernah mengusulkan kamu untuk mengisi posisi itu, jadi jangan terlalu senang"

Maman tahu pak Burhan tidak mendukungnya dan ia sadar hari-hari selanjutnya ia akan lebih sering berinteraksi langsung dengan pak Burhan beserta segala sikap sinisnya, nampaknya Maman harus mulai membiasakan diri. Maman mengangguk pelan lalu dengan sedikit menunduk ia keluar dari ruangan pak Burhan.

"Saya permisi pak..."

Tak ada jawaban dari pak Burhan, tak lama kemudian terdengar suara pintu ruangan yang ditutup dengan agak kasar, siapapun yang mendengarnya pasti langsung paham jika yang menutup pintu itu sedang kesal.

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status