Indonesia
Apartemen, Podomoro City
“Jadi seluruh harta dan warisan yang bapak miliki bapak serahkan kepada ‘Mikaela Cassandra Buana’ setelah bapak meninggal?” tanya seorang pengacara yang kini duduk berhadapan dengan Willy.
“Iya! Buat surat wasiatnya! Apartemen yang di Cambrigde, apartemen ini, mobil, cek, giro, deposito dan tabungan akan menjadi miliknya jika aku mati nanti!” jawab Willy dengan yakin.
“Tapi pak, kenapa secepat ini? Bapak juga masih muda dan dia ini siapa? Adik atau keluarga dekat?” tanya pengacara itu bingung dengan Willy yang membuat wasiat terlalu cepat menurutnya.
“Pekerjaan anda hanya mengurus surat ini dan mengesahkannya dengan hukum yang berlaku. Jangan banyak tanya!” jawab Willy dengan tegas membuat sang pengacara tak berkutik lagi.
“Ah, baiklah pak! Bagaimana dengan asuransi? Apa kuasanya akan bapak berikan padanya juga?” si pengacara menanyakan satu jenis warisan lagi, yaitu asuransi.
“Ah iya! Tambahk
Aku tahu, kamu pasti tidak membutuhkan harta apapun. Tapi aku harap kamu bisa terus mengingatku dengan semua ini - William Simon
Perusahaan Buana Wajah Marcel terlihat bahagia hari ini. Perjuangannya untuk mempertahankan keluarga kecilnya memang membuahkan hasil. Dia tidak mau keberhasilannya ini diganggu oleh apapun lagi. Bukan berarti dia sengaja membuang dan menyakiti Michelle. Dia juga merasa bersalah pada wanita itu. Tapi dia lega karena adiknya memang sangat mencintai wanita itu. Michelle berhak mendapatkan kebahagiaan dari Michael, bukan dirinya.“Wajah pak Marcel kelihatan baik?” bisik salah seorang karyawan.“Iya, belakangan ini kan, pak Marcel suka marah-marah. Salah sedikit saja, langsung dimarah. Hampir saja sebagian karyawan mau resign karena tidak tahan,” tambah karyawan satunya lagi. Ya, memang akhir-akhir ini Marcel sering marah-marah. Tapi, dia ingin memperbaiki hubungannya dengan para bawahannya. Dia akan ber
Di sisi lain…“Cih! Sial! Bagaimana bisa Perusahaan Buana membatalkan seluruh kerja samanya secara sepihak? Kau juga payah sekali Raymond! Sudah sudah payah papa melanjutkan Perusahaan opahmu ini, dan kamu hanya memikirkan nafsumu sendiri? Kau tidak tahu siapa itu Adinata Djuanda? Marcel Arya Buana? Dasar anak bodoh!” maki Brawijaya ayah dari Raymond Alexander.“Maafkan saya, Pa! Saya akan berusaha mengembalikan semuanya supaya normal. Saya akan membuat Marcel Buana menyesali tindakannya,” janji Raymond berusaha meyakinkan ayahnya.“Maaf katamu? Cih! Dari dulu papa sangat ingin menagalahkan si Adinata sialan itu! Sekarang kamu malah mencoreng wajah papa dengan mencoba melecehkan putrinya? Apa kata orang kalau putra pensiunan pejabat tinggi TNI melakukan hal itu? Harusnya kamu memikirkan nama baik papa, Raymond! Sampai memengaruhi bisnis pula! Hah! Papa harus cari cara supaya Perusahaan kita bisa tetap stabil,”
Malamnya mereka tidur bertiga lagi bersama Selena. Putri kecil mereka itu sepertinya sangat senang tidur bersama kedua orang tuanya. Tapi meski begitu, Mikaela dan Marcel tentu saja masih canggung dengan keadaan seperti ini. Terlihat jelas, kini Mikaela memilih beranjak dari ranjangnya dan duduk di sofa.“Kenapa tidak tidur?” tanya Marcel sambil mendudukkan dirinya di ranjang. Mikaela hanya menatap Marcel sambil menghela napasnya dan berkata,"Entahlah, kenapa aku ini sekarang ya, Marcel? Aku terus memikirkan hubungan kita, maksudnya kita tidak pernah mengucapkan ikrar pernikahan. Hanya ada catatan sipil.” Mendengar itu, Marcel tersenyum senang karena Mikaela memikirkan soal hubungan mereka. Dia juga sebenarnya ingin agar pernikahan mereka punya latar belakang normal seperti orang lain. “Marcel, aku juga pernah bermimpi untuk menggunakan g
Kondominium Apartemen, Podomoro City Paginya, Mikaela terbangun tetapi dia merasa berada dipelukan seseorang. Ternyata, dia semalaman tidur didalam pelukan Marcel. Tapi dia tidak terkejut, dia malah tersenyum sambil mengecup pipi pria itu sambil berbisik, “Selamat pagi, my hubby!”. Mendengar itu, Marcel langsung terbangun dan melihat Mikaela sudah melepas pelukannya. Wanita itu kemudian berdiri untuk mandi dan bersiap-siap. Marcel hanya tersenyum sambil memegang pipinya yang baru dikecup oleh Mikaela. Dia salah tingkah saat ini, entahlah, padahal dia sudah mau berkepala tiga tapi rasanya seperti remaja saja. Marcel juga terbangun sambil beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia dulu sudah terbiasa memasak sendiri semenjak kuliah dan memang dia pandai memasak. Jadi dia sama sekali tidak masalah kalau harus menggantikan M
Tanpa terasa hari ini pun tiba juga. Mereka memilih tanggal pernikahan yang dibuat di catatan sipil untuk melangsungkan acara ini. Ya, mereka berdua harus mengingatnya yaitu, 28 Maret. Mikaela kini menggunakan gaun yang sudah dipilihkan Marcel dan tampak terlihat begitu cantik saat mengenakannya. Wanita itu terlihat anggun bagaikan bidadari yang jatuh dari surga.“Wow! Kamu cantik banget, Kaela!” puji Anye saat melihat Mikaela di ruang riasnya.“Makasih mbak! Aku senang banget lho hari ini. Harusnya dulu pernikahan kami seperti ini ya. Tapi… tidak perlu ada yang disesali kan, mbak? Kita harus terus bersyukur akan apapun yang terjadi. Semua ini sudah ditentukan menurut jalan-Nya.” Mikaela berujar pada Anye.“Acara ini kalian buat jadi Anniversary sekalian, kan? Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu,” Anye membalas. Sampai tibalah saat Mikaela harus k
Setelah perbincangan dua keluarga besar, saatnya mereka pulang dan beristirahat di rumah masing-masing. Marcel dan Mikaela kini sudah kembali ke apartemen mereka. Sedangkan Selena diminta menginap dirumah keluarga Buana karena kakek dan neneknya sangat merindukan sosok gadis kecil itu. Bagaimana pun selama 3 tahun terakhir, gadis kecil itu menjadi satu-satunya cucu yang sangat mereka sayangi. Dan sekarang tinggal kedua orang tua gadis kecil itu yang masih diam terduduk di ranjang mereka. Entahlah, keduanya sama-sama diam seperti pasangan yang baru menikah karena dijodohkan. Tapi gak salah juga, sih! Entah kenapa kondisi yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba jadi canggung begini. Marcel masih menge-check handphonenya untuk mengalihkan perhatian. Mikaela terus menggeleng-gelengkan kepalanya karena teringa-ingat perbincangan dengan teman-temannya.‘Ciee&h
Apartemen Marcel, Podomoro City Di pagi hari yang begitu cerah, terlihatlah sepasang anak manusia yang sedang sarapan. Biasanya mereka bertiga dengan putri mereka. Tetapi, karena putri mereka tengah bersama kakek dan neneknya, jadinya mereka hanya berdua. Hari ini adalah hari Minggu, dan biasanya sih mereka jalan-jalan bertiga bareng putri kecil mereka, Selena Marcella Buana.“Marcel, aku mau ke Gereja.” Ujar Mikaela selesai dengan sarapannya.“Oh ya? Baiklah, aku akan ikut.” Balas Marcel mengiyakan sekaligus ikut dengan sang istri.“Aku tidak melihat Willy akhir-akhir ini. Tapi aku yakin, dia pasti ada di Gereja. Dia tidak pernah meninggalkan ibadah sekalipun.” Mikaela menjelaskan alasannya yang sebenarnya. Dia sangat penasaran tentang keadaan Willy. Pria itu menghilang bagai ditelan bumi.‘Kalau sampai sejauh ini William belum juga memberi kabar, apa terjadi sesuatu dengannya di S
Di Jakarta…‘TING! TONG!’ Mikaela berulang kali menekan bel apartemen Willy. Dia baru saja dari Gereja dan tidak mendapati keberadaan Willy disana. Akhirnya, wanita itu mendatangi apartemen Willy tapi sepertinya tidak seorang pun di dalam. Sudah hampir setengah jam menekan bel tapi tidak ada jawaban. Pintu sama sekali tidak terbuka. Mikaela masih belum menyerah! Dia berulang kali menghubungi Willy namun tidak diangkat.“Willy, kamu ada dimana? Kenapa kamu seperti menghindar dariku?” tanya Mikaela karena benar-benar merasa bingung.“Mikaela, apa William ada disini?” tanya Marcel yang menyusuli istrinya kemari.“Tidak ada! Bagaimana aku bisa menemukannya, Marcel? Dia ada dimana? Aku juga terkejut mengetahui dari asistenku kalau dia sudah menyerahkan surat pengunduran diri dua Minggu yang lalu. Kita terlalu sibuk sampai tidak tahu bagaim