Home / Rumah Tangga / LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN / BAB 3 Hubungan Terlarang Imran dan Agnes

Share

BAB 3 Hubungan Terlarang Imran dan Agnes

Author: Endah Tanty
last update Last Updated: 2025-07-13 22:40:37

“Papa! Papa sudah pulang,” seru Mora menghampiri ayahnya sambil tersenyum lebar. “Mora senang Papa pulang sore ini.”

Imran terkekeh, lalu meraih tubuh mungil putrinya. “Papa ingin jalan-jalan denganmu, Nak.”

“Hore! Ayo telepon Mama biar cepat pulang dan ikut kita jalan-jalan,” pinta Mora antusias.

“Tidak, Mora. Mama masih sibuk, kita pergi berdua saja, bagaimana?”

“Oke!”

Imran membawa putrinya naik ke mobil, lalu melaju pelan meninggalkan kediaman mereka.

Beberapa menit kemudian, Luna sampai di rumah. Ia mendapat pesan dari Imran yang mengatakan bahwa dirinya dan Mora pergi jalan-jalan dan makan malam di luar.

Setelah membaca pesan dari suaminya, Luna menjadi kecewa sekaligus heran.

Akhir-akhir ini, suaminya sering memberi perhatian lebih pada Mora. Luna tahu Imran memang ayah yang baik. Ia sangat sayang pada putri mereka, semua keperluan Mora selalu diperhatikannya.

Hanya saja, belakangan ini Imran sangat sibuk. Tapi entah bagaimana ia selalu punya waktu untuk Mora.

Luna menggelengkan kepala. “Sudahlah, bukankah itu hal baik?”

Setelah lewat jam sepuluh malam, barulah Imran dan Mora pulang ke rumah. Terlihat Imran membopong tubuh Mora yang ketiduran.

“Dari mana saja Mas, Mora sampai ketiduran?”

“Cuma main di mall, beli makanan kesukaan Mora dan bermain di playground,” jawab Imran. “Mora ketiduran karena capek.”

“Kenapa tidak mengajakku, Mas?” tanya Luna.

“Aku kira kamu sibuk,” jawab Imran sambil berjalan melewati Luna menuju kamar Mora.

Luna mengikutinya. Ia tampak ragu ketika berkata, “Mas… aku membutuhkan uang. Bulan ini waktunya ibu berobat dan Alif bayar uang kuliah, uangku tidak cukup,” katanya tak enak hati.

Sungguh, Luna tidak ingin merepotkan Imran untuk urusan keluarganya. Hanya saja, Luna tak tahu harus mendapatkan uang dari mana dalam waktu dekat.

Imran sejenak membisu, tidak menanggapi ucapan istrinya. Lalu dengan suara berat ia bertanya, “Berapa yang kamu butuhkan untuk menutupi kekurangannya?”

“Dua juta, Mas,” jawab Luna pelan.

“Aku transfer ke rekeningmu, Lun. Tapi ini terakhir kali aku membantumu. Keluargamu bukan tanggung jawabku, apalagi kuliah Alif. Dia bisa ‘kan kerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya sendiri?”

Luna menelan ludah sebelum menjawab, “Aku tahu Mas, itu bukan tanggung jawabmu. Hanya saja, aku masih berusaha mencari pekerjaan,” jawabnya dengan nada parau.

Imran tak menanggapi. Ia melangkah menuju kamar mandi tanpa mengatakan apapun. Tak lama, terdengar suara gemericik air.

Luna merasa nelangsa. Ada beban yang menghinggapi hatinya.

‘Aku harus segera mendapatkan pekerjaan agar tidak membebani Mas Imran,’ batin wanita itu.

**

Pagi menyapa, Luna dan Mbok Sumi sudah selesai menyiapkan sarapan.

Imran dan Mora menikmati makan masing-masing dengan lahap, lalu mereka berpamitan pergi.

Setelah mobil Imran menghilang di balik gang, Luna kembali masuk ke dalam rumah.

“Mbok Sum, apa kemarin gelang sudah kamu berikan pada Bapak?”

“Iya, Bu. Pak Imran kemarin mencarinya di laundry room, dan saya akhirnya memberikannya,” jawab Sumi.

“Apa yang dikatakan Bapak?”

“Bapak mengatakan gelang itu akan diberikan pada Bu Luna sebagai hadiah ulang tahun, dan saya disuruh diam,” jawab Sumi.

“Oke, terima kasih Mbok,” sahut Luna. Benaknya masih dipenuhi tanya. Tidak biasanya Imran menyiapkan hadiah ulang tahun.

Sementara itu, di WR Company—tepatnya di ruang HRD—Pak Iwan sedang serius membaca CV.

“Agnes … semua yang tercatat di CV ini sangat bagus. Memang pantas jika Pak Imran merekomendasikan dirimu sebagai ganti Luna,” ucap pria itu, tampak terkesan dengan pengalaman dan pencapaian wanita di hadapannya.

Agnes tersenyum ramah. Ada kilat bangga di sepasang matanya yang indah.

Ia yakin dirinya akan diterima menggantikan posisi Luna—rivalnya saat di bangku universitas.

Dengan senyum mengembang, Agnes keluar dari kantor HRD.

“Aku akan mengganti kedudukanmu, Luna,” gumam Agnes sambil melangkah menuju area parkir di basement.

“Agnes! Bagaimana wawancaramu dengan Pak Iwan?”

Agnes menoleh saat melihat Imran menghampirinya.

Senyum wanita itu semakin lebar, “Semuanya berjalan lancar, Mas. Terima kasih telah merekomendasikan aku,” jawabnya dengan nada lembut.

Imran membalas senyumannya. Pria itu mengedarkan pandangan ke sekitar, memastikan tidak ada orang selain mereka berdua.

Imran lalu menarik tangan Agnes ke arah pilar yang tampak tersembunyi. Ia meraih tubuh Agnes dan menghapus jarak di antara mereka.

“Aku ingin kita bertemu malam ini,” bisik Imran sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Agnes.

Agnes tersenyum, “Aku tunggu di apartemenku,” jawabnya sambil ikut berbisik.

“Aku kangen kamu,” ujar Imran, nada suaranya terdengar berat.

Saat jarak di antara semakin menipis, Agnes segera menahan dada pria yang mendekapnya itu.

“Mas, ini di kantor,” ujar Agnes pelan. Meski menolak, nada suaranya terdengar menggoda.

Imran menggeram pelan. “Agnes… aku ingin sekali menikahimu.”

Agnes terkekeh senang mendengarnya. Ia mengusap pipi Imran dengan lembut. “Tidak sekarang, Mas… aku ingin hubungan ini kita sembunyikan dulu, jangan sampai Luna tahu,” bisiknya tepat di depan bibir pria itu.

Imran memejamkan mata. “Terus terang saja, aku sudah mulai bosan dengan Luna. Dia tidak bisa merawat tubuhnya sampai terlihat kurus kerempeng,” gerutunya. “Kenapa dulu kamu tidak mau menerima lamaranku, Agnes?”

“Maaf, Mas… saat itu aku ingin fokus ke pendidikanku. Tapi setelah waktu berlalu, ternyata Mas Imranlah yang aku rindukan.”

“Aku akan meninggalkan Luna demi kamu.”

Agnes menatap pria itu lekat. “Mas Imran serius ingin meninggalkan Luna demi aku?” tanyanya. Seulas senyum kemenangan terbit di wajahnya yang jelita.

“Aku serius Nes, sejak dulu kamulah kuimpikan,” kata Imran, lalu mengecup bibir Agnes sekilas. “Dan sekarang kamu semakin cantik.”

Agnes tersenyum. “Kembalilah, Mas. Sebelum kita kepergok,” katanya sambil tertawa.

Imran mengangguk, lalu melepas dekapannya. “Oh ya, aku punya hadiah untukmu,” ucapnya, lalu mengambil sesuatu dari saku jasnya.

Sebuah gelang berbentuk balok dengan kombinasi mata di tengahnya.

“Oh… manis sekali kamu Mas…” Agnes tersenyum senang seraya meraih gelang itu dan langsung memakainya di tangan putihnya.

“Cantik sekali. Ukurannya sangat pas untukku.” Wajah Agnes tampak berseri-seri menatap gelang di tangannya. Ia lalu menatap Imran. “Terima kasih, Mas.”

Imran tampak senang ketika Agnes mencuri kecupan darinya.

“Ini hadiah sebagai awal hubungan kita,” kata pria itu. “Kita akan lebih sering bertemu karena sebentar lagi kita akan bekerja di kantor yang sama.”

Agnes memeluk pria itu. “Hari-hari kita akan lebih menyenangkan, Mas,” katanya manja.

“Dan aku sudah tidak sabar menantikannya,” balas Imran sambil membalas pelukan Agnes.

Agnes tersenyum miring.

‘Aku ingin melihat bagaimana reaksimu ketika pekerjaan dan suamimu jatuh ke tanganku, Luna….’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 51 Masih Misteri

    Mobil jeep Omar menuju kediamannya, setelah beberapa menit ia sampai di pintu pagar, Omar turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu depan, ia membuka pintu lalu setelah terbuka Omar masuk, suasana rumah sepi, pembantu paruh waktu telah pulang, dan Dewi yang biasanya menyambut tidak ada, Omar merebahkan di sofa dan mengedarkan matanya menelusuri ruangan, berharap semua adalah mimpi dan Dewi masih menyambut kedatangannya, tapi tiba-tiba ia terfokus pada sebuah kunci almari yang tergeletak di lantai ruang tengah, perlahan Omar, bangkit dan mendekati kunci lalu meraihnya dari lantai.“Ini adalah kunci almari, kenapa ada di sini, apa ada pencuri masuk,” gumam Omar lalu bergegas masuk ke kamar dan memeriksanya almarinya, tidak ada hal mencurigakan, semuanya masih rapi, barang berharga berupa surat-surat penting masih ada juga perhiasan masih ada.“Ah…mungkin aku lupa menjatuhkan ini, “ gumam Omar.Omar menyimpan kunci kembali, lalu ke dapur untuk membuat makan malam sederhana.Sebuah ket

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 50 Kecelakaan

    “Benar, kamu bisa melakukannya, jangan sampai orang lain tahu, ini adalah rahasia kita berdua,” Luna menyakinkan Mora.“Baik Mah, Mora akan berhati-hati, pasti bisa,”“Oke, kalau begitu lakukan akhir pekan ini, kamu harus menginap di rumah Papah,” suruh Luna.“Oke,” jawab Mora dengan yakin.Luna tersenyum, putri kecilnya sudah bisa diandalkan saat ini. Lalu Luna berpamitan pergi ke kantor.Sesampainya di kantor, Luna terlihat heran, karena ia tak mendapati Omar berada di kantor.Staf bilang jika Omar izin tidak datang ke kantor untuk beberapa hari ke depan.Dan itu membuat Luna sedih. Masalahnya semakin rumit, disisi lain Dewi terus mendesaknya sementara disisi lain ia takut terjadi hubungan emosional antara dirinya dan Omar.Dengan wajah lesu, Luna berjalan ke meja kerjanya, sampai disana ia terkejut karena Dewi duduk di kursi kerjanya begitu melihat Luna, wanita berpenampi

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 49 Hati Yang Melemah

    Setelah mendengarkan penjelasan, dan menyimpan berkas itu, Rosa pergi , ia mengendarai mobilnya menuju Yayasan Bahagia, dimana Basuki bekerja disana.Wajah Rosa tegang dan terlihat sangat kesal, begitu sampai ia langsung menuju ruang kerja Basuki.Pintu ruang dibuka kasar dan ditutup keras, Basuki yang melihat itu sempat meradang, tapi ia tahu jika putriya sedang marah.“Rosa sayang, ada apa, kenapa kamu marah?” Basuki mendekati sang putri.“Papah, kenapa Papah jahat sekali, kenapa Papah mengkhianati Mamah, bermain gila dengan Agnes!”“Rosa itu tidak benar,” bantah tegas Basuki.“Ini adalah berkas test DNA milik Papah dan Erik, hasilnya menyatakan jika kalian memiliki hubungan darah, ini adalah bukti nyata.” Rosa menangis.Seketika Basuki memeluk putrinya dan meraih kertas itu.“Maafkan Papah, jangan bilang Mamah, Papah akan mengakhiri hubungan ini, Papah janji, Rosa, jangan

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 48 Keraguan Yang Tiba-Tiba Hadir

    Omar menatap kosong lahan yang akan dibangun apartemen, matanya tertuju pada proyek tapi pikirannya hanya ada Luna.Omar pun meninggalkan proyek tanpa berpamitan pada staf termasuk Luna, dan itu membuat Luna semakin serba salah.“Pak Omar pergi, tanpa berpamitan, apa menurutmu ada sesuatu yang terjadi?” tanya Ina pada Luna.“Aku harap semua baik-baik saja.” Luna menarik napas panjang lalu melanjutkan ucapannya.”Bu Ina ada sesuatu yang terjadi antara kami.” Luna berkata dengan pelan dan hati-hati.“Lun…jangan bilang kalian ada hubungan gelap, ingat Pak Omar pria beristri,” cerca Ina.“Aku tahu Bu Ina, tapi Dewi, istri Pak Omar yang tak lain adalah sahabatku, menjodohkan kami.”“Apa…jadi istrinya pak Omar menjodohkan kalian, maksudmu kamu dijadikan madunya begitu?”“Dewi, mandul, ia berharap Pak Omar memiliki keturunan, oleh karena itu memintaku untuk menjadi istri kedua Pak Omar, tentu aku menolaknya, tapi Dewi memiliki rencana lain, Dewi, menginginkan rahimku, untuk sel telurnya dan

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 47 Amankah Jantung

    Dewi kembali menatap gambar Luna di layar ponselnya.“Kamu harus bersedia menikah dengan Omar, lalu melakukan bayi tabung, benihku dan Omar, setelah kamu melahirkan bayi, kamu akan memenuhi kebutuhan biologis Omar,“ gumam Dewi dengan derai air mata.Tidak ada wanita yang bersedia di madu tapi dalam kasus ini, Dewi dengan suka rela membiarkan Omar menikah lagi demi kebahagian pria yang dicintainya, dan demi mendapatkan keturunan.***Sementara itu di tempat lain, Rosa dengan pelan masuk ke kamar orang tuanya, rumah dalam keadaan sepi, lalu gadis itu mengambil sikat gigi tapi ia bingung.“Yang mana sikat gigi Papah?” Rosa mengaruk kepalanya yang tak gatal itu seraya menatap dua sikat gigi di depannya.Rosa lalu beralih menuju meja rias di sudut kamar disana memang ada helaian rambut, tapi Rosa juga kembali bingung rambut mana milik Basuki.“Apa aku harus mencabut langsung rambut papah, aah tidak

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 46 Tidak Sempurna

    Kedua pasang suami istri itu pun berjalan masuk ke dalam rumah dan menuju kamar. Omar berupaya mengalihkan perhatian pada Dewi, karena akhir-akhir ini bayangan wajah Luna selalu memenuhi kepalanya, perlahan diraihnya pinggang Dewi dan dipelukanya erat, ciuman mesra mendarat di bibir wanita yang sudah bersamanya 5 tahun ini. Pelukan hangat mereka beralih ke tempat tidur. Ini hubungan intim yang Dewi dan Omar lakukan setelah Dewi menjalani operasi pengangkatan rahim, dan Omar merasakan perbedaan, Dewi juga merasakan gairahnya menurun dalam berhubungan intim, bahkan tidak bisa merasakan nikmatnya bercinta rasanya hambar.Dewi hanya menahan rasa perih di area sensitifnya lalu ia meminta Omar menyudahi permainannya. Omar kecewa, ini pertama kali dalam pernikahannya ia merasa kecewa dalam berhubungan intim, tapi Omar mencoba tersenyum dan dan bersikap biasa dihadapan Dewi.“Maaf, jika kamu belum sehat, kita lakukan lain kali,” ucap Omar.“Maaf Omar, aku membuatmu kecewa, ada hal besar yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status