Menurut Kiara Awal petemuan diantara mereka, tidak dapat dia lupakan. Awal pertemuan yang menumbuhkan rasa cinta di dalamnya.
.FLASHBACK ON.
"IQBAL, KA IQBAL DIMANA?" teriak Kiara mencari-cari Iqbal.
Waktu itu Iqbal hanya meninggalkan Kiara untuk membelikan ice cream. Iqbal sempat berpesan, untuk menunggunya kembali dan jangan pergi kemana-mana.
Namun, kupu-kupu yang indah menghampiri Kiara secara tidak sengaja. Membuat Kiara menatap gemas melihat kupu-kupu itu, terus memperhatikannya. Sampai kupu-kupu itu pergi, terus dan terus, Kiara mengekornya. Disitulah awal Kiara sampai bisa terpisah dengan Iqbal. Saat Iqbal kembali, Kiara sudah tidak ada di tempat yang sempat dia duduki.
"RARA, DIMANA?" teriak Iqbal mencari-cari.
Iqbal mulai cemas mencari kembarannya itu, umur mereka memang tidak selisih berjauhan. Namun Kiara tidak sepintar Iqbal dalam menjaga dirinya.
Kiara berlari mencari-cari dimana Iqbal berada sambil menangis
Kiara pun mulai melepaskan kedua tangan dari matanya. Dia pun mulai berbalik, melihat keberadaan Dafa yang tengah menahan buku-buku itu agar tidak terjatuh. "Gapapa?" Dafa mulai bersuara setelah memandangi Kiara beberapa saat. "Iya," Kiara mengangguk tersipu, dia benar-benar salah tingkah oleh perlakuan Dafa. "Hati-hati!" Ingat Dafa pada Kiara. "Iya, makasi," Kiara memperlihatkan wajah malunya, lalu pergi meninggalkan Dafa. Membuat Dafa tersenyum manis melihat tingkah laku anak satu ini. Setelah benerapa lama menunggu, akhirnya satu jam pelajaran pun berakhir. Kiara memutuskan memasuki kelas tanpa mengajak Dafa. Dia masih mengingat kejadian yang membuatnya malu, sekaligus sangat senang. Diapun pergi meninggalkan Dafa yang tengah duduk di perpustakaan. "Lo mau kemana?" tanya Dafa melihat Kiara yang pergi tanpa permisi. Sontak Kiara pun menoleh, tanpa menjawab pertanyaan Dafa dan hanya kembali melanjutkan langkahnya. Dafa seseger
Iqbal menggeleng tak percaya. Satpam itu hendak menutup gerbangnya, meninggalkan Kiara yang masih di luar gerbang. Kiara kini berjalan mendekati mobilnya, masuk kedalamnya dengan wajah tertekuk. Kiara terdiam tak percaya di dalam mobil itu. Menatap Iqbal bingung dengan mata yang menggenang air di dalamnya. Iqbal juga benar-benar tak percaya, dia mendesah pelan menyebut nama Dafa. Kiara menatap Iqbal kembali, meneteskan air matanya yang sedari tadi dia tampung. Tak habis pikir dengan semua ini, Iqbal akhirnya memeluk Kiara erat. "Gapapa. Rara, gaboleh nangis ya, kan ada gue," ucap Iqbal menegelus pelan Kiara berusaha menenangkan Kiara. Kiara mengangguk, berhenti menangis. Dia memejamkan matanya sesaat. 'Dafa, Dafa jahat banget,' batinnya menggerutu. Pelukan itu terhenti, Iqbal menghapus semua air mata Kiara yang terjatuh. Dafa benar-benar tidak ber hati, untuk urusan sepenting ini saja, dia tidak berbicara.Mereka memutuska
Jelas sekali kemarin Iqbal mendengar jeritan Kiara memanggil nama Dafa. Itu semua kadang membuat Iqbal khawatir, dia takut hal yang sama terulang kembali. Waupun mereka sangat dekat. Tapi terlihat dari tatapan Dafa, dia hanya menganggap Kiara sebagai seorang teman. Kenyataan itu sangatlah berbeda dengan Kiara, dia terus memendam perasannya sehingga menjadi sangat dalam. Waktu itu saja Kiara hampir mengangis di setiap malam yang gelap memikirkan Dafa. Iqbal tidak dapat membantu banyak, apapun yang Iqbal katakan. Satu perkataan pun tidak ada yang Kiara dengar, dia hanya berfokus terus mencintai Dafa."Iqbal, jangan marah," ujar Kiara merayu."Ternyata bener," desah Iqbal."Iqbal gu-gue kangen Dafa dan nyoba hubungin dia. Ternyata dia angkat telepon gue, lo jangan marah ya. Jangan marah ka," jelas Kiara terbata-bata."Gue ga marah Ra, gue gapapa kalo lo mau berhubungan sama Dafa. Tapi apa lo tau perasan Dafa ke elo gimana? Apalagi setelah 3 tahun ga ada kaba
"Misiiiii, Mas Rafael ganteng laper Ka," ujarnya pada Aka.Aka benar-benar sudah tau tentang kode yang Rafael bicarakan. Dia meminta makanan yang sedang berada di pangkuan Aka."Ga mau yang lain emang? Ini lagi gue makan loh?"Rafael menggeleng. Aka dengan berat hati memberikan makanan yang sedang dia nikmati. Sebagai balasannya dia merebut makanan yang sedang Iqbal makan, juga mengambil satu minuman yang sedang Iqbal minum."Aduh, Aka temen gue yang baik. Ga boleh jadi rampok makanan," tekan Iqbal merasa kesal. Bayangkan saja dia sedang di posisi yang sangat menyenangkan dengan beberapa makanan juga minuman yang ia nikmati. Namun Aka tiba-tiba merampasnya."Gapapa lah, lo ambil yang lain lagi aja," ujar Aka kesal.Iqbal yang melihat Aka kini uring-uringan akhirnya menatap Rafael."Lah, makanan lo di ambil Rafael? Kenapa ga lo marahin aja anaknya?" tanya Iqbal menggeleng."Ck. Lo, takut ya sama Bos Besar?"Decak Iqbal.
Pagi telah datang, percakapan berat tadi malam itu berakhir begitu saja. Semua kecemasan Rafael kadang menghilang begitu saja, namun juga kembali ketika dia menginginkannya. Iqbal berhasil memberikan saran terhadap Rafael, semua itu membuat Rafael dapat berfikir jernih. Kini Aka terlihat bangun terlalu dini, dia mulai membangunkan Rafael yang tengah tertidur pulas."Raf, Rafael! Bangun dong, jogging yu!" teriak Aka membangunkna Rafael."Iya Liv, ayo," jawab Rafael meracau.Aka benar-benar keheranan di buatnya. Dia memukul Rafael, agar dia segera bangun dari ranjangnya."Gue Aka anjim, ko Livia sih? Bangun ga!" Aka menarik paksa lengan Rafael berniat mendudukan Rafael yang tengah tertidur.Rafael benar-benar dibuat kaget, dia kesakitan saat Aka menarik lengan kanannya. Dia membuka matanya, melihat Aka yang sedang berusaha membangunkannya."Heh anjim lo?" teriak Rafael yang baru saja terbangun dari tidurnya.Dia benar-benar kaget, bagai
"Ge, ngapain disitu?" tanya Aka yang baru saja merapihkan badannya.Gea yang panik hanya membuat alasan klasik yang tengah dia pikirkan."Nggak, gue nyari angin aja ko," jawabnya.Aka benar-benar tak percaya, dia menggeleng dan mulai bertanya dengan senyum gelinya."Jangan-jangan, lo ngintipin mereka yah?" lontar Aka.Gea benar-benar dibuat panik oleh Aka. dia bingung mengenai apa yang harus dia katakan."Hah? Siapa? Gue?" jari telunjuknya kini menunjuk ke arah dirinya."Iya, lo nguping kan dan merhatiin mereka?""Hah engga. Buat apa kaya gitu?" ujar Gea mengelak."Hha. Gue tau ko," Aka mulai terkekeh tanpa suara, menertawakan Gea.Semua tebakan Aka sangat mengenai hati Gea, semua itu sukses membuat Gea kesal.'Ngapain sih anak ini? Kenapa tiba-tiba so paling tau?' keluh Gea dalam hatinya.
"Raf, lo kenapa sih kemarin malah tinggalin gue. Mana bilang gue yang bantu cewe itu?" protes Iqbal mengingat dua hari lalu yang telah Rafael lakukan.Rafael mengaduk minumannya pelan, dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi."Gue ga kenal siapa cewe itu. Dan gue gamau berhubungan sama cewe lain. Males!" jawabnya datar."Tapi Raf, bener-bener deh. Gue canggung banget, dan lagi dia kemarin nanya ke gue. Kayanya dia inget deh, kalo lo yang bawa dia,""Ga peduli ah!" acuhnya tidak mau tau.Rafael betul-betul acuh jika mengenai wanita manapun, seperti tidak ingin berurusan dengan mereka. Wajah datarnya sudah menjelaskan semuanya. Tertahan semua pertanyaan Iqbal, dia mengurungkan semua apa yang ingin dia tanyakan."Yauda deh.""Rafel?" panggil Clara yang ternyata sedari tadi berada di belakang Rafael.Rafael melirik heran,
Tepat semenjak Livia kembali meninggalkan Rafael. dia kembali menjadi orang yang pemurung, dan sangat datar terhadap siapapun. Rafael seperti disulap begitu saja, sikapnya berubah dengan sekejap. Sama seperti awal permulaan Livia yang meninggalkan Rafael pada masa SMA. "Bal. Lo, ngerasain kan sikap Rafael yang kaya dulu? Dia jadi pemurung setiap kali Livia pergi," ujar Aka sembari memasukan makanan ringan pada mulutnya. "Hah. Gue ngeh ko, tapi mau gimana lagi. Emang kehilangan sesuatu yang berharga itu bener-bener berat. Lo tau kan seberapa keras dia jalanin hidup sampe bisa bertahan kaya gini?" jawab Iqbal yang sedang asik memainkan stik PS nya itu. "Nah, gue denger cerita masa lalu dia aja ga nyangka. Ko bisa orang yang di kira perfect sama orang lain punya masalah hidup segitu besar?" "Dia hebat. Walaupun dia terpuruk dia bisa bangkit lagi. Emang ga gampang lewatin semua itu, cuman setau gue dia mulai bangkit lagi pas dia kenal sama Livia, mungkin