Home / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Bab 43. Pil anti hamil

Share

Bab 43. Pil anti hamil

Author: Runayanti
last update Huling Na-update: 2025-03-07 10:08:48

Nenek Yama tidak langsung menjawab, tapi matanya memperhatikan Dea dengan tatapan dalam dan menilai. Setelah beberapa detik hening, ia mengangguk kecil.

"Sial sekali kamu, nak." Suaranya terdengar tajam. "Wajahmu sendiri yang membuatmu celaka. Kau tidak seharusnya mirip dengan Ibu Yama."

Dea tertegun.

"Jadi ini alasannya?" batinnya bertanya.

Dea masih merasakan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya, membangunkannya dari ketidaksadaran. Matanya masih sedikit buram, tetapi suara di sekitarnya mulai jelas.

Meisya dan seorang wanita tua berdiri di depannya.

"Nenek Yama?" Dea menelan ludah, masih mencoba memahami situasi. Apakah wanita tua itu adalah nenek Yama? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka membawanya ke sini?

Tapi yang paling mengganggu pikirannya adalah kata-kata Meisya barusan yang mengatakan bahwa dia mirip dengan Ibu Yama.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 264

    Dea segera menghalangi Fatih untuk bertindak lebih. "Fatih, pergilah. Aku memilih untuk bersama Yama. Pergilah, Fatih. Kumohon."Fatih menatap Dea satu kali lagi, lalu perlahan berjalan mundur, keluar dari vila tanpa berkata apa-apa lagi. Dia sudah kalah karena Dea sudah memilih Yama dan mengusirnya. Tidak ada lagi tersisa tujuannya hadir di sana.Ketika pintu tertutup, Yama berdiri diam. Bahunya naik-turun karena emosi yang tertahan. Dea berjalan mendekat, menatap wajah Yama yang kini dihantam badai kecemburuan dan ketakutan kehilangan.“Yama… dengar aku dulu…”Namun Yama hanya menatapnya dalam diam, lalu berbisik lirih…“Kamu bilang kamu milikku. Tapi pelukan itu…?”"Apa yang kau inginkan, Dea? Apakah kamu masih menginginkan dia setelah semua yang kita alami?"Dea mundur satu langkah setelah menatap mata Yama yan

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 263

    Ciuman itu bukan sekadar pelepas rindu. Tapi semacam pengakuan, bahwa cinta mereka belum mati. Hanya tertidur.Dan malam itu… cinta itu mulai terbangun.Dea merespons. Tidak lagi menolak. Tidak lagi kaku. Tubuhnya melemas dalam pelukan Yama, tangannya menyentuh dadanya yang hangat, dan napas mereka bersatu dalam irama yang sama.Saat mereka akhirnya melepas ciuman itu, Dea menunduk dengan wajah yang memerah. “Kamu masih bisa membuatku kehilangan akal.”Yama tertawa pelan, lalu menyentuhkan dahinya ke dahi Dea. “Itu baru permulaan.”“Jangan terburu-buru,” bisik Dea. “Aku masih belum boleh...”Yama menarik napas panjang, lalu memeluk istrinya lebih erat. “Aku akan bersabar. Tapi jangan terlalu lama… karena aku mencintaimu, Dea. Dan aku ingin mencintaimu setiap hari, dalam segala bentukmu, dalam setiap napasm

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 262

    “Kamu tidak bisa lari,” bisik Yama sambil menatap istrinya yang tengah gelagapan."Satu tahun satu anak, prosesnya tiga kali sehari, bukan?"Dea memukul dada Yama dengan manja sekaligus kesal.“Setidaknya tunggu sampai aku sembuh betulan!”“Aku menunggu,” jawab Yama lembut. “Tapi tidak dengan sabar.”Dea kembali memukul pelan dada Yama. “Kamu… selalu bisa membuat orang jengkel!”Yama tertawa ringan, lalu membelai pipi Dea yang mulai memanas. “Tapi kamu tidak bisa menyangkal bahwa kamu suka aku seperti ini.”Dea menahan tawa, lalu menunduk. Ada perasaan bahagia yang perlahan tumbuh di dalam dadanya. Ucapan Yama tadi memang terdengar seenaknya, tapi di dalamnya tersembunyi satu hal yang selalu ia rindukan: harapan. Masa depan. Dan cinta."Aku sudah tidak tahan bila menatapmu seperti ini, Dea. Ini

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 261

    Langit malam menggantung tenang di atas atap vila. Di luar, angin meniupkan dedaunan pelan, dan suasana hening menyelimuti seluruh sudut rumah. Vila itu tertidur dalam sunyi, seolah memberi ruang bagi cinta yang mulai tumbuh kembali di antara dua hati yang dulu pernah saling menyakiti.Di dalam kamar, Dea sudah lebih dulu terlelap, tubuhnya meringkuk dalam selimut tipis. Di sebelah tempat tidur, boks bayi berdiri tenang, putri kecil mereka pun ikut tertidur nyenyak, sesekali mengeluarkan suara lembut yang nyaris tak terdengar.Pintu kamar terbuka perlahan, hampir tanpa suara. Yama masuk, masih mengenakan kemeja yang sebagian besar kancingnya terbuka, dasinya tergantung longgar di leher. Wajahnya lelah. Mata memerah karena bekerja seharian, namun begitu matanya menangkap sosok Dea di atas ranjang, sebuah senyum kecil muncul.Ia meletakkan tas kerjanya di sofa, melepas arloji dan ponsel tanpa suara, lalu berjalan pelan ke

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 260

    Dea lalu mengarahkan bayinya ke dadanya, dan dalam sekejap, mulut mungil itu menemukan sumber kehidupan. Hisapannya kuat meski belum sempurna. Dea terisak, kali ini bukan karena kesedihan… tapi karena kebahagiaan yang meluap begitu saja.Perasaan menjadi ibu sungguh nyata kini. Ada sesuatu yang lahir bersamaan dengan bayi itu—sebuah kekuatan baru, kasih tak terbatas, dan ikatan yang tak akan bisa direnggut siapa pun.Yama kembali melirik. Dan pemandangan di hadapannya menghentikan waktu dalam pikirannya: Dea, duduk di tempat tidur, menyusui bayi mereka dengan mata yang berkaca-kaca dan senyum kecil yang penuh cinta.“Aku belum pernah melihatmu secantik ini,” ucap Yama dengan suara nyaris berbisik.Dea menoleh, menatapnya dengan mata merah. “Jangan ganggu momen ini.”Yama tersenyum, lalu duduk di pinggir ranjang, dekat namun tidak menyentuh.

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 259

    "Karena kita sama-sama keras kepala," jawab Yama jujur.Dea menghela napas, lalu tiba-tiba berkata, “Cium aku.”Yama terdiam. Matanya membesar sedikit, ragu-ragu menatap perempuan di hadapannya. Ia ingin memastikan—apakah ini mimpi? Apakah ini luka yang sedang menguji?Tapi Dea tak berpaling. Tatapan itu serius. Lirih. Lelah. Namun tulus.“Untuk malam ini saja…” lanjutnya, “aku ingin percaya… bahwa cinta kita belum sepenuhnya mati.”Dan dengan hati-hati, Yama mengangkat tangannya, menyentuh pipi Dea dengan penuh kelembutan. Ibu jarinya menghapus air mata yang masih tertinggal di ujung kelopak mata Dea. Ia mendekat perlahan, memberi waktu bagi Dea untuk menarik kembali kata-katanya—jika memang itu hanya kerinduan sesaat.Tapi Dea tidak menjauh.Dan akhirnya… bibir mereka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status