Grey memandangi Audrey yang masih belum tersadar, wajah Audrey masih terlihat pucat.
Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang di geser dengan keras, Grey melihat ke arah pintu lalu melihat seorang wanita tengah berdiri disana.
"Audrey!" panggil Mia dengan panik.
Mia mengetahui tentang keadaan Audrey, dari sepupunya yang bekerja di ruang IGD di rumah sakit ini.
"Apa yang terjadi, apa yang telah kau lakukan kepadanya?" tanya Mia lalu menampar keras pipi Grey.
Nafas Mia naik turun menahan marah dengan mata memerah menahan tangis, "Brengsek katakan apa yang telah kau lakukan padanya?.
Grey menahan kebas di pipinya baru kali ini dia ditampar oleh wanita dengan sangat keras.
Audrey membuka buku sketsa yang baru saja dia beli, Audrey sudsh terbiasa menggambar design pakaian semenjak dia kecil. Sebagai penderita Autisme Audrey membatasi minatnnya hanya pada melukis design. Hal inilah yang sangat mempengaruhi interaksi dan komunikasi Audrey terhadap orang lain. Ibu dan adik tiri Audrey menjadikan kelemahan Audrey ini untuk mengusir Audrey dari rumah. Merangkai rencana seakaan Audrey adalah anak yang liar dan berbahaya. Mereka melakukan cara kotor, memprovokasi Audrey sehingga Audrey merasa kesal saat rutinitasnnya terganggu. Penderita Autisme juga memiliki gangguan kecemasan dan cenderung mudah depresi. Ibu dan anak membuat Audrey terlihat sebagai pengacau di dalam keluarga yang selalu saja mengamuk, meraung tidak bisa berbicara. Karena itulah A
Audrey merapihkan gaunnya dengan mata sembab, begitu sampai di Villa Audrey segera keluar dari mobil dan berlari kecil menjauhi Stefan.Stefan hanya menatapi dingin kepergian Audrey, "kembali ke mansion!" perintah Stefan.Stefan menyenderkan kepalanya di kursi mobilnya, memejamkan matanya dan memijit-mijit pelipisnya. Stefan merasa semakin Audrey menentangnya maka semakin ingin Stefan menguasai Audrey.Stefan menimang-nimang rasa di hatinya, namun semua tertutup oleh sikap egois dan arogantnya."Dia tidak berbeda jauh dengan wanita-wanita yang bersedia berbagi ranjang denganku," ujar Stefan dalam hati, meyakinkan pendapatnya sendiri.Audrey menghabiskan hari-harinya seperti hari-hari sebelumnya, menunggu kedatangan Stefan. Sementara itu
Telah berjuang keras keluar dari dunia Autisme maka itu membuat Audrey bisa menaikan tingkat daya juang Audrey untuk hidup. Audrey mengamati sekeliling, Audrey memiliki keahlian bisa dengan cepat menfokuskan diri. Audrey melihat sebuah alat yang biasa dipakai untuk memangkas rumput liar diladang.Audrey mengambilnya dengan susah payah meletakannya agak sedikit berdiri disanggah sedikit oleh sebuah celah, lalu mulai menggesek ikatan tali di tangannya. Dan berhasil terbuka.Audrey mulai mencari cara untuk melarikan diri. Satu-satunya pintu keluar hanya ada satu, dan itu terkunci.Audrey mengambil alat yang tadi baru saja dia gunakan untuk membuka tali ikat tangannya. Lalu berdiri menunggu di balik pintu. Dengan sabar Audrey menunggu, akhirnya pintu terbuka, dan langsung saja Audrey menancapkan alat itu di tubuh pria asing yang me
"Aku akan membawanya pergi dari neraka ini," ujar Mia.Mia memapah Audrey turun dari ranjang, "ayo sayang, aku akan membebaskanmu dari neraka ini," ujarnya lagi."Berhenti!" perintah Stefan."Apa kau ingin benar-benar membunuhnya?" tanya Mia dengan marah."Lepaskanlah dia!" pinta Mia."Dia tidak berhutang apa-apa kepadamu, tapi kaulah yang berhutang banyak kepadanya," jawab Mia."Katakan sekali lagi tentang apa yang baru saja kau katakan sebelumnya!" ujar Stefan.Mia terdiam, mengambil nafas panjang lalu mulai menceritkan kejadian malam itu di kamar 666."Jika malam terlaknat itu t
"Hei! apakah kita makan di restoran itu saja," pinta Grey.Stefan menutup berkasnya dengan tetap memandangi Audrey, berjuta kata ingin di ucap saat Audrey pergi namun semua tertahan.Stefan pun mengangguk dengan permintaan Grey. Mereka pun masuk ke dalam restoran tersebut, Stefan memilih tempat duduk yang tak bisa dilihat Audrey, namun dirinya dapat melihat jelas Audrey.Stefan ingin sekali menepis semua serpihan rindu yang telah ditahannya selama bertahun-tahun.Kedua teman baik itu makan dengan leluasanya, tak merasa jika sedang di perhatikan oleh dua pria.Ketika sedang asyik menikmati seorang pria mendekati mereka dan menyapa Audrey."Nona Audrey," sapa dokter harold.
Ah sudah tak mau pikir lagi, aku lelah," jawab Audrey."Issh … kau ini," ujar Mia.Audrey pun mematikan lampu kamarnya, Stefan yang melihat lampu kamar Audrey telah padam lalu meletakan teropongnya di atas nakas, dan mulai merebahkan dirinya di ranjang besarnya. Stefan juga menyimpan teropong yang sama seperti yang ada di ruang kerjanya.Di pagi hari, Grey dan Stefan memulai sarapannya dengan keheningan. Grey ingin bertanya tentang teropong yang dia lihat tadi malam namun mengurungkan niatnya."Apa kau sudah mengurusnya?" tanya Stefan kepada Arthur."Ya Tuan," jawab Arthur."Kerja bagus," puji Stefan."Mengatur apa?" tanya Grey.
Stefan melajukan mobilnya ke puncak bukit yang tak sengaja ia temukan, Stefan keluar dari mobilnya dan menyalakan rokoknya, Stefan menjadi perokok berat di masa ketika Audrey pergi darinya.Stefan mendongak ke atas memandangi langit menjulurkan tangannya seakaan ingin mengambil bintang-bintang yang ada diatas langit tersebut namun apa daya tangan tak sampai. Begitulah rasa yang Stefan rasakan di tiap kali melihat Audrey.Dengan kekuasaannya Stefan bisa dengan mudah membawa Audrey berdiri di sisinya. Namun teringat wajah ketika Audrey kehilangan jiwanya, Stefan merasa takut untuk melangkah.Stefan kembali ke kediamannya, menjelang pagi. Merapihkan diri, meyesap segelas orange Juice lalu berangkat ke gedung Exillion.Hari ini adalah hari pertama Audrey bekerja diwyatt House. Kar
Satu-satunya hal yang terpikirkan oleh Harold adalah melamar Audrey sekarang juga. Harold bergegas pergi melajukan mobilnya ke gedung Exollian, sebelumnya Harold membeli sebuah bunga untuk melamar Audrey. Harold berdiri di loby, dengan sebuket bunga mawarnya, bahkan Harold lupa membuka jas dokternya.Semua mata memandang Harold dengan heran. Harold mengambil ponselnya dan menghubungi Audrey untuk memintanya ke lobi. Audrey pun segera pergi menemui Harold."Harold," panggil Audrey.Harold menoleh, menatapi Audrey. Menarik nafas panjang lalu memberanikan diri untuk membuka suaranya."Audrey aku tahu ini mungkin tak pernah kau kira, dan jujur saja aku pun tak pernah menyangka akan ada hari ini. Namun hatiku terus bergerak kearahmu," ungkap Harold.