Home / Romansa / LOVE AFFAIR / BERDUA DI RUMAH

Share

BERDUA DI RUMAH

Author: Kumara
last update Last Updated: 2021-05-06 18:40:36

Kilat-kilat menyambar di atas cakrawala biru gelap. Angin berembus tak kalah kuat, menggugurkan daun-daun tua disusul serangan tetes-tetes air hujan. Atma berlari dari satu ruangan ke ruangan yang lain, mengerahkan seluruh tenaga untuk menutup jendela yang terbanting-banting oleh angin kencang. Cuaca buruk petang itu seakan tak cukup untuk membuat suasana mencekam, Bu Sona keluar dari kamar Pak Giring dan berlari naik ke lantai atas.

"Bhaga ...! Bhaga ...! Bapak sesak napas! Bhaga ...!" Kepal Bu Sona berkali-kali meninju pintu kamar Bhaga.

Selang semenit, Bhaga membuka pintu dengan rambut masih basah kuyup. "Kita bawa ke rumah sakit sekarang, Bu!" serunya panik.

Sejenak Atma berdiri memperhatikan Bhaga menggendong Pak Giring, lantas dengan kikuk berinisiatif memayungi mereka sampai ke mobil, tak sepatah kata juga keluar dari mulut Bhaga, sedang Bu Sona sigap mencomot beberapa potong pakaian dan membawanya ke dalam tas.

"Tolong kamu jaga rumah ya, Ma!" Bu Sona berpesan sebelum dia ikut menyusul masuk ke dalam mobil.

Mobil yang dikemudikan Bhaga melaju menuruni bukit yang sedikit licin dan becek, meninggalkan Atma yang mematung di teras. Ini pertama kali dia ditinggal sendirian di rumah. Mendadak pikiran aneh menelusup ke kepalanya. Cepat-cepat Atma menutup pintu dan langsung mengunci seluruh pintu.

Ngeri. Rumah besar itu lumayan jauh dari area pemukiman warga, berada di antara kebun teh, pohon-pohon besar dan semak. Di luar cuaca sedang buruk, angin kencang, hujan turun deras, dan sebentar lagi malam akan menjelang. Sekujur tubuh Atma menjadi bergidik. Bagaimana bila ada orang iseng yang menyelinap masuk? Preman kampung? Atau si Salman? Anak Pak Kades itu kerap kali memandangi Atma dengan cara yang "aneh", Atma selalu menghindar darinya.

Jangan mikir aneh-aneh, Ma, kamu akan baik-baik aja.

Tak ada pilihan selain menghibur diri sendiri.

***

Petang telah menjemput malam, angin masih kencang dan berulang-ulang menabrak jendela sampai timbul bunyi bising, hujan belum juga reda. Atma membiarkan lampu besar di ruang tengah menyala meski tak ada sesiapa di sana, lampu di kamar pun dia nyalakan, terang-benderang untuk mengurangi rasa takut. Tubuh mungil Atma berselimut sampai ke leher, mulutnya terus komat-kamit agar tak ada gangguan dari hantu rumah. Rumah sebesar dan setua ini tentu ada penghuni tak kasat matanya, begitu teori Atma.

Bukan hanya serangan dari luar saja yang dicemaskan Atma, tapi juga serangan internal. Singkatnya, dia memang penakut. Belum ada kabar dari Bu Sona maupun Bhaga. Terakhir kali Pak Giring dilarikan ke rumah sakit, Atma ikut serta selalu, bahkan dialah yang diminta untuk menunggui di rumah sakit sehingga tak pernah ditinggal sendirian begini. Entah bagaimana malam ini akan berlalu, ditemani suasana mencekam dari luar maupun dari dalam.

TOK TOK TOK

Jantung Atma berderap. Ya Tuhan, siapa itu? Bu Sona tak mungkin, pasti pengecekan kesehatan Pak Giring butuh waktu agak lama, mungkin malah akan dirawat inap selama beberapa hari. Bhaga juga dirasa tak mungkin. Lalu siapa? Pupil mata Atma bergerak gelisah, tenggorokannya macet seolah menelan kerikil. Memberanikan diri, Atma turun dari tempat tidur. Tinjunya mengepal. Dia putuskan untuk mengintip melalui jendela, mengecek siapa yang datang. Namun, bila itu orang dengan niat jahat, harus berbuat apa? Atma sekali lagi gundah, tak ada siapapun yang bisa dimintai tolong di sekitar sini.

Sebelum kaki Atma sampai di pintu utama, sebuah suara terdengar dari teras,

"Atma?!"

Suara Mas Bhaga!

Atma menjerit dalam hati, selekas anak ayam mengejar induknya, dia berlari membukakan pintu. Angin kencang yang berembus langsung menerpa wajah dan rambut panjang Atma, membuat tubuhnya untuk beberapa detik tak bergerak dan matanya spontan terpejam. Ketika matanya terbuka, yang pertama kali dia lihat adalah Bhaga yang berdiri bingung di hadapannya, dengan rambut dan kemeja setengah basah.

"Boleh aku masuk?" tanya Bhaga pelan.

"Hah?" Atma melongok. "O! Ya ampun, maaf, Mas ..., aku sampe lupa, he he." Atma segera menyingkir, memberi ruang untuk Bhaga masuk lantas menutup pintu rapat agar angin tak menyerbu. "Ibu sama bapak nggak ikut pulang?"

Bhaga mengacak rambutnya untuk mengurangi jumlah air yang menempel. "Nggak bisa, bapak harus dirawat, mungkin seminggu atau kurang, bisa juga lebih. Ibu jaga di sana. Aku tadinya juga disuruh jaga tapi aku minta pulang."

"Kenapa? Mas Bhaga nggak suka bau rumah sakit?" Atma menebak.

"Nggak lah, bukan itu, tapi ..."

Sorot mata mereka kembali beradu, mendadak lidah Bhaga membeku, sulit untuk memberi tahu Atma bahwa gadis itu lah penyebab dia pulang lebih dulu. Bagaimanapun, Bhaga sadar, dirinya adalah lelaki muda, Atma pun seorang perempuan muda, mengingat hanya ada mereka berdua di bawah atap yang sama. Canggung tak bisa ditepis.

"Ya sejujurnya karna cuma kamu sendirian di rumah, tapi kalau misalnya kamu memang berani sendirian--"

"Nggak, Mas!" sambar Atma cepat, "aku ... sebetulnya aku udah ketakutan sejak tadi, jujur, aku bersyukur banget Mas Bhaga pulang, kalau nggak ..., aku nggak tau deh, mungkin malam ini nggak akan bisa tidur," sambungnya sambil menundukkan kepala. Malu.

Sebuah senyum manis mengembang di wajah tampan Bhaga. "Syukurlah aku mutusin untuk pulang tadi. Ya udah, aku naik dulu ya, mau mandi."

"Mas Bhaga mau mandi air hangat?"

"Nggak perlu."

Bhaga hendak pergi, tapi Atma menahannya kembali.

"Mau makan? Aku masakin sop daging mau? Aku kira tadi Mas Bhaga nggak pulang jadi aku nggak masak, mau aku masakin apa?"

Sorot mata Bhaga berubah. "Kamu belum makan? Kenapa?"

"Aku ..., tadi langsung sembunyi di kamar, he he." Atma nyengir malu.

"Kamu ..., setakut itu?" bisik Bhaga.

Atma mengangguk pelan.

"Ya ampun, Atma! Lain kali langsung hubungi ibu aja, ya? Jangan ditahan, belajar untuk ngungkapin perasaan kamu."

"Iya, Mas." Atma tersipu lagi, pipinya panas usai mendengar perhatian yang diberi Bhaga.

"Oke, kita makan bareng ya? Aku mandi dulu."

Selama Bhaga menaiki tangga, mata almond Atma tak mau lari juga dari punggung lebarnya yang menjauh. Hanya Tuhan saja yang tahu akan seperti apa malam ini dia lewati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LOVE AFFAIR   BAB BONUS

    Habis membawa Tommy tidur bersama Bu Sona di kamar sebelah, Atma kembali ke kamar hotelnya bersama Bhaga. Bhaga masih di bawah bersama Anna, sepertinya masih asyik bercakap-cakap. Mata Atma sudah beberapa kali menarik sendiri, dia paksa untuk mandi sekejap, berganti piyama dan menyikat gigi. Setelah semua beres barulah dia naik ke tempat tidur. Namun, baru saja berbaring sekitar sepuluh menit, sebuah tangan membelai lengan Atma dengan lembut. Membuatnya terjaga perlahan. Ada Bhaga di sampingnya, memeluk dengan lembut, mencium telinganya berkali-kali. "Mas Bhaga udah mandi?" tanya Atma setengah sadar. "Udah ..." Bhaga menjawab setelah mengecup pipi Atma. Atma tahu ke mana tujuan Bhaga. Namun, mata Atma terlalu lelah untuk meladeni. "Kamu udah mau tidur ya? Atma ..., kita kan lagi di Bali! Lagi tahun baru ini!" kata Bhaga memprotes, rewel seperti anak kecil. "Ya terus kalau di Bali kenapa, Mas?" tanya Atma sambil membuka matanya

  • LOVE AFFAIR   HATI KE HATI

    Malam ini adalah malam pergantian tahun, di mana kembang api akan menyala tepat pada pukul 12. Pantai menjadi lokasi paling banyak diincar untuk menghabiskan malam tahun baru. Sembari menunggu tengah malam tiba, paling nikmat ditemani hidangan laut bakar maupun daging bakar.Itu pula yang dipersiapkan oleh Bhaga. Sebuah meja panjang dia pesan di pinggir pantai, diajaknya serta keluarga Anna untuk ikut bergabung. Sekali lagi Bu Sona absen, sebab dia merasa tak akan tahan begadang sampai larut malam. Dia takut terserang flu keesokan hari. Penyakit orang tua.Bu Sona langsung izin saat pukul 10, membawa Nala serta, mereka tidur lebih awal. Tommy seharusnya juga ikut tidur lebih awal, namun bocah lelaki itu berkeras ingin melihat kembang api. Bhaga pun mengizinkan asal setelah lewat acara kembang api, Tommy langsung kembali ke hotel untuk tidur.Pukul sebelas lewat, masih ada sedikit sosi dan jagung yang bisa dibakar untuk teman menunggu tengah malam. Rohan sibuk me

  • LOVE AFFAIR   API ASMARA DI BALI

    Cuaca amat cerah dan panas siang itu, dengan angin laut yang tak kalah kuat. Para pengunjung pantai yang rata-rata turis tampak asyik berjemur di atas matras, hanya mengenakan bikini. Mereka sibuk mengolesi krim anti sinar UV di atas kulit mereka agar tak terbakar.Bhaga memesan sebuah pendopo di dekat pantai, yang muat untuk menjadi tempat berteduh bagi seluruh anggota keluarganya, pendopo di sebelah rupanya disewa pula oleh rombongan Anna dan sepupunya. Bu Sona tidak ikut, alasannya karena terlalu panas di pantai. Alih-alih bersantai di balkon hotel, dia malahan pergi mengeksplorasi sendirian, pergi ke tempat yang lebih sejuk seperti kuil atau pasar cendera mata.Satu yang mengusik perhatian Atma adalah pakaian Anna. Anna muncul dari hotel dengan satu set bikini berwarna merah muda, terlihat manis dan seksi di saat bersamaan. Belum lagi kepalanya ditutupi dengan topi pantai dari jerami, serta kacamata hitam, dia bisa berbaur seperti turis mancanegara lainnya. Sementa

  • LOVE AFFAIR   ROHAN

    Berkat bantuan Anna, Atma mendapat pekerjaan di sebuah restoran yang dimiliki oleh kakak lelakinya. Pria yang sudah berkepala tiga itu bernama Rohan. Statusnya belum menikah. Dari sana Atma bisa tahu kalau keluarga Anna rupanya cukup berantakan.Ibu dan ayahnya telah bercerai sejak dia kecil. Rohan diasuh oleh ayahnya, sementara Anna diasuh oleh ibunya. Bisa dibilang mereka tak terlalu dekat sebetulnya. Namun, dari pertemuan pertama, Atma bisa langsung tahu kalau Rohan adalah pria yang baik, kepribadainnya hangat dan penuh pengertian.Selain Atma, ada seorang karyawan lain yang juga membawa balitanya. Anak-anak yang dibawa bisa dititipkan di lantai atas. Ada sebuah kamar bayi di lantai atas serta ruang bermain anak. Tugas Atma pun tak begitu sulit, cuma bantu-bantu di dapur sebagai asisten yang menyiapkan bahan masakan.Bila semua sudah beres, Atma pun bisa merangkap menjadi pelayan yang membantu mengantarkan pesanan atau mencatat pesanan.Kebanyakan tamu

  • LOVE AFFAIR   TITIK TERANG

    Bhaga berbalik, lalu memutar bola matanya sambil menghela napas panjang. "Kamu kenapa sih, Atma? Semua itu cuma ada di pikiran kamu. Di sini!" Bhaga menunjuk pelipisnya. "Semua itu khayalan, prasangka! Kamu liat Anna, dia bahkan bukan tipe aku! Nggak sama sekali! Dia itu udah kuanggap kayak temen cowok, tau?!" Bhaga mendekat, duduk di pinggir tempat tidur."Temen cowok? Secakep itu? Secantik dan seseksi itu? Yang benar aja, Mas! Aku ini emang cewek kampung, tapi aku nggak bodoh. Mana mungkin cewek secantik itu Mas anggap kayak laki-laki!" Kening Atma mengerut."Coba kamu pikir-pikir lagi. Kami sama-sama suka basket, sepak bola, ehm ..." Bhaga tergagap sebentar. "Pokoknya aku sama sekali nggak menganggap dia sebagai seorang perempuan. Dia itu kayak adik aja, kayak temen, kayak ... Salah satu 'bro' bagi aku."Muka Atma mengernyit. "Apa lagi itu 'bro'? Mas Bhaga udah deh, jangan ngaco! Jangan bikin-bikin alasan. Pokoknya aku nggak suka kalau Mas Bhaga masih bertema

  • LOVE AFFAIR   KARMA

    "Hari ini aku mungkin pulang malam. Kamu masak untuk kamu aja ya, Sayang." Bhaga berujar pada suatu hari, sebelum dia berangkat kerja.Atma yang sedang menyedot debu di sofa langsung menatapnya heran, alisnya menukik tajam. "Belakangan ini Mas Bhaga pergi terus, ke mana sih? Mau ngapain lagi?" tanyanya agak dingin."Ada acara makan-makan dari kantor. Jadi yah ..., kemungkinan kami akan minum juga sampai jam 12 lewat."Sejak mereka kembali dari desa beberapa bulan yang lalu, tiap malam Bhaga hampir tak pernah pulang tepat waktu. Selalu saja ada alasan. Sementara Atma tak bisa ke mana-mana sebab dia mesti mengurus Nala yang masih belum genap 6 bulan.Bukan berarti Bhaga tidak peduli dengan urusan rumah sama sekali. Bila di akhir pekan, dia masih sering menjaga Nala, terkadang membuatkan susu, mengganti popok, namun tetap saja, tingkah polanya belakangan terlihat begitu berbeda. Atma tak bisa bersikap acuh tak acuh lagi, mesti ada sesuatu yang tidak dia keta

  • LOVE AFFAIR   KABAR JESSICA

    "Papa bangun ...! Papa ...!" Tommy kecil naik ke atas tempat tidur di mana Bhaga masih terlelap dengan tubuh telungkup.Sejam yang lalu, Atma telah bangun lebih dulu, langsung mandi lalu menyiapkan sarapan. Bhaga sepertinya masih lelah akibat kegiatan yang menguras energinya semalam."Papa ...! Ayo bangun, dong ...! Hari ini kita mau keliling kampung ...!" teriak Tommy seraya duduk di atas punggung lebar Bhaga.Bhaga terjaga lalu langsung menggendong Tommy meski kesadarannya masih belum seutuhnya pulih."Mama lagi masak, ya?" tanyanya setelah mencium aroma bumbu nasi goreng. "Kamu bau! Kita mandi dulu, yuk?" katanya masih dalam kondisi setengah sadar.Sehabis mandi bersama Tommy, Bhaga turun ke dapur menemui Atma yang juga telah rapi memakai gaun mininya. Atma baru selesai menyusui Nala."Sarapan dulu, Mas. Kita hari ini mau ngajak Tommy keliling kampung." Atma berkata sambil membuka tudung saji di atas meja."Mau ke mana? Mau liat ap

  • LOVE AFFAIR   MALAM INI AKU MILIKMU

    Keputusan untuk menitipkan Tommy kepada Bu Sona sudah bulat. Tentu berita baik itu disambut dengan tangan terbuka oleh Bu Sona. Justru itulah yang telah dia nanti-nanti. Sebelumnya, disangkanya Tommy baru bisa dia rawat setelah menginjak usia belasan, masuk SMP atau SMA.Namun, Bhaga mempercepat rencananya sebab dia tak mau Tommy telanjur nyaman hidup di kota. Nantinya akan lebih sulit bagi bocah lelaki itu untuk menyesuaikan diri hidup di desa. Meski begitu, Tommy sesekali merengek, tak mau berpisah.Seperti yang terjadi hari ini, saat sebulan menjelang kelahiran anak kedua Atma dan Bhaga. Si kecil Tommy memeluk perut Atma begitu lama."Aku nggak mau pisah sama adik, Ma ..." rengeknya manja."Jadi, Tommy nggak mau nemenin Nenek? Gitu?" Bu Sona yang sedang menyedot debu sofa bertanya, sengaja memancing."Bukan gitu juga, Nek! Kenapa sih Nenek nggak tinggal di sini aja? Atau kita semua ikut tinggal sama Nenek?" tanya Tommy polos."Nggak bisa,

  • LOVE AFFAIR   SEPERTI ADIK

    "Cucu Nenek ...!" Bu Sona berseru sembari membuka kedua tangannya lebar-lebar.Tommy berlari penuh semangat, senyumnya secerah sinar matahari siang itu. "Nenek! Aku kangen ...!" balasnya manja."Sama, Sayang ..., Nenek juga kangen banget sama kamu! Ya Tuhan! Liat kamu! Udah setinggi apa! Udah besar, udah jadi cowok gede!" Bu Sona mengacak lembut rambut Tommy.Tommy nyengir bangga. "Iya, dong! Kan sering minum susu!"Selepas Bu Sona melepas dekapannya, dia tatap Tommy. Sekilas dia heran kembali, kenapa pupil mata Tommy kian tampak biru. Saat bayi dia kira itu akan berubah seiring waktu seperti warna mata bayi kebanyakan, namun sampai sekarang, mata Tommy masih tampak sama saja. Meski begitu, ini bukan waktu yang tepat untuk membahasnya."Atma ...! Bhaga ...!" Bu Sona beranjak memeluk putera dan menantunya.***Waktu berlalu secepat angin, kandungan Atma kini berusia 7 bulan.Untuk syukuran kehamilan 7 bulan Atma, mereka mengadak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status