Beranda / Romansa / LOVE AFFAIR / PESONA ATMA

Share

PESONA ATMA

Penulis: Kumara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-06 18:47:25

Sinar matahari pagi jatuh tepat di wajah Bhaga. Kain gorden yang halus berembus perlahan ditiup angin pagi perbukitan yang dingin. Agak berat, Bhaga membuka kelopak matanya akibat silau yang teramat. Dia bangkit dari tidur dan memperbaiki posisi duduknya. Mengerjap sekali-dua kali, mengucek matanya sebentar lantas merentangkan tangan yang terasa kaku. Setelah kesadarannya kembali penuh, matanya tertuju keluar, ke halaman yang tepat berada di luar jendela.

Di halaman, Atma sedang menyapu. Hijaunya halaman telah berganti dengan daun-daun tua yang berserak di mana-mana. Atma juga mengutip beberapa buah jambu yang ikut gugur akibat angin kencang semalam. Yang buahnya rusak dia buang, sedang yang kondisinya terlihat masih elok, dia masukkan ke dalam keranjang bambu kecil. Sejenak Bhaga tertekun, matanya tak bisa lari dari sosok Atma yang begitu manis. Lelaki mana yang takkan tergugah hatinya bila melihat sorot mata Atma yang begitu halus dan teduh dengan warna iris mata sedikit kecoklatan. Usianya baru memasuki dua puluh tahun. Ibarat buah, dia sedang matang dan ranum, ibarat kembang sedang mekar di taman bunga. Rambutnya sepunggung, tebal dan hitam alami, kulitnya kuning langsat bersih, serta dagingnya berisi, pas. Tidak gemuk, tidak kurus, tak pula terlalu tinggi, tak bisa juga dikatakan kurus. Bila berhadapan dengan Bhaga yang tinggi, Atma setara dengan dadanya, dia tampak begitu mungil. Atma juga selalu tampak modis meski sederhana, rambutnya dikuncir atau dikepang rapi, tubuhnya dibalut gaun-gaun mini yang menunjukkan keanggunannya. Sekilas Bhaga mengingat Jessica, kekasihnya itu adalah gambaran wanita modern masa kini, dan tak ada yang salah dengan itu, hanya saja dia adalah kebalikan dari Atma. Mata elang Bhaga berhenti di ujung gaun mini berbunga yang dikenakan Atma, gaun satin itu diayun-ayun angin dengan lembutnya, membuat kainnya menari di betis Atma yang cantik.

Saat Bhaga terlalu fokus memandangi kaki Atma, Atma berbalik badan, sejurus mata mereka bertemu. Kagok, Bhaga langsung membuang muka. Segera pria itu mengacak rambutnya. Aku pasti udah gila, apa yang baru aja aku pikirin? Dirinya membatin gundah. Barusan, untuk sekilas, dia jatuh, jatuh kepada pesona Atma, dan dia menyesalinya.

***

"Nanti aku minta ibu untuk pulang ya? Biar kami gantian, aku yang akan jaga bapak nanti." Bhaga berucap sembari menerima bekal yang telah disiapkan Atma. Sudah waktunya untuk kembali ke rumah sakit.

Sejak kejadian memalukan tadi pagi, Bhaga tak berani lagi menatap mata Atma, sebisa mungkin dia mengalihkan pandangan ke arah yang lain.

"Tapi kalau ibu mau jaga di sana juga nggak apa-apa kok, Mas. Aku bisa sendiri, malam ini pasti nggak turun hujan lagi. Semoga bapak cepat sembuh ya, aku titip salam."

Bhaga mengangguk pelan, masih menghindar dari tatapan Atma. Sementara Atma yang sudah telanjur terbiasa menatap Bhaga, menjadi bingung. Apakah dirinya telah melakukan kesalahan sehingga Bhaga tak mau menatapnya, atau karena apa, dia tak mengerti, dan hatinya bertanya-tanya.

"Kalau gitu, aku pergi dulu, kalau ada apa-apa, langsung telpon ibu. Kunci semua pintu kalau sudah gelap, kita nggak pernah tau-tau kan niat orang." Bhaga berjalan santai mendekati mobil yang terparkir di halaman.

Tanpa beranjak dari teras, Atma berseru, "Mas!"

Bhaga berbalik. Akhirnya mata mereka bertemu kembali.

"Apa ..., aku udah melakukan kesalahan?" lirih Atma.

"Hah? Nggak! Nggak ada apa-apa, Atma." Bhaga menggeleng.

"Cuma mau tanya itu aja, Mas."

Walau ada berbagai pertanyaan dan kebingungan di benaknya, Bhaga menepis semuanya, dia tak mau sampai tenggelam dalam keasyikan bercakap-cakap dengan Atma. Cinta selalu dimulai dari komunikasi, Bhaga harus membatasi dirinya, terlebih hanya ada mereka berdua saat ini.

"Bye, Atma."

"Hati-hati, Mas Bhaga."

Mobil Bhaga melaju menuruni bukit, tapi kali ini rasanya sangat berbeda dari sebelumnya, ada sesuatu yang dia tinggalkan di bukit sana. Entah itu Atma, atau hatinya.

***

Sebuah sepeda motor kumbang berwarna merah tua berhenti di halaman depan pada sore hari. Pengemudinya seorang pemuda berpenampilan flamboyan yang terlihat seperti bandit yang baru keluar dari film tahun 80-an. Kemeja berwarna kuning bermotif bunga krisan, celana berbahan dasar, rambut disemir dan ditata rapi, serta sepatu pantofel hitam mengkilap. Aroma parfum murahan menguar dari tubuhnya. Meski penampilannya tampak jadul, dia diberkahi wajah yang cukup tampan dengan kulit sawo matang cenderung gelap yang menawan.

"Salman!" Atma mengeluh setelah mengintip siapa yang datang dari balik gorden jendela.

Pemuda bernama Salman itu berjalan ke teras dengan gaya yang menurut Atma sangat memuakkan, lalu mengetuk pintu. "Atma? Atma? Aku tau kamu ada di dalam ..., bisa kita bicara sebentar?" tanya Salman dengan senyum nakal menyungging di bibir tebalnya.

Dada Atma kembang-kempis, dia punya segudang pengalaman buruk mengenai Salman. Anak tunggal Pak Kades itu kerap menguntitnya. Di sawah, di sungai, di kebun teh, ke mana Atma pergi, dia sering memantau seperti mandor saja. Mereka sebaya, tapi Salman berlagak seperti om-om genit. Bikin Atma geli setengah mati.

"Atma ...? Aku tau nggak ada siapa-siapa di rumah, anak bos kamu sudah pergi, kan? Ayolah ..., mumpung nggak ada siapa-siapa di rumah, kita bisa bicara berdua." Salman masih terus mengoceh, tak kunjung menyerah.

"Tolong, Salman! Aku tau ayah kamu berjasa sama aku, tapi tolong, jangan ganggu aku, jangan ngikutin aku terus!" teriak Atma dari dalam rumah.

"Aku ..., aku nggak berniat mengganggu kamu, cantik. Aku cuma mau kita ..., kita bicara sebagai teman, kita kan dulu satu sekolah juga, kenapa kamu memperlakukan aku kayak orang asing?" Salman tergagap.

"Aku nggak mau berteman sama kamu!" tegas Atma.

"Kamu lupa? Kalau bukan karna ayah aku, mana mungkin keluarga Pak Giring mau menerima kamu di rumah mereka! Sudah waktunya kamu balas jasa, menikah dengan aku!" Kesabaran Salman habis sudah.

Atma terdiam sesaat. Darahnya serasa mendidih, kalau saja dia bernyali, ingin sekali dia hantam kepala si Salman saat ini juga. "Kalau itu tujuan kamu, ngomong sama Bu Sona, mereka udah jadi wali aku." Namun, amarah itu harus diredam.

Salman tertawa pelan, puas hatinya. Perkataan Atma barusan bagai lampu hijau baginya. Itu artinya, Atma bersedia untuk dipinang, namun harus melalui Bu Sona selaku pihak wali Atma.

"Kalau gitu mau kamu, oke, aku akan bicara sama ayah aku, meminta kamu untuk dilamar!" kata Salman kemudian.

"Jangan sekarang, Pak Giring lagi dirawat di rumah sakit." Atma beralasan, semata untuk mengulur waktu. Toh dia pun sadar, cepat atau lambat, Salman akan mengajukan lamaran.

"Iya, aku tau. Aku akan sabar menunggu, sampai kamu ..., jadi milikku."

Sekujur tubuh Atma reflek merinding. Ditepuknya jidatnya, menyesali apa yang tadi telah dia katakan. Salman bisa pergi untuk sekarang, tapi Atma tahu benar, pria itu akan datang kembali secepatnya dengan lamaran serta. Atma mesti segera mencari alasan lain untuk setidaknya menunda.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yanti D
Hi ratu adult romance wkwkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • LOVE AFFAIR   BAB BONUS

    Habis membawa Tommy tidur bersama Bu Sona di kamar sebelah, Atma kembali ke kamar hotelnya bersama Bhaga. Bhaga masih di bawah bersama Anna, sepertinya masih asyik bercakap-cakap. Mata Atma sudah beberapa kali menarik sendiri, dia paksa untuk mandi sekejap, berganti piyama dan menyikat gigi. Setelah semua beres barulah dia naik ke tempat tidur. Namun, baru saja berbaring sekitar sepuluh menit, sebuah tangan membelai lengan Atma dengan lembut. Membuatnya terjaga perlahan. Ada Bhaga di sampingnya, memeluk dengan lembut, mencium telinganya berkali-kali. "Mas Bhaga udah mandi?" tanya Atma setengah sadar. "Udah ..." Bhaga menjawab setelah mengecup pipi Atma. Atma tahu ke mana tujuan Bhaga. Namun, mata Atma terlalu lelah untuk meladeni. "Kamu udah mau tidur ya? Atma ..., kita kan lagi di Bali! Lagi tahun baru ini!" kata Bhaga memprotes, rewel seperti anak kecil. "Ya terus kalau di Bali kenapa, Mas?" tanya Atma sambil membuka matanya

  • LOVE AFFAIR   HATI KE HATI

    Malam ini adalah malam pergantian tahun, di mana kembang api akan menyala tepat pada pukul 12. Pantai menjadi lokasi paling banyak diincar untuk menghabiskan malam tahun baru. Sembari menunggu tengah malam tiba, paling nikmat ditemani hidangan laut bakar maupun daging bakar.Itu pula yang dipersiapkan oleh Bhaga. Sebuah meja panjang dia pesan di pinggir pantai, diajaknya serta keluarga Anna untuk ikut bergabung. Sekali lagi Bu Sona absen, sebab dia merasa tak akan tahan begadang sampai larut malam. Dia takut terserang flu keesokan hari. Penyakit orang tua.Bu Sona langsung izin saat pukul 10, membawa Nala serta, mereka tidur lebih awal. Tommy seharusnya juga ikut tidur lebih awal, namun bocah lelaki itu berkeras ingin melihat kembang api. Bhaga pun mengizinkan asal setelah lewat acara kembang api, Tommy langsung kembali ke hotel untuk tidur.Pukul sebelas lewat, masih ada sedikit sosi dan jagung yang bisa dibakar untuk teman menunggu tengah malam. Rohan sibuk me

  • LOVE AFFAIR   API ASMARA DI BALI

    Cuaca amat cerah dan panas siang itu, dengan angin laut yang tak kalah kuat. Para pengunjung pantai yang rata-rata turis tampak asyik berjemur di atas matras, hanya mengenakan bikini. Mereka sibuk mengolesi krim anti sinar UV di atas kulit mereka agar tak terbakar.Bhaga memesan sebuah pendopo di dekat pantai, yang muat untuk menjadi tempat berteduh bagi seluruh anggota keluarganya, pendopo di sebelah rupanya disewa pula oleh rombongan Anna dan sepupunya. Bu Sona tidak ikut, alasannya karena terlalu panas di pantai. Alih-alih bersantai di balkon hotel, dia malahan pergi mengeksplorasi sendirian, pergi ke tempat yang lebih sejuk seperti kuil atau pasar cendera mata.Satu yang mengusik perhatian Atma adalah pakaian Anna. Anna muncul dari hotel dengan satu set bikini berwarna merah muda, terlihat manis dan seksi di saat bersamaan. Belum lagi kepalanya ditutupi dengan topi pantai dari jerami, serta kacamata hitam, dia bisa berbaur seperti turis mancanegara lainnya. Sementa

  • LOVE AFFAIR   ROHAN

    Berkat bantuan Anna, Atma mendapat pekerjaan di sebuah restoran yang dimiliki oleh kakak lelakinya. Pria yang sudah berkepala tiga itu bernama Rohan. Statusnya belum menikah. Dari sana Atma bisa tahu kalau keluarga Anna rupanya cukup berantakan.Ibu dan ayahnya telah bercerai sejak dia kecil. Rohan diasuh oleh ayahnya, sementara Anna diasuh oleh ibunya. Bisa dibilang mereka tak terlalu dekat sebetulnya. Namun, dari pertemuan pertama, Atma bisa langsung tahu kalau Rohan adalah pria yang baik, kepribadainnya hangat dan penuh pengertian.Selain Atma, ada seorang karyawan lain yang juga membawa balitanya. Anak-anak yang dibawa bisa dititipkan di lantai atas. Ada sebuah kamar bayi di lantai atas serta ruang bermain anak. Tugas Atma pun tak begitu sulit, cuma bantu-bantu di dapur sebagai asisten yang menyiapkan bahan masakan.Bila semua sudah beres, Atma pun bisa merangkap menjadi pelayan yang membantu mengantarkan pesanan atau mencatat pesanan.Kebanyakan tamu

  • LOVE AFFAIR   TITIK TERANG

    Bhaga berbalik, lalu memutar bola matanya sambil menghela napas panjang. "Kamu kenapa sih, Atma? Semua itu cuma ada di pikiran kamu. Di sini!" Bhaga menunjuk pelipisnya. "Semua itu khayalan, prasangka! Kamu liat Anna, dia bahkan bukan tipe aku! Nggak sama sekali! Dia itu udah kuanggap kayak temen cowok, tau?!" Bhaga mendekat, duduk di pinggir tempat tidur."Temen cowok? Secakep itu? Secantik dan seseksi itu? Yang benar aja, Mas! Aku ini emang cewek kampung, tapi aku nggak bodoh. Mana mungkin cewek secantik itu Mas anggap kayak laki-laki!" Kening Atma mengerut."Coba kamu pikir-pikir lagi. Kami sama-sama suka basket, sepak bola, ehm ..." Bhaga tergagap sebentar. "Pokoknya aku sama sekali nggak menganggap dia sebagai seorang perempuan. Dia itu kayak adik aja, kayak temen, kayak ... Salah satu 'bro' bagi aku."Muka Atma mengernyit. "Apa lagi itu 'bro'? Mas Bhaga udah deh, jangan ngaco! Jangan bikin-bikin alasan. Pokoknya aku nggak suka kalau Mas Bhaga masih bertema

  • LOVE AFFAIR   KARMA

    "Hari ini aku mungkin pulang malam. Kamu masak untuk kamu aja ya, Sayang." Bhaga berujar pada suatu hari, sebelum dia berangkat kerja.Atma yang sedang menyedot debu di sofa langsung menatapnya heran, alisnya menukik tajam. "Belakangan ini Mas Bhaga pergi terus, ke mana sih? Mau ngapain lagi?" tanyanya agak dingin."Ada acara makan-makan dari kantor. Jadi yah ..., kemungkinan kami akan minum juga sampai jam 12 lewat."Sejak mereka kembali dari desa beberapa bulan yang lalu, tiap malam Bhaga hampir tak pernah pulang tepat waktu. Selalu saja ada alasan. Sementara Atma tak bisa ke mana-mana sebab dia mesti mengurus Nala yang masih belum genap 6 bulan.Bukan berarti Bhaga tidak peduli dengan urusan rumah sama sekali. Bila di akhir pekan, dia masih sering menjaga Nala, terkadang membuatkan susu, mengganti popok, namun tetap saja, tingkah polanya belakangan terlihat begitu berbeda. Atma tak bisa bersikap acuh tak acuh lagi, mesti ada sesuatu yang tidak dia keta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status