Mikaela sudah kembali ke apartemen Willy pada saat malam. Kini Willy membawakan teh untuk wanita itu supaya bisa menenangkan dirinya. Willy juga bisa memerhatikan bahwa mata wanita sembab dan pasti dia baru saja menangis.
“Aku tahu kamu tidak mau rujuk, Cassie! Tapi menurutku, Marcel layak mendapat kesempatan,” ujar Willy membuka pembicaraan.
“Entahlah Wil, aku tidak tahu. Aku ingin bertemu Selena besok. Aku tidak ingin mendengar apapun soal Marcel saat ini. Boleh aku istirahat disini?”, Mikaela memilih mengalihkan pembicaraan sambil minta izin pada Willy.
“Tentu saja, apartemen ini akan selalu terbuka buatmu. Tenangkan pikiranmu ya, dear. Kamu harus kuat bahkan tanpa diriku ya,” jawab Willy dengan pesan tersirat tak disadari Mikaela. Wanita itu terlalu stress memikirkan semuanya.
“Mmmhh… makasih ya,” jawab Mikaela lalu pergi ke kamar untuk beristirahat.
Mansion Keluarga Djuanda
“Selena sayang! Mama datang!” Mikaela lang
Kamu layak dicintai dan aku akan terus memperjuangkan dirimu- Marcel Arya Buana
SWISS HOTEL BALLROOM Kini Mikaela turun dari mobilnya ditunggui oleh Marcel supaya masuk ke dalam gedung bersamaan. Tentu saja mereka tidak mau ada yang tahu kalau saat ini mereka masih dalam proses perceraian. Saat melihat penampilan Mikaela, lagi-lagi Marcel mau tak mau terpesona. Dia mengenakan kebaya biru dongker dipayet penuh dan rok batik duyung yang begitu indah dan menawan. Rambutnya disanggul dan make upnya yang begitu cocok dengan busananya. Kecantikan seorang Mikaela memang tidak ada duanya. “Ah, aku salah ya? Kata mama tadi temanya biru dongker. Semalam aku ke butik sih mencarinya. ”ujar Mikaela saat melihat Marcel yang terus terdiam memandanginya sedari tadi. “Ah, kamu cantik sekali! Itu yang ingin saya sampaikan.” jawab Marcel jujur membuat Mikaela memerah. Tapi wanita itu malah memalingkan wajahnya tak mau pria itu melihat ekspresinya saat ini. “Jangan merayuku!
Apartemen, Podomoro City Acara pernikahan sudah selesai dan Mikaela pulang saat tengah malam ke apartemennya Willy. Ya, memang acara pernikahan Michael dan Michelle dimulai jam enam sore tadi. Dan jelas saja, Mikaela masih belum mau pulang ke kondominium apartemen milik Marcel. “Bagaimana acaranya, dear?” tanya Willy yang terlihat membaca buku di ruang tamu. “Wil? Kamu belum tidur? Ah, begitulah! Acara pernikahan biasa.” jawab Mikaela sebenarnya agak terkejut. Tapi, dia melangkahkan dirinya sambil duduk disebelah Willy. “Kamu… baca Kitab Suci? Semalam ini?” tanya Mikaela heran. “Apa yang salah? Ini adalah buku yang selalu menemani kesepianku. Aku serasa mendengar Tuhan bicara padaku jika membaca buku ini.” jawab Willy tak lupa dengan senyuman diwajah tampannya. “Kamu gak bosen? Dari dulu, kamu seperti gak berhenti membaca buku itu.” tanya Mikaela lagi. “Tidak, b
Kondominium Apartemen, Podomoro City Marcel kini sedang tersenyum memandangi bunga yang tadi sempat dia berikan kepada Mikaela. Dia bahagia wanita itu mau menerima bunga darinya. Ini juga pertama kalinya dia berdansa dan itu adalah dengan istrinya. “Aku semakin yakin kalau aku sudah mulai mencintainya. Dia adalah takdir yang digariskan Tuhan bagiku. Aku tidak akan menyia-nyiakan dirinya sedikitpun.” gumam Marcel dengan nada bahagia. Meskipun Mikaela kini sedang bersama Willy, dia tahu kalau disana Willy akan menjaga wanita itu dengan baik. Lagipula, Willy sendiri yang memintanya untuk kembali bersama Mikaela. Dia sadar kalau Willy memang orang yang benar-benar baik meski dia memiliki keterbatasan. ‘Terima kasih untuk kepercayaanmu William! Mikaela akan selalu aman bersamaku! Aku akan menjaganya sepenuh hatiku’, tekad Ma
Mansion Djuanda Sesampainya di mansion keluarganya, Mikaela langsung berlari dengan cepat untuk menghampiri Selena. Perasaannya terus menerus tidak karuan sepanjang jalan. Hatinya sangat sedih ketika mendengar putrinya sakit dan dia tidak ada disitu. Dia menyesali kenyataan bahwa Selena adalah korban dari keegoisan dirinya. “Sayang! Gimana keadaan kamu?” Mikaela langsung memgegang tangan Selena sambil mengelus dahi putrinya. ‘Panas!’ pikirnya panik saat menyentuh dahi Selena. “Bu, kita harus membawanya ke rumah sakit,” ucap dokter yang dipanggil oleh keluarga Djuanda. “Ya sudah! Kenapa kalian menunda lagi sih?!” marah Mikaela karena panik dengan kondisi Selena. “Maaf, Kaela. Tapi Selena terus menerus memanggil papa dan mamanya. Dia dari semalam tidak mau makan karena merindukan kalian,” jelas Anye membuat Mikaela dan Marcel terpukul karena kenyataan ini. “Ayo, k
Marcel dan Mikaela terus berada disini untuk menjaga putri mereka. Bahkan Marcel mengurus beberapa urusan kantor langsung dari rumah sakit. Kemudian, Elmand dan Ribka datang ke rumah sakit untuk menjenguk cucu kesayangan mereka.“Bagaimana keadaan Selena? Maaf ya, kami baru datang.” Ribka langsung menanyakan kabar Selena pada keduanya.“Dia sudah mulai baik-baik saya. Mungkin besok dia bisa pulang.” Mikaela menjelaskan keadaannya pada Ribka. Elmand kemudian mengambil posisi untuk duduk disamping putra sulungnya. Dia langsung menepuk pundak Marcel yang kini tengah sibuk dengan laptopnya.“Kamu… baik-baik saja kah?” tanya Elmand pada Marcel dengan nada hangat dan perhatian sebagai seorang ayah.“Baik, Pa!” jawab Marcel lalu menutup laptopnya untuk bicara dengan ayahnya.“Semenjak kamu keluar lagi dari rumah, jujur rumah besar itu terasa sepi lagi nak. Dulu papa tidak peduli sama sekal
Rumah Sakit Mikaela dan Marcel sudah kembali cukup malam kemudian berganti jaga dengan Ribka dan Elmand. Mereka sudah kelihatan lebih baik daripada sebelumnya. Itu membuat Elmand dan Ribka jadi lebih tenang dan yakin hubungan kedua pasti membaik. “Mama sama papa pulang dulu ya. Kalian jaga Selena baik-baik,” pesan Ribka diangguki oleh keduanya. Sepeninggal Elmand dan Ribka keduanya mengambil posisi masing-masing. Mikaela berada disebelah Selena dan Marcel duduk di sofa sambil memeriksa laptopnya. Mikaela terus memandang Selena sambil tersenyum dan mengelus wajah putri kecilnya itu. “Kenapa ya, Selena mirip denganmu?” tanyanya membuka topik pembicaraan dengan Marcel. “Dia putriku, tentu saja mirip. Tapi sebenarnya bentuk wajahnya menirumu kok.” jawab Marcel kemudian menutup laptopnya dan berjlan menuju sebelah ra
Wanita itu memesan taksi online menuju suatu tempat. Dia meneguhkan hatinya untuk melakukan ini dan yakin kalau ini adalah jalan yang terbaik. Beberapa saat kemudian dia sampai di sebuah tempat. Yaitu di Pengadilan Negeri. Mikaela berjalan menuju ruang staf yang mengurus bagian perceraian. “Selamat pagi, bu. Bisa beri tahu namanya?” tanya petugas itu untuk mendata. “Mikaela Cassandra Buana,” jawab Mikaela dan sang petugas mengetikkan namanya di komputernya untuk mencari datanya. “Oh, bu Mikaela! Persidangan perceraian pertama akan dilakukan besok, ada apa ibu datang pagi ini?” tanya petugas itu setelah melihat data di komputer tentang jadwal sidang perceraian Mikaela. “Saya mau mebatalkan gugatan saya!” ujar Mikaela dengan nada yakin. “Membatalkan gugatan ya, bu. Baiklah, ibu sebagai penggugat membatalkan perceraiannya ya. Baiklah, ini surat pernyataan pembatalan gugatannya, bu.” si petugas menyerahkan sebuah surat pernyataan untuk ditanda tan
Setelah pemeriksaan, akhirnya Selena bisa pulang. Marcel dan Mikaela dengan bahagia membawa putri kecil mereka pulang dari Rumah Sakit menuju Kondominium mereka. Mikaela sangat lega karena semua masalah yang menumpuk di kepalanya serasa terangkat semuanya. Dia tahu bahwa keputusannya untuk mempertahankan rumah tangganya adalah keputusan yang terbaik. Kini mereka bertiga tengah berada di kamar Selena. Mikaela disamping kanan dan Marcel di samping kiri tengah menceritakan dongeng pengantar tidur. Saat berpikir Selena sudah terlelap, mereka beranjak untuk pergi. Namun, Selena menahan tangan kedua orang tuanya. “Mama! Papa! Aku mau bobo baleng kalian,” pinta gadis kecil itu membuat Marcel dan Mikaela saling memandang satu sama lain. “Tapi tempat tidur kamu kecil, sayang. Mana muat mama sama papa,” jawab Mikaela beralasan. “Kita pindah saja ke kamar