"Johnson, ternyata kau ayah dari Fay?" tanya Arifin."Iya, dan aku sangat beruntung tidak meniduri Alesha saat itu. Dan yang lebih beruntung adalah kini aku memiliki separuh harta milik Alesha, karena itu syarat yang aku ajukan pada Wisnu," ucap Johnson dengan senyum licik."Kurang ajar kau!" emosi Arifin yang ingin memukul Johnson."Papah," panggil Katie."Aku tak sudi anakku didekati oleh anakmu," kata Arifin yang sudah tahu kalau Katie adalah pacar dari Fay."Pah..." ucap Katie sambil menangis, "Aku mencintai Fay." Katie mengungkapkan isi hatinya."Ayo pulang," Arifin menarik lengan Katie dan berjalan meninggalkan Johnson, dan Merlin menyusul di belakangnya bersama Beby."Sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Raisa yang berada di dalam mobil bersama Alesha."Pak Arifin adalah ayahku, kakek yang menceritakan semuanya. Kini kakekku sudah meninggal, dan dia menitipkan salam untukmu. Dia meminta maaf karena saat kau datang, dia tak memberitahuku. Karena dia tidak ingin aku mendekat
Hari ini adalah hari pertama mereka akan melakukan sesi wawancara di televisi nasional.Berdegup cepat jantung Raisa, karena ini merupakan kali pertama baginya.Ia belum terbiasa dengan kamera yang akan menyorotinya.Alesha dan keluarga Arifin telah bersiap menuju stasiun televisi swasta. Mereka sangat bangga dan juga antusias."Raisa, apa kamu sudah memikirkan jawaban dari semua pertanyaan yang diberikan oleh tim dari televisi?" tanya Merlin sambil mengikatkan rambut Alesha yang panjang."Sudah, Bu," jawab Raisa."Semangat ya, Tan. Jangan gugup," kata Katie menyemangati Raisa."Terima kasih, Katie," jawab Raisa."Bu Isa, nanti panggil aku ya kalau Dedek Ale nakal," kata Beby sambil mencubit pipi Alesha.Terlihat Alesha membalas cubitan dari Beby. Mereka berdua saling mencubit sebagai bentuk candaan.Itulah yang biasa dilakukan Alesha saat bercanda dengan Beby.Mereka sudah sampai di stasiun televisi nasional yang sangat terkenal di Prancis."Ayo kita turun," kata Merlin menyuruh anak
Terima kasih, karena kau telah membantuku," kata Aldo."Aldo, panggil aku Papa," kata Arifin seraya menepuk pundak Aldo."Papa..." ucap Aldo yang langsung memeluk Arifin.Kini ayah dan anak pun kembali dipertemukan. Aldo mengajak Arifin ke rumahnya, memberitahu tentang kenangan ibunya.Aldo bertanya pada Arifin tentang Raisa, dan kini Arifin tidak bisa mengelak lagi.Ternyata anak perempuan yang selama ini bersamanya adalah cucunya. Pantas saja Arifin merasa begitu dekat dengan Alesha."Aldo, Alesha memang anakmu," kata Arifin.Aldo sangat bahagia, dia memang memiliki feeling tentang Alesha."Tapi, Raisa tidak ingin kau mengetahuinya," kata Arifin."Apa alasannya?" tanya Aldo yang penasaran."Raisa sangat membencimu," jawab Arifin."Iya, aku tahu," jawab Aldo dengan wajah yang murung."Dia begitu menderita, sampai memutuskan ingin bunuh diri," kata Arifin."Aku menyesal, tapi aku sangat mencintainya. Entah, wajahnya saat itu selalu terbayang di mataku, hingga aku harus melakukan hal y
"Kamu jangan marah ya sama Tante, Tante gak tahu rumah Fay," kata Raisa memohon pada Katie agar mempercayainya."Iya, Tan," jawab Katie. "Tan, gimana perkembangan Ale?" tanya Katie.Raisa menjadi muram, karena perkembangannya terlihat nyata saat Alesha bersama Aldo."Tan, kok mukanya muram gitu?" tanya Katie yang melihat wajah Raisa berubah menjadi muram."Tadi Ale bertemu dengan papanya, dan terlihat sangat akrab," kata Raisa sambil tertunduk."Bagus dong, Tan. Jadi dia tahu siapa papanya," kata Katie sambil menatap Raisa.Katie sudah dewasa, dan bagi Raisa, dia merasa Katie sudah bisa diajak tukar pikiran."Tante gak akan kasih tahu ke dia tentang Alesha," kekeh Raisa, masih sangat keras kepala."Tan, mungkin kalau Alesha tahu siapa papanya, dia akan menjadi anak normal seperti yang lain," saran Katie."Tapi Tante sudah sangat sakit hati, Kat..." Raisa menangis dalam pelukan Katie."Perlahan, Tante. Aku harap Tante tidak egois, karena Alesha butuh sosok seorang laki-laki yang bisa m
Aldo hanya memandangi kepergian Arifin. Dia bertekad akan mencari tahu tentang anak Raisa.Sebulan sudah berlalu, Alesha semakin menunjukkan perkembangan yang bagus. Ternyata, jurus Fay yang ingin mendekati Raisa berhasil. Alesha begitu lengket dengannya dan sudah nyaman berada di dekat Fay."Terima kasih, Fay. Kamu sudah membimbing anakku," kata Raisa sambil melemparkan senyum ke arah Fay."Iya, Bu. Saya senang melihat pertumbuhan Ale semakin meningkat," kata Fay yang merasa tersanjung.Raisa menunggu sopir pribadinya, namun tak kunjung datang. Lalu, dia mendapat kabar bahwa ban mobilnya bocor karena terkena paku.Fay melihat Raisa masih berada di depan pintu, kemudian ia keluar menghampirinya."Bu, kok belum pulang?" tanya Fay yang kebetulan ingin pulang ke rumahnya karena jadwal prakteknya telah selesai."Aku menunggu sopir, karena ban mobilnya bocor," jawab Raisa."Wah, kebetulan saya mau pulang. Mau diantar?" tanya Fay."Ah, aku nggak enak sama Katie," kata Raisa."Nggak apa-apa,
"Raisa?" kaget Aldo saat melihat Raisa di hadapannya."Kamu..." ucap Raisa, yang masih memanggil Aldo dengan sebutan "kamu.""Kalian sudah saling kenal?" tanya Arifin sambil melihat keduanya."Tidak," jawab Raisa berbarengan dengan Aldo yang berkata, "Sudah.""Sebenarnya gimana?" tanya Arifin.Acara pun dimulai. Raisa langsung melihat ke arah bawah balkon. Lalu Aldo diberi ruang untuk duduk di sebelah Raisa."Ish, kenapa dia ada di sebelahku," gerutu Raisa sambil menggigit bibir bawahnya.Sepanjang pertunjukan, mereka tak saling menyapa, hingga tiba giliran Beby dan Alesha tampil."Itu anakku yang besar, dan yang kecil adalah anak Raisa," bisik Arifin di telinga Aldo."Anak Raisa?" tanya Aldo dalam hati.Dia bingung dengan Raisa. Ada hubungan apa antara dia dan keluarga Arifin? Jika Raisa istri kedua, kenapa bisa seakrab ini dengan istri pertama? Pertanyaan itu terus terngiang dalam benaknya.Keluarga Arifin pun berdiri dan menyaksikan penampilan mereka dari atas balkon. Gerakan merek
Arifin sudah sampai di Perancis. Ia mengajak Raisa dan juga Beby untuk pindah."Raisa, kamu bisa aku rekomendasikan mengajar di tempat temanku. Dan untuk Dedek Ale, akan aku perkenalkan dengan dokter anak yang merupakan teman Katie," kata Merlin yang duduk di tepian tempat tidur."Terima kasih, Bu. Anda sudah baik sekali pada saya, padahal saya hanya orang lain," ucap Raisa dengan tertunduk sedih."Kamu jangan bicara seperti itu, Sa. Kami tahu kamu orang baik, makanya kami sangat senang bisa membantumu," ujar Merlin sambil memeluk Raisa."Terima kasih, Bu, sudah menerima saya. Aku bahagia bersama kalian," kata Raisa.Aldo dan Arifin pun bertemu di kantor karena proyek mereka akan dimulai minggu depan."Aldo, apakah kamu sudah memilih orang-orang terbaikmu?" tanya Arifin."Sudah. Dan aku sangat yakin pembangunannya akan berjalan lancar," kata Aldo penuh keyakinan.Rapat pun selesai. Seluruh pegawai yang hadir sudah membubarkan diri.Di dalam ruangan rapat, hanya Arifin yang masih menge
"Bu Isa, aku mau mendaftar kontes balet yang menang akan diikutsertakan dalam kontes di Perancis," lapor Beby pada Raisa."Wah, kamu pasti menang, Beb," kata Raisa."Tapi, Bu, aku harus mencari pasangan anak-anak di bawah usia 10 tahun," jawab Beby sambil menundukkan kepalanya.Raisa terdiam. Sepertinya dia berpikir akan mencari pasangan menari untuk Beby."Memang tema kontesnya apa, Beb?" tanya Raisa."Kakak dan adik," jawab Beby sambil melirik Alesha.Raisa menatap mata Beby yang beralih ke Alesha. Sepertinya Beby menginginkan Alesha menjadi pasangannya."Apakah Alesha bisa dampingin kamu?" tanya Raisa, mencari pembenaran di kedua mata Beby yang penuh harap."Kayaknya bisa, Bu Isa. Aku senang banget kalau Dedek Ale bisa nari sama aku," ucap riang Beby."Baiklah, kita mulai latihan besok. Dan kamu bisa daftarkan Ale," kata Raisa sambil tersenyum."Hore! Ale, kita akan menjadi penari balet terkenal!" sorak Beby sambil menggendong Alesha.Dengan gaun merah mudanya, Beby dan Alesha bebe
Dua tahun sudah berlalu, kini Alesha semakin lucu dan menggemaskan. Namun ada yang lain saat Alesha berinteraksi dengan orang lain. Pandangan matanya tak fokus, serta dia tidak menyambut panggilan dari orang lain.Ada apa dengan Ale? Tapi karena Raisa masih awam dan belum paham dengan perkembangan anak, dia hanya berpikir mungkin perilaku anak usia dua tahun.Setiap hari Alesha hanya fokus bermain sendiri, dan nyaman dengan imajinasinya.Alesha begitu aktif, hingga perabotan di rumah Raisa tidak pernah rapi. Ada saja ulah yang di perbuat Alesha.Pagi itu Beby menghampiri Alesha yang sedang makan dengan Raisa. Hari minggu pagi adalah waktu nya bersantai." Dedek Ale, maun yuk sama Beby." ajak Beby yang kini menginjak usia delapan tahun.Beby sudah bisa mandiri, dan mengajak Ale main di taman.Alesha tak menghiraukan panggilan dari Beby. Dirinya masih fokus dengan mainannya. Kemudian Beby bertanya pada Raisa tentang Alesha." Bu Isa, dedek Ale kok kalo di panggil gak pernah nyaut?" tany