Share

BAB 4 Perasaan Aneh

Penulis: Endah Tanty
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-13 22:58:51

Di sebuah rumah sederhana dengan desain kuno, Luna tampak sedih menatap ibunya yang terbaring lemah di tempat tidur.

“Ibu harus banyak istirahat, kata dokter obatnya harus habis,” ucap Luna khawatir.

“Iya, Lun,” sahut ibunya lemah. “Apa kamu izin tidak masuk kerja?”

“Aku sudah resign Bu…”

“Kenapa?” wanita renta itu bertanya sambil terbatuk-batuk.

“Perusahaan tidak menginginkan suami istri ada dalam satu perusahaan, jadi Luna yang mengalah keluar. Ibu tak usah khawatir, aku tetap akan membantu biaya pengobatan ibu,” jelas Luna sambil tersenyum, menutupi kegelisahannya mengenai biaya pengobatan ibunya.

“Syukurlah, jadi kamu bisa lebih fokus menemani Mora di rumah,” jawab sang ibu.

Luna mengangguk, lalu keluar kamar.

“Aku mendengar percakapan Mbak Luna dengan ibu. Sayang sekali harus keluar,” ucap Alif, adik Luna.

“Ini bukan keinginanku, Lif. Kalau perusahaan tidak menginginkan keberadaanku, apa yang bisa aku perbuat?”

Alif mendengus. “Lalu bagaimana dengan biaya kuliahku Mbak? Apa Mas Imran mau membiayai kuliahku?”

Luna menggigit bibir. “Aku akan pikirkan jalan keluarnya,” katanya. “Sementara, apa kamu bisa cari kerja paruh waktu? Dulu Mbak waktu kuliah juga begitu—”

“Tuh ‘kan ujung-ujungnya malah menyuruhku kerja!” sela Alif kesal. Pria muda itu cemberut sambil menghempaskan tubuhnya di kursi.

“Mbak harus memprioritaskan pengobatan ibu, Lif. Sebelum mendapatkan pekerjaan baru, Mbak akan menyisihkan uang belanja dari Mas Imran untuk pengobatan ibu.”

“Alif nggak mau tahu, pokoknya uang kuliah dan saku harus Mbak Luna yang pikirkan!” ujar pemuda itu.

Luna berusaha menahan amarahnya. “Aku akan usahakan mendapatkan pekerjaan.”

Luna lantas bangkit dari duduknya meraih tasnya yang tergeletak di meja, lalu berpamitan pada sang ibu di kamar.

“Luna pulang dulu, Bu.” Luna meraih tangan sang ibu dan menciumnya.

“Lun… jangan paksa Alif bekerja. Bicaralah pada Imran supaya mau membiayai kuliah Alif sampai selesai… Anggap saja berhutang. Kelak jika Alif sudah bekerja, semua kebaikan Imran pasti dibalasnya,” pesan wanita renta itu penuh kecemasan.

Luna tidak mengatakan apapun. Ia terlalu lelah untuk berdebat.

“Seandainya Mas Darwin masih hidup, tentulah Alif tidak kesulitan dengan biaya kuliahnya.”

Luna tampak tidak senang ketika ibunya menyebut nama ayah tirinya itu. “Sudah jangan sebut pria itu lagi.”

“Kamu masih saja membencinya. Bahkan ketika dia sudah meninggal, kamu belum menerimanya sebagai ayah,” kata ibunya sedih.

“Pria itu meninggalkan anak dan istrinya demi ibu. Luna tidak suka pria itu, Bu,” kata Luna pelan.

“Luna, ingat yang membiayai uang kuliah dan makanmu sehari-hari adalah Mas Darwin. Suka tidak suka pria itu bertanggung jawab pada kehidupan kita.”

“Sudahlah, Bu, jangan bahas ini lagi,” kata Luna.

Ia masih ingat jelas saat istri Pak Darwin datang ke rumah mereka. Wanita itu mengutuk jika ia akan mengalami nasib serupa dengannya. Luna takut karma itu benar-benar akan menimpa dirinya dan Mora.

Hari sudah gelap saat Luna tiba di rumah. Ternyata Mbok Sumi masih menunggunya karena Imran belum pulang.

Setelah berbincang singkat, wanita paruh baya itu langsung pamit begitu Luna mengizinkannya.

Luna berjalan mendekati Mora yang sedang menyantap makan malamnya.

“Ma, tadi Papa telepon Mora, katanya hari ini lembur.”

Luna mengernyit heran. “Kenapa Papa tidak menghubungi Mama?”

“Nggak tahu, Ma,“ jawab Mora dengan polosnya.

Luna lantas berjalan menjauh dari Mora dan menghubungi Imran. “Halo, Mas. Hari ini Mas lembur?” tanyanya memastikan.

Suara Imran terdengar berat di seberang sana. “Iya, Lun, lebih baik kamu tidur duluan, nggak usah tunggu aku,” jawab suaminya itu.

“Oke…,” jawab Luna.

Wanita itu lantas menutup ponselnya. Luna teringat akan gelang yang ditemukan Mbok Sum, yang katanya akan dihadiahkan untuk ulang tahunnya.

“Ulang tahunku kurang beberapa hari lagi, tapi gelang itu … bukan ukuran tanganku,” gumam Luna.

Ia menghela napas panjang. Entah mengapa, Luna merasa ada yang disembunyikan darinya.

**

Keesokan harinya, Luna bangun lebih dulu.  Ia duduk di tepi kasur, menunggu Imran yang baru bergerak dari tidurnya.

Pria itu tampak meregangkan otot yang kaku sambil menggeram pelan. Ia terlihat lelah.

“Tampaknya kamu capek sekali Mas, tadi malam ke mana?” tanya Luna.

“Aku lembur. Aku kan sudah bilang,” sahut Imran dengan suara serak khas bangun tidur.

Sepasang mata Luna memicing. ”Aku sudah lama bekerja di WR Company, dan yang aku tahu tidak ada karyawan bagian manapun yang lembur sampai jam satu dini hari,” timpalnya.

Imran menggaruk kepalanya. “Kamu benar, aku lembur sampai jam delapan malam, lalu sisanya aku nongkrong bersama teman-teman SMA-ku,” jawabnya lalu beranjak menuju kamar mandi.

Lagi-lagi, Luna hanya bisa menghela napas melihat sikap suaminya yang kelewat santai, tapi ia juga tidak punya tenaga untuk berdebat.

Hanya saja, Luna tidak dapat menampik perasaan aneh melihat Imran akhir-akhir ini. Ada sesuatu yang mengganjal, tapi ia tidak tahu apa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 7 Sang Mertua Datang

    Luna meraih ponsel dan menelpon salah satu temannya dulu di WR Company.“Hai Lun, ada apa?”“Ada yang ingin aku tanyakan, apakah Agnes yang sekarang menduduki jabatanku di WR Company?”“Oh...kamu juga mengenal Agnes, kamu benar Luna, kamu digantikan oleh Agnes,” jawab staf WR Company.Luna langsung menutup ponselnya, entah mengapa ia merasakan ada sesuatu yang aneh yang sedang mempermainkan hidupnya.‘Agnes...ada di WR Company, menggantikan kedudukanku, apa ini kebetulan?’ batin Luna.Wanita ramping itu, melihat kembali foto di layar ponselnya, matanya tiba-tiba fokus pada gelang yang dipakai Agnes.‘Hai itu gelang yang sama yang ditemukan mbok Sumi,’ batin Luna.Luna semakin bingung dengan situasi yang ada dihadapannya, ia berpikir kenapa Imran tidak bercerita tentang Agnes yang bekerja di WR Company dan gelang itu, nyatanya Imran sampai sekarang tidak pernah memberikan gelang itu, lagi pula ukurannya memang pas jika di tangan Agnes.Luna melamun ia teringat waktu dulu, pernah mend

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 6 Ancaman Untuk Imran

    Sementara itu di kamar apartemen setelah melampiaskan hasrat, Imran memeluk Agnes dengan erat.“Nes, dulu aku pernah menyatakan cinta padamu tapi kamu menolak. Dan saat ini, kamu seakan menggilaiku. Kenapa? Apa tidak ada pria yang mau denganmu?” ucap Imran sambil tertawa kecil.“Wanita seperti aku tidak laku? Mana mungkin!” sahut Agnes. “Aku sudah menolak lebih dari 10 lelaki yang mengajakku menikah dan memilihmu.”“Aku tersanjung, Agnes. Akhirnya gadis yang kutaksir kini berada di pelukanku dan memberikan cinta.” Imran berkali-kali mengecup bibir Agnes.Setelah itu, Imran bangkit dan menuju kamar mandi. Sedangkan Agnes masih menutupi tubuhnya dengan selimut sambil bermain ponsel.Senyum merekah di bibirnya, merasa puas setiap kali bercinta dengan Imran.Tak lama Imran keluar dari kamar mandi memakai handuk sebatas pinggang.“Menginaplah di sini,” pinta Agnes dengan suaranya yang manja.“Tidak bisa, Luna nanti curiga. Aku tidak mau hubungan kita diketahui Luna, setidaknya untuk saat i

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 5 Hubungan Gelap Mulai Tercium

    Sementara itu WR Company, di sebuah ruang meeting seorang wanita mengamati satu persatu staf yang sudah duduk di kursi masing-masing. Pandanganya terhenti pada sosok wanita yang tampak asing.“Kamu staf baru?” tanya Ina—direktur utama perusahaan.“Iya, Bu, saya baru bergabung dua minggu ini,” jawab Agnes dengan rasa percaya diri. “Nama saya Agnes.”“Oke, Agnes. Semoga kamu bisa bekerja dengan baik dengan tim operasional,” sahut Ina, lalu tatapannya mengedar seakan mencari seseorang.“Di mana Luna? Kenapa dia belum hadir?” tanya wanita itu lagi.“Bu Luna sudah resign, Bu. Agnes yang menggantikan,” jawab salah satu staf.Seketika Ina terkejut. “Luna resign? Kenapa HRD tidak memberitahuku?”Semua tertunduk, tidak berani membalas tatapan Ina yang kini terlihat kecewa. Ada kilatan amarah di wajahnya yang tidak lagi muda.Mereka semua tahu bahwa Luna adalah staf terbaik yang sangat dibanggakan oleh sang direktur utama. Wajar saja wanita itu terkejut dengan berita pengunduran diri Luna.Agne

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 4 Perasaan Aneh

    Di sebuah rumah sederhana dengan desain kuno, Luna tampak sedih menatap ibunya yang terbaring lemah di tempat tidur.“Ibu harus banyak istirahat, kata dokter obatnya harus habis,” ucap Luna khawatir.“Iya, Lun,” sahut ibunya lemah. “Apa kamu izin tidak masuk kerja?”“Aku sudah resign Bu…”“Kenapa?” wanita renta itu bertanya sambil terbatuk-batuk.“Perusahaan tidak menginginkan suami istri ada dalam satu perusahaan, jadi Luna yang mengalah keluar. Ibu tak usah khawatir, aku tetap akan membantu biaya pengobatan ibu,” jelas Luna sambil tersenyum, menutupi kegelisahannya mengenai biaya pengobatan ibunya.“Syukurlah, jadi kamu bisa lebih fokus menemani Mora di rumah,” jawab sang ibu.Luna mengangguk, lalu keluar kamar.“Aku mendengar percakapan Mbak Luna dengan ibu. Sayang sekali harus keluar,” ucap Alif, adik Luna.“Ini bukan keinginanku, Lif. Kalau perusahaan tidak menginginkan keberadaanku, apa yang bisa aku perbuat?”Alif mendengus. “Lalu bagaimana dengan biaya kuliahku Mbak? Apa Mas I

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 3 Hubungan Terlarang Imran dan Agnes

    “Papa! Papa sudah pulang,” seru Mora menghampiri ayahnya sambil tersenyum lebar. “Mora senang Papa pulang sore ini.”Imran terkekeh, lalu meraih tubuh mungil putrinya. “Papa ingin jalan-jalan denganmu, Nak.”“Hore! Ayo telepon Mama biar cepat pulang dan ikut kita jalan-jalan,” pinta Mora antusias.“Tidak, Mora. Mama masih sibuk, kita pergi berdua saja, bagaimana?”“Oke!”Imran membawa putrinya naik ke mobil, lalu melaju pelan meninggalkan kediaman mereka.Beberapa menit kemudian, Luna sampai di rumah. Ia mendapat pesan dari Imran yang mengatakan bahwa dirinya dan Mora pergi jalan-jalan dan makan malam di luar.Setelah membaca pesan dari suaminya, Luna menjadi kecewa sekaligus heran.Akhir-akhir ini, suaminya sering memberi perhatian lebih pada Mora. Luna tahu Imran memang ayah yang baik. Ia sangat sayang pada putri mereka, semua keperluan Mora selalu diperhatikannya.Hanya saja, belakangan ini Imran sangat sibuk. Tapi entah bagaimana ia selalu punya waktu untuk Mora.Luna menggelengka

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 2 Misteri Sebuah Gelang

    Luna duduk di sofa ruang tamu, tangannya sibuk menggulir laman sebuah situs lowongan pekerjaan.Berkali-kali ia menghela napas karena tidak menemukan pekerjaan yang sesuai.Lama-lama, Luna merasa bosan, apalagi anaknya tak mau dijemput.“Anak jaman sekarang gengsinya minta ampun,” gumam wanita itu.Tak lama, ia mendengar sebuah mobil berhenti di depan pagar rumahnya. Luna mengintip dari balik jendela, dan terheran saat melihat mobil suaminya.Ia melihat anaknya keluar dari dalam mobil. Luna bergegas keluar rumah, tapi belum sempat membuka pagar, mobil telah melaju pergi.“Daah, Papa!” seru Mora sambil melambaikan tangannya.“Mora, kamu dijemput Papa?” tanya Luna begitu pintu pagar besi itu dibukanya.“Iya, Ma. Aku senang kalau yang jemput Papa, soalnya bawa mobil keren,” jawab anak itu sambil tersenyum semringah.“Mora, Mama tidak senang kalau kamu berbicara seperti itu. Jangan terlalu terpukau dengan kemewahan, sayang, itu tidak baik,” nasehat Luna pada putri kecilnya itu.“Teman Mor

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status