Share

06. Escape (1)

Author: Asia July
last update Last Updated: 2021-03-16 21:20:15

Mobil hitam itu melaju meninggalkan pekarangan luas mansion. Alicia menatapnya dari jendela kamar. Dia menghembuskan napas panjang sambil memejamkan mata sejenak.

Haruskah aku melakukan ini? Batinnya, mulai merasa ragu.

Dia ingat dengan jelas ancaman Lucius jika Alicia melanggar 'peraturan' yang pria itu tetapkan. Tapi, Alicia benar-benar ingin bertemu dengan kedua orangtuanya.

Semua ini bermula saat waktu sarapan tadi. Ya, kesehatan Alicia membaik setelah hampir satu minggu dia hanya terbaring di ranjang. Pagi ini, Alicia sarapan di patio bersama Lucius. Mereka makan dalam diam. Lucius tidak sedikitpun tampak hendak memulai pembicaraan dengannya, karena seluruh perhatian pria itu seolah hanya untuk topik di kepalanya saja. Lucius pun tidak lagi datang ke kamar Alicia. Seperti hari ini, pria itu berangkat pagi-pagi dan selalu pulang larut malam.

Alicia bertanya nama kota ini ke salah satu pelayan muda yang tadi tengah merapikan kamarnya. Dan ketika Alicia tahu bahwa dia berada di kota yang sama di mana dia dan orangtuanya dulu tinggal, Alicia langsung menyusun rencana di kepalanya untuk kabur.

Dan saat ini, adalah waktunya.

Setelah memastikan Lucius pergi, Alicia keluar dari kamarnya. Dia tersenyum kepada beberapa pelayan yang dilewatinya.

Semenjak Alicia setuju untuk patuh pada lelaki itu, Lucius benar-benar memperlakukannya selayaknya 'manusia' seperti yang pria itu katakan. Alicia tidak lagi khawatir pada makanan karena dia tidak pernah kekurangan seperti sebelumnya. Alicia juga dibebaskan untuk keluar dari kamarnya dan berjalan-jalan di mansion yang megahnya sangat keterlaluan itu.

"Nona Alicia! Nona Alicia!"

Alicia merasakan jantungnya nyaris jatuh ke rongga perutnya. Dia sedang berada di taman, hendak melancarkan rencananya ketika seorang pelayan wanita memanggil namanya dan berlari berjalan tergesa ke arahnya.

Alicia berbalik dan menatap Fio, pelayan muda yang tadi menjawab pertanyaannya. Tatapan Alicia jelas menunjukkan suasana hati buruk yang ia rasakan.

Fio tersenyum kikuk, menatap Alicia ragu-ragu, lalu mulai berkata, "Nona Alicia, kau tidak boleh pergi ke taman bagian sana. Tuan Lucius tidak akan senang jika seseorang mengunjungi tamannya tanpa sepengetahuan dia. Mari, aku akan mengantar Nona Alicia kembali ke kamar."

Taman rahasia milik Lucius? Yang mana?

Alicia menoleh ke belakang dan mengernyit bingung. Dekorasi taman yang indah ini tampak sama saja, tidak ada tanda atau apapun yang menjelaskan sesuatu yang 'private'.

"Ayo, Nona Alicia."

Alicia menoleh ke depan lagi dan menatap Fio dingin. "Siapa bilang aku mau kembali ke kamar?" tanyanya dengan nada dingin yang sama.

Fio, si pelayan muda itu tampak semakin gugup. Dia mendongak menatap langit, "Sebentar lagi pasti akan hujan. Ayo! Sebaiknya kita bergegas masuk ke dalam." tanpa menunggu respon Alicia, Fio menarik tangannya dan hampir menyeretnya dengan langkah tergesa, kembali menuju pintu belakang.

Alicia menghempaskan lengannya kuat, melepas genggaman Fio.

Fio terkesiap lalu refleks berbalik. "Maafkan aku!" serunya langsung sambil setengah membungkuk, menyadari sikap lancangnya.

Alicia tidak bersuara, kemudian ketika Fio mendongak, dia terkesiap lagi.

"Aku hanya ingin lepas darinya," ucap Alicia dengan nada lirih pelan. Air mata merebak keluar dan mengalir di pipinya.

Fio masih menatapnya terkejut dan meminta maaf berulang kali.

"Tolong aku."

Dia mengangkat wajahnya setelah menunduk dalam. "Maaf, Nona?"

"To-tolong... aku." Alicia terisak pelan, membuat sang pelayan semakin bingung.

"A-aku..."

"Maukah kau menolongku?"

Fio langsung mengangguk. "Apapun, asal Nona Alicia tidak menangis lagi." Fio menjawab. Bayangan hukuman atau omelan-omelan dari seniornya berputar-putar di kepala. Fio merasa benar-benar bodoh, telah membuat Nona Alicia sedih karena kecerobohannya.

Fio, si pelayan termuda yang sangat polos.

Hari itu, tanpa pikir panjang, dia mengantar Alicia keluar dari mansion tersebut melalui gerbang belakang yang dikhususkan untuk para pekerja.

Sambil melihat Alicia berlari semakin jauh, kening Fio berkerut dalam.

"Nona Alicia pasti sudah sangat merindukan Tuan Lucius sampai berlari-lari seperti itu untuk menemuinya. Akhir-akhir ini Tuan Lucius memang kurang perhatian. Kasian Nona Alicia." Fio bergumam pelan pada dirinya sendiri.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   47. Epilogue

    Ignite: EpilogueNapas Alicia memburu saat merasakan kecupan basah di lehernya. Dia meraih seprai dan meremasnya sangat kencang, menahan suara desahannya lolos dari bibir. Wajahnya bersemu merah dengan mata yang terpejam erat.“Alice,” bisik suara serak di telinganya, terdengar sangat sensual sehingga mengirimkan getaran bagai tersengat listrik ke seluruh tubuh Alicia.“Hm,” gumam Alicia sebagai balasan.“Sebut namaku!”Alicia membuka mata, menatap tidak fokus pada objek di hadapannya. Karena bukan hanya bibir pria itu yang bergerak menyiksanya dengan memberikan kecupan-kecupan panas sampai meninggalkan bekas kemerahan di lehernya, tapi juga tangan pria itu yang terasa kasar, menyusup masuk dari balik baju tidur yang ia kenakan, meremas dadanya dan tanpa tahu malu pria itu menjetikkan jari pada puncak dadanya yang telah mengeras.“Ahh, Lucius!” Alicia sontak mendesahkan nama pria itu dalam ekstasi yang ia rasakan dari rangsangan yang diberikan. Tubuh Alicia tidak bisa berkutik di bawa

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   46. You're All That Matters

    "Dokter, kalau Tuan Lucius terus bersamaku setiap waktu, aku mungkin akan sembuh lebih cepat," ucap Alicia pada Dokter Hank yang tengah memeriksa keadaannya. Lelaki paruh baya itu tersenyum kecil. "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" tanyanya. Sudah beberapa hari Alicia dirawat dan harus istirahat total untuk kesembuhannya. Dokter Hank adalah satu-satunya dokter yang datang untuk merawatnya. Namun, hanya untuk memeriksa keadaan Alicia secara umum, seperti mengecek suhu tubuhnya, memeriksa gejala-gejala tertentu yang bisa menimbulkan penyakit bawaan dari lukanya, memberinya obat yang akan membantu kesembuhan dan meningkatkan kesehatannya. Namun, khusus untuk mengganti perban di lukanya, hanya Lucius yang dapat melakukan itu. Bukan, Dokter Hank pun bisa melakukannya, tapi hanya Lucius seorang yang boleh. Dokter Hank sangat mengerti akan sikap Lucius yang seperti itu, namun dia tidak mengatakan apap

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   45. Relieve

    Landon tidak bisa merasa tenang sampai dia memasuki kamar Lucius dan melihat sosok yang dikhawatirkannya terbaring di atas ranjang. Landon duduk di dekatnya, memperhatikan wajah pucat gadis itu."Ini adalah salah satu yang aku maksud saat aku bilang berada di sisinya adalah pilihan yang salah, Alicia," ucap Landon lirih. Namun Alicia tidak bergeming, masih di bawah pengaruh obat bius. "Tapi melihat sepupuku begitu mengkhawatirkanmu kurasa hal ini sepadan untuknya," lanjut Landon, kemudian membelai pelan rambut gadis itu.Tidak beberapa lama kemudian Dokter Hank datang membawa obat dari rumah sakit. Hank bertanya kepada Landon di mana Lucius. Landon hanya menjawab, "Dia pergi untuk mengurus sesuatu."Hank belum tahu pasti bagaimana kejadiannya kenapa Alicia sampai seperti ini dan bertanya langsung pada Lucius adalah hal yang sia-sia."Ayah, apa Alicia akan baik-baik saja?" tanya Landon.Han

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   44. Chilling Night

    Sebelum ke luar, Lucius menatap Alicia sekali lagi, memperbaiki selimutnya, dan mengatur suhu ruangan agar lebih hangat."Ben, temui aku di ruangan, sekarang!" ucapnya, berbicara pada alat interkom yang masih terpasang di telinganya.Lucius pergi menuju ruang kerjanya dengan langkah lebar. Landon tiba-tiba saja muncul dari arah tangga, menghalangi jalan Lucius. Lucius menatapnya sesaat, mencoba mempertahankan kesabarannya yang tidak dia miliki banyak."Aku ikut," kata Landon.Lucius mendengus, kemudian melanjutkan langkahnya melewati Landon, menabrak bahu lelaki itu."Lucius, aku serius!" ucap Landon keras kepala, mengikuti Lucius di belakang."Apa kau tahu yang hendak aku lakukan?""Aku tahu," jawab Landon.Lucius langsung berhenti dan menoleh menatapnya.Mendapat tatapan menyeramkan seperti itu, Landon langsung melanjutk

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   43. The Fear of Losing

    Suara klakson mobil terdengar nyaring saling bersahutan di tengah jalan raya yang ramai dilalui kendaraan. Hanya satu mobil yang bergerak cepat dan tidak beraturan di antara mobil yang lain."Ben, kalau kau berhasil sampai dalam waktu lima menit, aku akan menaikkan gajimu sepuluh kali lipat," Lucius berkata dengan datar di kursi penumpang pada mobil yang dikendarai oleh Tangan Kanan-nya, Benjamin.Benjamin mendengus. "Kau tidak perlu mengatakan itu, kita akan sampai dalam waktu tiga menit."Normalnya, mereka akan sampai dalam setengah jam, lima belas menit jika mengebut. Sedangkan lima menit terdengar mustahil, terlebih tiga menit.Namun tidak bagi Benjamin. Selama bekerja dengan keluarga Denovan, dia sudah dilatih untuk hal-hal seperti ini. Dia benar-benar akan sampai di rumah dalam waktu tiga menit.Sesekali Ben melirik tuannya yang duduk di kursi belakang, memeluk seorang perempuan di d

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   42. Ignite The Fire (2)

    Alicia duduk dengan gelisah di dalam mobil yang melaju sedang menuju suatu tempat. Alarick berada di sampingnya, diam dengan ekspresi keras di wajah. Semakin Alicia memikirkan kemana dia akan dibawa, jantungnya berdetak semakin kencang penuh antisipasi. Alicia memikirkan ucapan kepala pelayan itu yang mengatakan bahwa malam ini Lucius akan datang bersama Marie dan Adrian.Benarkah pria itu akan datang? Untuk apa? Apa rencananya? Alicia menolak untuk percaya bahwa Lucius benar-benar datang untuknya. Pria itu pasti memiliki agenda lain di otaknya yang licik dan penuh perhitungan. Apakah ini harinya? Pembalasan dendam itu? Apa yang akan Lucius lakukan? Membunuh Marie dan Adrian?Alicia membayangkan dua buah peti mati yang telah menanti di sana dan tiba-tiba saja tubuhnya mulai menggigil. Sekalipun Marie bukan ibu kandungnya, tapi kenangan terbaiknya semasa kecil selalu dihadiri oleh perempuan itu. Walaupun Alicia me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status