Mungkin saja setiap hati punya banyak bagian. Atau mungkin saja setiap pemikiran bisa sangat berbeda meski dalam satu raga. Dan Raga sama sekali tidak mengerti apa yang dia rasakan saat ini. Dia hanya bingung, merasa tidak jelas akan sesuatu. Merasa khawatir akan hal yang tidak seharusnya.
“Sebentar, ulangi.” Raga masih tersenyum seolah dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, atau dia merasa tidak jelas. “Aku meminta nomer ponsel dia. Boleh kan aku ngobrol santai dengan dia?” Rayan masih terlihat tersenyum dan merasa tidak ada sesuatu yang salah. Raga juga tersenyum melihat Rayan. Gaia sebenarnya yang sedikit merasa gugup karena tidak melihat ekspresi Raga yang menghadap kearah Rayan. “Ulangi.” Raga kembali meminta Rayan untuk mengulang ucapannya. Kali ini Rayan hampir tertawa karena dia sudah menduga hal ini mungkin terjadi. Gaia menyentuh tangan Raga meski dia sedikit ragu. Raga menoleh melihat Gaia dengan tatapan dingin. “BrSuara di ruangan tadi masih terdengar di ruangan yang dipilih Raga untuk menenangkan Gaia. Perempuan itu terjaga, tapi masih tetap diam dan tidak bicara apapun. Dia hanya menunduk tidak menatap Raga. Dan laki-laki itu tidak juga bicara dan mengatakan apapun. Dia hanya memanggil Haris untuk memeriksa Gaia, dan sampai pada sebuah keputusan untuk kembali memberikan waktu untuk Gaia istirahat.“Lebih baik aku membawanya pulang?” Raga meminta pendapat Haris di luar ruangan.“Sebaiknya begitu, jika acara sudah selesai.” Haris terlihat memberikan pendapat yang sangat disetujui Raga. Laki-laki itu kemudian masuk, tapi mendapati Gaia sepertinya sudah bangun dari tempat duduknya.“Kita harus melanjutkan acara bukan?” Gaia terlihat tersenyum, Raga tahu jika perempuan yang sudah sah menjadi istrinya itu terlihat memaksakan diri. Raga duduk di sebuah kursi di ruangan itu.“Mau bicara dulu?” Raga terlihat memasang wajah serius, kali ini dia benar-benar merasa khawatir. Gaia masih
Kali ini Gaia terlihat tersenyum, ada Raga di sisinya yang juga sedang bersamanya di hadapan semua orang yang datang malam ini. Acara dimulai dan semua terjadi cukup santai. Gaia hanya mengenalkan Raga dengan santai kepada orang-orang yang dekat dengannya, begitu juga laki-laki itu. Sampai juga akhirnya dia mengenalkan Margia pada rekan kerjanya. “Ada banyak hal yang membuat para hadirin penasaran? Jadi boleh memberikan pertanyaan untuk kedua mempelai malam ini.” Sebuah pernyataan yang membuat Gaia dan Raga berpandangan dan kemudian tersenyum. Gaia menggenakan gaun hijau tosca yang cukup simple dan Raga juga menggenakan setelan dengan warna tosca senada.“Kalian sudah mengenal begitu lama, jadi kapan kalian berdua benar-benar jatuh cinta?” Ragas tersenyum seolah sedang menggoda saudara kembarnya yang masih duduk untuk menjawab pertanyaan yang sudah pasti membuat malu dua orang yang baru menikah hari ini. Tentu ada riuh dari semua yang datang di ruangan yang cukup besar itu.
Laki-laki itu sudah terbangun lagi memeriksa perempuan di sebelahnya. Dia juga memeriksa ponsel pintarnya yang sudah bergetar lagi. Raga bangun dan buru-buru berjalan menuju pintu. “Masih tidur?” Sebuah pertanyaan membuat Raga mengangguk dan membimbing orang-orang yang datang menuju ruang tengah. Dua anak kecil dan juga semua yang Raga kenal sebagai keluarga Gaia. Adik laki-laki Gaia menarik tangan Raga setelah laki-laki itu menunjukkan kamar yang digunakan Gaia untuk istirahat kepada kedua orang tuanya. Raga mengikuti ketika melihat wajah temannya itu seolah ingin bicara sesuatu secara pribadi. Raga mengarahkan menuju ke taman di sisi dapur. “Dia hamil?” Adik laki-laki Gaia bertanya dengan wajah tenang. Tapi pertanyaan itu membuat Raga tersenyum sedikit sebelum menjawab.“Hamil?” Adik laki-laki Gaia mengulangi pertanyaan itu sambil tersenyum sedikit juga. Raga menggeleng dan kali ini menahan tawa.“Gia tidak seperti aku, kamu harusnya tahu itu. Dia tidak akan memb
Perempuan dengan gaun putih yang panjang, riasan yang sederhana. Dia duduk di sebelah laki-laki yang menggenakan jas berwarna putih juga. Gaia memasang wajah datar meski sesekali dia tersenyum, perempuan itu tidak berani memandang ke arah lain, hanya banyak menunduk. Ada rasa gugup yang luar biasa membuatnya menangkupkan kedua tangannya dipangkuannya sendiri. Laki-laki di sebelahnya jelas melihat kegugupan dari perempuan di sebelahnya. Dia kemudian meraih tangan perempuan itu perlahan hingga genggamannya terlepas dan menggenggam satu tangan perempuan itu dengan lembut. Perempuan itu menoleh sebentar, tapi kemudian menunduk lagi. Dia hanya tidak ingin membuat orang yang menonton mereka berdua pagi ini bereaksi yang membuat laki-laki di sebelahnya mungkin akan merasa lebih gugup. Raga juga bukan hanya gugup, dia juga sangat khawatir dengan Gaia. Laki-laki itu tahu pasti kapan terakhir Gaia makan. Meski saat ini dengan riasan itu tentu saja tidak ada orang yang tahu.Acara dimulai
Hampir setengah sembilan malam ketika Raga dan Gaia sampai di rumah. Gaia terlihat cukup cepat menuju ke bagasi untuk menurunkan beberapa barang dan membawanya masuk ke dalam rumah.“Jangan bawa yang terlalu berat.” Raga mengingatkan Gaia, meski perempuan itu tidak peduli. Dia mengangkat koper dan kemudian menyeretnya masuk ke salam rumah. Koper dengan ukuran yang besar hampir sebesar rak buku tiga tingkat. Raga juga membawa beberapa kardus dengan berbolak balik. Gaia langsung menuju ke sebuah ruangan di depan kamar utama. Raga dan Gaia sepakat membuatnya menjadi sebuah ruang kerja, sekaligus ruang baca. Ada sebuah Rak buku besar yang sudah di letakkan di satu sisi di dinding ruangan itu. Bahkan ada tangga di sana untuk naik meraih rak yang berada di tempat yang paling tinggi. Sebenarnya bagi Gaia adanya ruangan ini cukup untuk membuatnya benar-benar percaya jika Raga memang memberikan hati kepadanya dengan sungguh-sungguh.“Mau aku bantu meletakkan bukunya di rak yang tingg
“Mas Raga mau nikah? Lagi?” Sari sedikit terkejut mendengar apa yang sedang Yuli ceritakan. Perempuan yang bersama Sari itu kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya seolah itu adalah kabar yang cukup baik baginya.“Mas Raga sedang ngatur jadwal untuk bulan depan, sepertinya dia akan menikah di bulan depan.” Yuli meneruskan ceritanya meski terlihat sedang memeriksa chat dengan rekan tim lainnya karena sedang membuat jadwal.“Memangnya hari ini Mas Raga juga libur?” Sari bertanya lagi karena dia tidak memeriksa jadwal.“Hari ini dia kerja, tapi dari rumah. Sejak rumah barunya itu kan dia sering di rumah. Ternyata sudah punya calon juga.” Yuli berkomentar masih sambil menyusun jadwal.“Lalu, dia mau menikah di tanggal berapa?” Sari bertanya meski dia masih memperhatikan laptop di depannya itu.“Belum tahu, mungkin sekitar tanggal 15 bulan depan. Mas Raga tidak memberi tahu dengan jelas, dia hanya minta libur dengan tanggal berurutan.” Yuli menjelaskan sedikit,