Share

LIKA-LIKU HIDUP MAMAN
LIKA-LIKU HIDUP MAMAN
Author: Ram Tadangjapi

Bab 1

last update Huling Na-update: 2021-07-20 02:47:38

Waktu masih menunjukkan jam satu pagi, Maman merasakan tubuhnya begitu lelah namun tidak mampu membuatnya tenggelam dalam lelap. Maman sangat ingin tidur namun entah apa yang membuatnya begitu susah untuk menemukan lelapnya tidur. Dengan gusar Maman bangun dari tempat tidur, ia lalu menyalakan sebatang rokok sambil keluar dari kamarnya. Ruang tengah sudah gelap begitu pula di ruang tamu dan dapur, satu-satunya tempat yang masih terang di teras itupun hanya diterangi lampu pijar.

Perlahan Maman membuka pintu menuju teras, jalan raya sudah mulai lengang dari lalu lalang kendaraan. Maman duduk bersandar di salah satu tiang rumah sambil menghisap dalam-dalam rokoknya, ia menikmati kepulan asap yang keluar perlahan dari mulutnya seakan mengikuti arah pikirannya yang menerawang entah kemana.

Tak terasa waktu berjalan seakan lebih cepat dari perkiraan Maman, di halaman beberapa puntung rokok berceceran sementara masih ada sebatang lagi yang terselip di bibir Maman. Dari kejauhan suara radio dari mesjid mulai terdengar yang menandakan sebentar lagi waktu sholat subuh. Maman menghela nafas panjang lagi-lagi ia melewatkan malam tanpa menikmati tidur.

Selesai sholat dan mandi Maman kemudian langsung bersiap untuk menuju ke tempat kerja, meskipun matanya terasa berat karena sisa-sisa kantuk masih berkutat di matanya namun ia tetap memaksakan diri berangkat. Sesekali ia memicingkan mata agar rasa kantuknya berkurang, ia tetap fokus pada laju kendaraannya agar bisa tiba ke tempat kerja dengan selamat.

Maman bekerja sebagai seorang data control di sebuah perusahaan plywood yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumahnya, dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic ia menempuh perjalanan menuju dan pulang dari tempat kerjanya yang ia lakoni selama empat tahun ini. 

"Matamu merah...begadang lagi ya?"

Simon teman sekerjanya langsung menanyakan tentang matanya sesaat setelah Maman selesai memasukkan kartu hadirnya ke dalam mesin absensi. Simon anak rantau asal Toraja Sulawesi Selatan bisa dibilang salah satu dari sedikit teman akrab Mamat, sama-sama di bagian data control membuat keduanya cukup akrab, hanya saja Simon sedikit lebih luwes dalam pergaulan sehingga banyak dikenal para karyawan apalagi dikalangan kaum hawa.

"Tiap hari begadang...sama saja" jawab Maman sambil mengucek matanya yang mulai perih dan berat karena efek mengantuk. Sepertinya seharian ini Maman akan berjuang sekuat tenaga untuk tetap terjaga saat bekerja.

Waktu menunjukkan pukul 11.30 siang ditandai dengan bunyi sirine berdurasi satu menit. Artinya waktu istirahat dimulai, dengan sigap Maman merapikan lembaran data yang selesai dikerjakan, kantuk yang menyerang Maman mulai mereda sehingga ia bisa sedikit segar. Ia berencana untuk memesan kopi di kantin nanti, saat Maman hendak beranjak meninggalkan lokasi kerjanya tiba-tiba seseorang memanggil namanya.

"Maman...kamu ditunggu di ruangan pak Burhan sekarang!".

Maman mengangguk pasti, pak Burhan adalah kepala produksi sekaligus atasannya langsung. Hubungan Maman dan pak Burhan tidak terlalu bagus karena beberapa kali Maman memprotes kepemimpinan pak Burhan yang dianggapnya hanya bisa memerintah tanpa bisa memberi solusi. Maman bergegas menuju ke tempat pak Burhan, meskipun perutnya sudah mulai lapar namun ia harus menemui pimpinannya itu. Ruangan pak Burhan ada di bagian atas atau yang biasa disebut ruangan staff/pimpinan, dari lokasi kerja Maman ke ruangan tersebut hanya membutuhkan waktu paling lama lima menit untuk sampai kesana.

Maman telah sampai di depan ruangan pak Burhan, dari tempatnya berdiri ia bisa melihat jelas dua orang yang ada di ruangan tersebut yaitu pak Burhan dan pak Sumardi. Dengan perlahan Maman mengetuk pintu tiga kali, sesaat kemudian suara pak Burhan jelas terdengar.

"Masuk...!"

Ruangan yang dimasuki Maman sebenarnya hanya ruangan yang berisi satu meja kerja, satu kursi kayu berukir, dua kursi plastik, dan satu lemari berisi bundel-bundel dokumen yang beberapa diantaranya sudah terlihat berwarna kecokelatan karena pengaruh suhu ruangan. Selama ini ruangan itu difungsikan sebagai tempat pak Burhan menjalankan tugasnya sebagai kepala produksi. Pak Burhan menatap dingin Maman, justru pak Sumardi menyambut Maman dengan penuh keramahan.

"Ayo duduk Man...kita ngobrol-ngobrol dulu"

"Maaf ada apa pak? Apa ada tugas saya yang kurang bagus?" Tanya Maman sesaat setelah ia duduk di sebuah kursi plastik yang berhadapan langsung dengan pak Sumardi. Karena jabatan pak Sumardi sebagai manajer lebih tinggi dari jabatan pak Burhan, maka pak Sumardi duduk di kursi yang seharusnya untuk pak Burhan, sementara pak Burhan sendiri duduk diantara Maman dan pak Sumardi.

"Tenang Man semua aman...kamu pasti belum istirahat Khan?" Tanya Pak Sumardi.

"Belum pak...saya baru saja mau ke kantin waktu ada perintah untuk kesini"

"Baiklah...supaya kamu bisa segera istirahat saya persingkat saja tujuan kamu di panggil kesini"

Pak Sumardi terdiam sejenak sambil menatap lekat Maman sementara ekspresi pak Burhan terlihat datar namun tetap sinis. Maman menanti lanjutan perkataan pak Sumardi sambil sesekali tertunduk.

"Mulai besok kamu sudah bukan data control lagi...kamu diangkat menjadi koordinator data control" 

Maman cukup kaget mendengar info tersebut, bukan apa-apa, jabatan koordinator data control itu merupakan posisi impian para karyawan yang bertugas sebagai data control terutama yang sudah terhitung senior. Posisi tersebut memang lowong beberapa hari ini sejak pejabat yang lama pensiun, seharusnya jabatan ini diberikan ke para data control yang menjalani posisi tersebut diatas lima tahun sementara Maman baru dua tahun lebih ditugaskan sebagai data control, hal itulah yang membuat Maman terkejut atas penunjukan dirinya.

"Saya pak...!?"

"Iya siapa lagi...masak pak Burhan??? Berarti dia turun jabatan dong...hehehe" Jawab pak Burhan sambil bergurau untuk meredakan keterkejutan Maman.

"Tapi masa' saya pak!?...bukankah masih banyak anggota data control yang lebih senior dari saya!?"

"Kamu ini dikasih posisi bagus malah banyak pertanyaan!, Gak bersyukur banget kamu!" Cetus pak Burhan tiba-tiba, nada bicaranya terdengar sinis. Maman memandang sekilas ke wajah pak Burhan yang menampakkan ekspresi yang aneh bagi Maman.

"Sudah...sudah...saya percaya sama kamu Man, kamu yang paling pas menduduki posisi itu dan mulai besok kamu sudah bisa langsung menjalankan tugasmu sebagai koordinator data control, untuk urusan administrasi ke HRD tentang perubahan gaji dan sebagainya nanti saya yang urus" pak Sumardi menengahi keadaan sambil berdiri, ia lalu menjulurkan tangan ke arah Maman.

"Selamat ya Man..."

Maman menyambut uluran tangan pak Sumardi.

"Terima kasih pak..."

Pak Sumardi beranjak keluar meninggalkan ruangan diikuti pak Burhan dan Maman di belakangnya, tepat setelah pak Sumardi keluar dari ruangan di depan pintu pak Burhan berbalik ke arah Maman lalu memandanginya dengan raut dingin sambil berkata

"Saya tidak pernah mengusulkan kamu untuk mengisi posisi itu, jadi jangan terlalu senang"

Maman tahu pak Burhan tidak mendukungnya dan ia sadar hari-hari selanjutnya ia akan lebih sering berinteraksi langsung dengan pak Burhan beserta segala sikap sinisnya, nampaknya Maman harus mulai membiasakan diri. Maman mengangguk pelan lalu dengan sedikit menunduk ia keluar dari ruangan pak Burhan.

"Saya permisi pak..."

Tak ada jawaban dari pak Burhan, tak lama kemudian terdengar suara pintu ruangan yang ditutup dengan agak kasar, siapapun yang mendengarnya pasti langsung paham jika yang menutup pintu itu sedang kesal.

 

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 77

    Kelima sekuriti itu benar-benar berada dalam dilema besar. Hanya August yang sejak awal menentukan sikap untuk berada di sisi Maman.Mendengar hal itu, wanita pemilik kantin menatap Maman dengan tak percaya.Dari tadi ia mengira Maman hanya seorang karyawan yang terlalu ingin tahu. Tapi melihat tatapan dan kepercayaan diri lelaki tersebut, ia sedikit takut jika salah mengambil kesimpulan. "Kamu sebenarnya siapa? Apa hakmu untuk...""Diam kataku!." August kembali membentak sebelum wanita itu bisa menyelesaikan kata-katanya.Bentakan tersebut terdengar lebih menakutkan dari yang pertama. Wanita itu terlihat pucat, begitu juga dengan para pelayan yang ada di sampingnya. Beberapa karyawan yang masih ada di kantin itupun terkejut.Suasana menjadi hening, August menatap tajam ke arah pemilik kantin. Ia kemudian mengalihkan tatapannya ke para karyawan yang masih ada di tempa itu. "Kalian semua segera keluar dari sini!."Para karyawan yang tersisa segera beranjak meninggalkan kantin tersebut.

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 76

    Setelah merasa keadaan Pak Sumardi baik-baik saja, Maman kemudian pamit. Tujuan berikutnya adalah langsung menuju ke tempat kerja, beberapa hal harus ia selesaikan selain mempersiapkan proses pengalihan jabatan manajer.Saat ini Maman telah berada di ruang kerjanya, di atas meja kerja bertumpuk sejumlah dokumen. Peristiwa penculikan Pak Sumardi membuat Maman belum sempat memeriksa isi dari dokumen-dokumen tersebut.Maman dengan seksama membaca isi beberapa dokumen. Beberapa kali ia mengangguk kagum saat melihat grafik data yang ditampilkan, kenaikannya cukup signifikan. Itu menandakan sistem yang sudah ia terapkan berjalan dengan baik. Selain itu, orang-orang yang ia pilih untuk menjadi garda terdepan untuk melakukan perbaikan telah bekerja dan berusaha untuk memberikan yang terbaik.Melihat hal tersebut, Maman menemukan komposisi yang tepat untuk mengisi sejumlah jabatan penting jika saatnya proses pengalihan jabatan manajer itu terjadi. Ia tahu mana orang yang bisa ia percaya setela

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 75

    Keesokan harinya, Maman hari ini tidak langsung menuju ke tempat kerja, ia ingin bertemu dengan Pak Sumardi.Maman saat ini telah sampai di halaman rumah Pak Sumardi. Suasana di situ terasa lengang, tak ada orang yang terlihat berada di luar rumah. Maman menyimpulkan Pak Sumardi belum mencari pembantu dan tukang kebun yang baru.Maman mengetuk pintu rumah tersebut tiga kali, ia menunggu seseorang dari dalam membukakan pintu. Setelah merasa tak ada respon, Maman kembali mengetuk pintu. Lagi-lagi belum ada pergerakan dari dalam.Apakah terjadi sesuatu pada pasangan suami istri itu?.Harusnya mereka aman sekarang?.Maman merasa khawatir, ia segera menuju ke arah samping rumah dan menyusurinya. Seingatnya ada pintu penghubung di arah samping menuju ke dapur.Saat ia menemukan pintu itu, ia memutar kenop pintu, ternyata terkunci dari dalam. Dalam hati Maman semakin gelisah, seharusnya Pak Sumardi dan istri ada di rumah saat ini."Maman? Aku kira penjahat!."Mendengar suara itu, dengan refl

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 74

    Haris mengerang dengan keras, tamparan Maman kali ini rasa sakitnya lebih besar terasa.Wajah Haris terlihat semakin membengkak.Maman berkata dengan dingin. "Aku tidak segan-segan menamparmu lebih keras lagi. Apakah kau masih bisa bertahan menahan sakitnya?."Haris tahu saat ini pertahanannya semakin rapuh, ia sendiri tidak yakin pada kemampuan tubuhnya untuk menahan rasa sakit yang lebih jika Maman menamparnya semakin keras. Mau tak mau ia harus menyerah. "Baiklah aku akan katakan yang sebenarnya."Maman menatap tajam ke wajah Haris sambil menarik paksa rambut pria itu ke arah belakang. "Katakan segera!."August yang sedari tadi hanya berdiri menyaksikan Maman menginterogasi Haris ikut membentak. "Jangan buang-buang waktu, cepatlah!."Haris semakin pucat, kedua pria yang membentaknya itu sama-sama hebat. Ia tak akan bisa melawan mereka meskipun punya kesempatan. "Aku...aku yang memberikan jalan pada para penculik itu masuk ke rumah."Mendengar penjelasan Haris, Maman semakin tajam m

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 73

    Pak Rudi merasa cemas, bagaimanapun hal seperti ini tak pernah ia prediksi. "Keadaan semakin gawat, kita bisa jatuh dengan cepat." Kata Pak Rudi dengan nada bergetar.Semua petinggi keluarga yang hadir saling berpandangan, mereka jelas memahami situasi saat ini namun tak satupun yang punya ide untuk mengatasi hal tersebut.Sudah sejak lama mereka menikmati semua kemewahan yang didapatkan dari sejumlah proyek. Berbagai trik digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari mempermainkan dana proyek.Kemewahan itu sebentar lagi akan lenyap jika mereka tak bisa mengembalikan keadaan. Ketika para investor mundur maka mereka tak punya lagi kekuatan untuk menjalankan proyek yang sedang dikerjakan oleh Pratama Grup. Mereka tidak siap untuk mengalami kejatuhan saat ini.Pak Rudi menatap tegas ke arah para petinggi keluarga. "Kalian semua harus membantuku untuk berpikir, jika ada yang mempunyai ide segera katakan sekarang!."Saat mendengar perintah Pak Rudi, para petinggi keluarga itu kemudian sali

  • LIKA-LIKU HIDUP MAMAN   Bab 72

    Maman kemudian mengeluarkan ponselnya, ia harus segera menghubungi Pak Suryawan. "Halo Maman, Bagaimana?." Tanya Paman Suryawan di ujung telepon."Aku mau bertanya Paman, apa sudah ada petunjuk tentang siapa yang berada dibalik penculikan Pak Sumardi?.""Menurut informanku, beberapa anak buah Gordo semalam berencana menculik seseorang." Jawab Pak Suryawan. "Kemungkinan besar itu adalah Pak Sumardi."Gordo? Mendengar nama itu Maman langsung teringat dengan apa yang diinfokan Odie tadi siang. "Gordo ini merupakan pemasok bodyguard sekaligus penyedia orang-orang yang bisa melakukan pekerjaan kotor untuk Pratama Grup." Sambung Pak Suryawan."Berarti cocok dengan dugaanku." Balas Maman. "Karena lokasi Pak Sumardi disekap ada di pelabuhan yang dipenuhi barang-barang dengan tulisan Pratama Grup.""Kata Pak Sumardi tadi, Paman Suryawan harus segera bertindak." ***Saat ini, di rumah Pak Rudi terlihat para petinggi keluarga sudah hadir. Mereka sedang m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status